Hari ini Mafi titip absen pada Dista dan juga Anna, tubuhnya masih lemas dan tidak bertenaga.
Mafi pun masih berada di rumah sakit, dokter bilang ia sudah boleh pulang nanti siang. Dan jangan lupakan sosok Gibran yang sedari kemarin masih setia menemani Mafi di rumah sakit.
Kalyan dan Bunda sama sekali belum mengetahui kondisi Mafi saat ini, dan beruntung nya kedua orang tua Mafi masih sibuk dengan pekerjaannya, jadinya mereka tidak akan mencemaskan kondisinya saat ini.
Gibran sudah mengusulkan untuk memberi tahu Bunda, namun Mafi dengan tegas menolaknya, ia hanya tidak ingin Bunda repot karena dirinya.
"Gibran, sana sekolah!"
"Mafi bisa kok disini sendiri, lagian kan banyak perawat juga yang bakal nemenin Mafi," ujar Mafi.
Gibran mematikan ponsel nya, dan menatap Mafi lekat "Gue lagi pengen bolos!"
"Idih, gak bertanggung jawab banget sih. Orang tua Gibran tuh kerja buat biayain sekolahnya Gibran, tapi Gibrannya malah suka bolos. Kan kasian orang tua Gibran tau!"
"Berisik!" ucap Gibran sambil menggendong Mafi dan menurunkannya di kursi roda.
"Gi... gibran apa-apan sih?!"
"Udah lo diem aja, gue tau lo bosen kan?!"
Mafi menganggukkan kepalanya.
Tanpa menunggu lama lagi, Gibran langsung mendorong kursi roda yang Mafi naikki. Mafi merasakan dirinya benar-benar senang, kedua tangannya ia rentang kan dan mulai menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantik nya.
Gibran yang melihat Mafi begitu senang pun ikut menyunggingkan senyumannya.
••••••
Di sisi lain, saat bel istirahat berbunyi Kalyan langsung mencari-cari sosok Mafi. Ia sangat khawatir pada kondisi Mafi saat ini, ditambah sedari kemarin Kalyan sama sekali belum mendapatkan info tentang kondisi Mafi.
Derap langkahnya sekarang membawanya untuk ke kelas Mafi, Kalyan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas Mafi. Namun, yang dicari tak kunjung Kalyan temui.
Kalyan mengacak rambutnya prustasi, ia benar-benar tidak tahu Mafi dimana.
Dista yang berada di dalam kelas tak sengaja melihat sosok Kalyan tengah berdiri diambang pintu kelasnya, Anna yang duduk disebelah Dista pun mengikuti arah pandang sahabatnya itu.
"Kayanya Kalyan nyari Mafi deh," ujar Anna dan Dista mengangguk setuju dengan ujaran Anna.
"Apa gak sebaiknya kita kasih tau Kalyan aja tentang kondisi Mafi?"
"Gak Na! Gue mau liat seberapa nyesel nya dia udah sia-siain Mafi,"
"Laki-laki modelah kaya di Kalyan tuh emang harus dikasi pelajaran dulu biar sadar, kalau gak dikasi pelajaran mana mungkin sadar dia. Jadi, lebih baik kita diem aja Na, biar Kalyan sendiri yang nyelesain masalahnya sama Mafi. Kita sebagai sahabat cukup kasih support aja ke Mafi." jelas Dista panjang lebar.
Perlahan Kalyan pun meninggalkan kelas Mafi, dan melanjutkan langkahnya tak menentu. Tujuannya saat ini hanya ingin mencari sosok sahabat kecilnya itu, kekhawatiran terus memenuhi isi kepalanya.
Kalyan benar-benar menyesal telah mencampakkan Mafi hanya demi memastikan bahwa dia benar-benar telah jatuh hati pada sosok gadis yang selama sepuluh tahun terakhir telah menemani hidupnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIYAN [END✔️]
Teen Fiction> Karizyana Rakmafika Wijaya, gadis manja dengan segala keceriannya mampu membuat Wirasana Kalyan Adiputra berada disisinya sedari kecil. Entah bagaimana caranya seorang Kalyan yang dingin hanya bisa bersikap hangat pada keluarganya dan juga Mafi si...