1.9

193 54 6
                                    

Pusing, itu yang Jake rasakan sekarang. Kepalanya serasa mau meledak, belum selesai dengan Kang Taehyun yang kabur-kaburan entah kemana, kini ia mendapatkan kabar kalau temannya ditemukan tak bernyawa dengan memar di sekujur tubuhnya. Pada malam hari, ketika orang tua Jay pulang, mereka melihat anaknya di sana.

Tepatnya di kamar Jay, masih dilakukan penyelidikan, sedangkan Jake sendiri masih harus mengurus kasus Taehyun yang sekarang entah kemana.

Untungnya, ia hanya mengurus satu kasus.

Drtt drtttt drttt

Panggilan telepon masuk, Jake menoleh dengan malas dari meja kerjanya, mengambil benda persegi itu dan menyambungkan panggilan telepon.

"Halo, Bin?"

"Ada sidik jari, bukan punya Taehyun."

Seakan mengerti apa yang dikatakan Soobin, Jake membulatkan matanya. Sidik jari? Bukan milik Taehyun? Lalu siapa? Tadinya banyak orang mengira kalau Taehyun-lah yang melakukan semua ini, tapi kenapa bukan sidik jari Taehyun yang ditemukan?

"Punya siapa?"

"Masih dicari," jawab Soobin sebelum akhirnya menghela napas, "Maafin aku."

"It's okay, Bro. Bukan salahmu." Sebenarnya, Jake enggan mengatakan hal itu. Hati kecilnya juga merasa kalau satu-satunya orang yang bersalah di sini adalah Soobin.

Tiga bulan yang lalu, kenapa harus ada kesalahan yang fatal? Kenapa ia dan kakaknya kurang teliti? Mungkin kalau peristiwa saat itu tidak terjadi, teman-teman mereka tidak akan pergi dengan cara seperti ini.

Namun sayangnya, ia melupakan masa lalunya yang menyakiti ketiga anak remaja saat itu.

•••

"Nek? Jungwon pulang." Jungwon berujar lemah, setelah melakukan aksinya dengan Sunoo, Jungwon langsung pergi untuk bekerja.

Ingat toko mainan yang tadinya tempat Taehyun bekerja? Mulai hari ini, ialah yang akan menggantikannya. Mengejutkan sekali, 'kan? Siapa sangka Jungwon akan mendapatkan pekerjaan di tengah hiruk-pikuk masalah yang merajalela.

Kakinya melangkah menyusuri rumah, menghampiri kamarnya untuk mengambil handuk dan pergi ke dapur membersihkan tubuh. Tidak ada firasat aneh, toh biasanya sang nenek sudah tidur jam segini.

Suara air keran memenuhi rumah yang sepi, seperti tidak ada kehidupan kalau keran tidak menyala saat itu. Jungwon sedikit bersenandung dan tertawa kecil mengingat kalau dendamnya sebentar lagi selesai. Astaga, Jungwon tidak sabar.

Selesai mengenakan pakaiannya langsung di kamar mandi, Jungwon keluar sambil menggosok kepalanya untuk mengeringkan rambut. Memang, mandi di malam hari tidak baik, tapi kalau tidak mandi setelah bekerja, tidak nyaman.

Digantungnya handuk persegi itu sembari keluar dapur, rak handuk ada di dekat pintu dapur. Jungwon kembali melangkah, kini tujuannya adalah kamar sang nenek. Ia mau membangunkan neneknya, untuk mengajak makan malam dan minum obat.

Tok tok tok

"Nenek." Jungwon masuk setelah 3 ketukan ia lakukan, senyum kecilnya tercetak ketika melihat mata neneknya tertutup rapat, nyenyak sekali.

Jungwon duduk di ujung ranjang dan berkata dengan lembut, "Nek, ayo makan dulu."

Biasanya, seorang lansia akan langsung bangun jika ada hal kecil sekalipun, tapi mengapa kini sang nenek tidak demikian?

"Nek?" Jungwon mengguncang bahu neneknya perlahan.

Tangan keriput itu ia genggam, rasa dingin menjalar dari sana. Tubuh neneknya dingin, sangat amat dingin. Saat itu Jungwon baru menyadari, bahwa wajah wanita tua tersebut lebih pucat dari biasanya.

Dengan panik Jungwon mengambil ponselnya di dalam saku, menekan satu nomor temannya yang berada di paling atas. Tak lama panggilan tersambung, mengakhiri suara tut tut yang selalu ada sebelum panggilan diangkat.

"Noo! Nenekku me-"

"Jungwon?! Tolong! K-Kak Taehyun ada di rumahku ...."


















Bersambung ....

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang