1

247 30 4
                                    

Bagi kebanyakan orang hari senin adalah hari yang paling membosankan, begitu pun menurut peria tampan yang masih tertidur pulas ditempat tidurnya.

Jika saja seorang gadis cantik tidak mengganggu tidurnya, sudah dipastikan pria tampan itu tidak akan bangun hingga nanti siang.

"IYAN BANGUN!"

Mendengar teriakan yang teramat nyaring itu, mau tak mau pria tampan yang bernama lengkap Wirasana Kalyan Adiputra atau yang kerap disapa Kalyan itu pun langsung membekap kedua telinganya menggunakan bantal.

"Iyan, bangun sekarang atau Mafi guyur pakai air yang udah Mafi bawa ini?!" ancam gadis cantik itu yang tak lain dan tak bukan adalah Karizyana Rakmafika Wijaya.

Kalyan masih setia dengan posisinya saat ini dan tak peduli dengan ancaman yang Mafi lontarkan, pasal nya ia sudah sangat hapal dengan sikap sahabatnya ini, Mafi tak akan tega untuk mengguyurnya, paling-paling ia akan mengadu pada Bundanya Kalyan.

Sesuai tebakan Kalyan tadi, kini Mafi sudah diambang pintu kamar Kalyan bersama Bunda dengan tangan yang berada dipinggang layaknya seorang model namun dengan ekspresi muka yang kesal.

"Tuh Bunda, lihat anak Bunda dah kaya koala yang hobinya tidur. Dari tadi Mafi teriakin juga gak mempan dan malah jadinya Mafi sendiri yang capek." keluh Mafi pada sang Bunda.

Bunda yang mendengar keluhan Mafi hanya bisa tersenyum manis dan mengusap helai rambut panjang Mafi.

"Sabar yah sayang, kan Mafi tau sendiri kalau Kalyan emang gitu anaknya. Tapi Bunda makasih banget loh sama kamu karna udah mau bantuin Bunda bangunin Kalyan."

"Iya Bunda sama-sama. Yaudah deh sekarang giliran Bunda tuh bangunin Iyan, Mafi mau langsung ke bawah aja gapapa kan?"

"Gapapa dong. Oh yah, bantuin Kay siap-siap juga yah Fi."

"Siap Bunda!"

Kedekatan Mafi dan keluarga Kalyan memang sudah seperti saudara, bahkan kedua orang tua Kalyan pun sudah menganggap Mafi seperti putrinya sendiri. Kedekatan keduanya dimulai sejak Mafi berusia tujuh tahun, saat itu Mafi dan kedua orang tuanya baru saja pindah rumah di dekat rumah Kalyan, dan dari situlah mereka mulai dekat.

Sikap ceria Mafi lah yang bisa membuat siapapun merasa nyaman denganya, Kay yang merupakan adik laki-lakinya Kalyan pun sudah sangat dekat dengan Mafi. Padahal jika dilihat dari umur, sungguh jauh sekali perbandingannya dengan Kay yang masih berusia empat tahun.

Kini Mafi sudah selesai menyiapkan segala keperluan sekolah Kay, sekarang keduanya memilih untuk segera sarapan.

Dimeja makan sudah terlihat pak Adi yang kini sudah sangat rapih dengan pakaian kerjanya, dan bunda yang kini tengah menyiapkan sarapan pagi, dan jangan lupakan juga Kalyan yang kini sudah siap dengan pakaian sekolahnya.

Lengkap sudah meja makan terisi, kini semuanya tengah fokus pada sarapan masing-masing. Tak ada obrolan yang terjadi, karena bagi pak Adi berbicara disaat tengah makan sangatlah tidak baik.

 Tak ada obrolan yang terjadi, karena bagi pak Adi berbicara disaat tengah makan sangatlah tidak baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selesai sarapan pagi, Mafi dan Kalyan pun memutuskan untuk segera berangkat sekolah. Pasalnya mereka tidak ingin telat dihari pertama memasuki sekolah menengah atas ini.

Sebenarnya masa orientasi sekolah sudah selesai saat minggu kemarin, kini saatnya semua siswa-siswi kelas 10 memulai kegiatan belajar mengajar.

Walaupun Kalyan dan Mafi selalu satu sekolah, tapi keduanya sama sekali belum pernah merasakan satu kelas. Mungkin salah satu faktornya adalah kepintaran Mafi yang dibawah Kalyan. Jika kalyan berada di kelas 10 IPA 2, maka Mafi berada dikelas 10 IPA 3.

Kini keduanya masih berada diparkiran sekolah, Mafi yang baru saja akan turun dari jok motor Kalyan tiba-tiba saja jatuh karena roknya yang tidak sengaja Kalyan duduki.

Kejadian itu pun membuat banyak pasang mata tertuju pada keduanya, Mafi yang merasa sakit dan juga malu hanya bisa menyembunyikan wajahnya diantara kedua lutut nya. Kalyan yang tak tega melihat Mafi pun langsung dengan sigapnya membopong Mafi menuju UKS sekolah.

Disepanjang lorong menuju UKS banyak kakak kelas mereka menatap iri kepada Mafi,

'Demi alek kaga ngapa-ngapa, ni mata emang dah sering liat orang uwu'

'Shittt, adek kelas sekarang bibit unggul semua woy!'

'Halah, paling juga tuh ceweknya caper doang sama si cowok!'

Yah kira-kira begitulah ujuran dari kakak kelas mereka. Kalyan yang seolah menulikan pendengarannya pun hanya bersikap bodo amat dan tak mau peduli, lain halnya dengan Mafi yang kini masih menangis dan kembali menyembunyikan wajahnya didada bidang Kalyan.

"Udah dong Fi jangan nangis terus, emangnya sesakit itu lukanya hah?"

"Bodo amat gak peduli!! Ini semua juga karna Iyan, kalau aja Iyan gak dudukin rok Mafi, gak akan tuh Mafi jatoh kek tadi."

"Yaudah iya, maapin Iyan yah Mafi geulis."

Mafi yang mendengar penuturan maap Kalyan pun hanya memilih bungkam dan tak ingin menjawab.

Mafi yang mendengar penuturan maap Kalyan pun hanya memilih bungkam dan tak ingin menjawab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HALLO, HALLO, HALLO!!!

Gimana nih part satunya?
Dapet gak feel nya?
Jika ada saran, silahkan komen yah:)
And please, kalau ada typo mohon ingatkan saya yah😩
Untuk para siders, muncullah kalian😭

See u di part selanjutnya guys♡

MAFIYAN [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang