Jam istirahat kali ini, kantin tidak terlalu penuh. Jadi memudahkan siswa maupun siswi untuk duduk dimana saja sesuka hati mereka.
Mafi, Anna, dan Dista pun memilih untuk duduk dikursi dekat abang penjual Batagor.
"Kalian mau pedes atau gak batogorntya?" tanya Anna memastikan.
"Mafi biasa aja, gak usah pedes," ujar Mafi.
"Kalau gue pedesin aja, An" lanjut Dista.
Anna mengangguk paham, dan mulai pergi memesan makanan untuk mengisi perut mereka.
Benda pipih yang ada di genggaman Mafi saat ini mulai mengalihkan perhatiannya. Tak ada yang penting, hanya untuk sekedar mengscroll instagram miliknya.
Pandangannya kini semakin fokus ketika Mafi tak sengaja menemukan postingan dirinya bersama Kalyan dulu, saat mereka sama-sama masih berusia tujuh tahun.
Dimana saat itu mereka selalu berasama, saling menjaga dan bermain bersama-sama. Mafi tersenyum kecut ketika mengingat hal itu, rasanya dulu mereka begitu dekat, namun sekarang sudah mulai jauh.
Dista yang menyadari perubahan ekspresi Mafi pun mulai mendekatinya, dan menepuk pundak Mafi pelan.
"Are u okay?"
"No, I'm not. Dista, Mafi kangen banget sama Iyan. Kenapa sekarang Iyan malah ngejauhin Mafi? Apa Mafi punya salah yah sama Iyan?"
"Tapi Mafi gak tau apa salah Mafi sampe Iyan ngejauh kaya gini?" lanjut Mafi.
"No problem Fi, kalian kaya gini tuh karna kurang komunikasi aja. Nanti pulang sekolah coba deh lo ajak Kalyan buat ngobrol pelan-pelan sama lo, biar semuanya jelas kaya dulu lagi."
"Tapi Mafi sekarang takut sama Iyan, buat sekedar papasan sama Iyan aja sekarang udah takut banget,"
"Percaya sama gue, Kalyan itu sebenernya sayang banget sama lo. Mungkin aja sekarang dia lagi ada masalah, jadi lagi butuh waktu sendiri."
"Gimana sama Tasya? kenapa Iyan selalu deket sama Tasya, sedangkan kalau deket Mafi, Iyan selalu marah."
Belum sempat Dista menjawab pertanyaan Mafi, Anna tiba-tiba datang dengan membawa beberapa batagor diatas nampan berwarna cokelat yang kini ada diatas telapak tangannya.
Satu persatu batagor kini sudah berada diatas meja, ditemani dengan air mineral yang siap mereka minum.
Tak ingin membuang waktu istirahat secara cuma-cuma, kini keduanya sudah lahap menyantap batagor masing-masing.
••••••
Bel peetanda pulang sudah berbunyi sejak lima belas menit lalu, dan sekarang Mafi masih setia duduk dijejeran kursi depan kelas Kalyan.
Mafi berniat ingin bicara baik-baik bersama Kalyan, sesuai saran Dista tadi siang di Kantin.
Kalyan akhirnya mulai keluar dari kelas dan disusul oleh Tasya dibelakangnya, Mafi menatap Tasya tak suka, karena baginya Tasya hanya pengganggu Mafi dan Kalyan.
"Iyan!" panggil Mafi sambil berusaha menggenggam lengan kekar Kalyan.
Perlakuan tiba-tiba Mafi berhasil membuat Kalyan diam sesaat, hingga akhirnya Kalyan menatap Tasya sekilas dan langasung menepis ganggaman Mafi ditangannya.
"Hargai pacar gue Fi, gimana kalau dia cemburu karna liat tingkah lo ke gue?!" ujar Kalyan
"Iyan sama Tasya pacaran?"
"Iya, gue sama Tasya pacaran. Jadi sekarang lo tolong jaga batasan lo sama gue, karena sekarang posisi nya gue harus lebih mentingin Tasya dari pada lo Fi."
Mafi yang sedari tadi sudah menahan isak tangisnya akhirnya luntur juga, kini pipi mulusnya sudah dipenuhi oleh air matanya yang mengalir deras.
"Em, maa.... maaf Tasya, Mafi bener-bener gak tau kalau Tasya sama Iyan pacara,"
"Kalau gitu selamat yah buat kalian," lanjut Mafi sambil memundurkan langkahnya menjauh.
See u next part, guys👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIYAN [END✔️]
Teen Fiction> Karizyana Rakmafika Wijaya, gadis manja dengan segala keceriannya mampu membuat Wirasana Kalyan Adiputra berada disisinya sedari kecil. Entah bagaimana caranya seorang Kalyan yang dingin hanya bisa bersikap hangat pada keluarganya dan juga Mafi si...