Mafi mendongak kan pandangan nya, guna melihat siapa yang sudah menabraknya, ia pun sudah menyiapkan ancang-ancang untuk menceramahi orang tersebut.
Namun belum sempat Mafi membuka suara, bel masuk pun tiba-tiba berbunyi dan lelaki tersebut pun bergegas untuk pergi ke kelasnya Mafi yang melihat hal tersebut hanya bisa memandang kepergian lelaki itu dan ia pun langsung duduk ke kursinya.
Baru saja Mafi mendudukan dirinya tiba-tiba saja Anna sang teman sebangku berujar dengan panik, "Fi gawat!! Lo udah ngerjain PR?"
"Woyah sudah pasti belum lah Anna, Ayok anna kita berpencarrr!!!" teriak mafi heboh.
Anna yang mendengar instruksi dari Mafi pun langsung segera memulai aksinya, baru saja kakinya melangkah tiba-tiba gadis yang duduk dibelakang kursinya itu pun mencekal lengannya.
"Eh lo apa-apaan sih?! Dah deh gua gada waktu buat ributin hal gak penting!" sewot Anna.
Gadis yang mencekal pergelangan lengan Anna itu pun hanya menaikkan satu alisnya sambil memberi isyarat bahwa Anna dan Mafi diperbolehkan untuk menyalin pekerjaan rumahnya.
"Oh ngomong dong dari tadi, kan kalau kaya gini gue gak perlu panik lagi." Ujar Anna, "Woy Fi, ini gue dah dapet bala bantuan. Gc, keburu pak Tommy dateng!!" lanjut Anna heboh.
Maaf yang mendengar teriakan apa langsung bergegas menuju mejanya dan langsung menyalin pekerjaan rumah milik gadis yang bernama Adista Adi Permata.
Selesai menyalin Maaf pun langsung mengembalikan buku milik Dista dan bertanya, "Btw kenapa baru masuk hari ini? Kemarin-kemarin kok tanpa keterangan?"
"Gue baru aja balik dari LA, nyokap bokap gue baru sempet balik sekarang. Dan gue juga lupa ngabarin guru piket, alhasih yah gua tanpa keterangan di absen." jelas Dista
Mafi yang mendengar penjelasan dari Dista pun hanya mengangguk kan kepalanya pertanda paham.
"Oh yah, tadi lo sama Gibran kenapa?" tanya Dista.
"Gibran?"
"Iya, tadi laki-laki yang nabrak lo depan pintu kelas itu Gibran." ujar Dista
"What?! Gibran yang kamu maksud itu, Gibran Mahendra Aditama?"
Dista menganggukkan kepalanya tanpa ragu, "Lo kenal dia?"
Baru saja Mafi ingin menjawab, tiba-tiba pak Tommy datang sambil membawa penggaris kayu dan langaung memulai kelas pertama.
Hari ini guru-guru sedang mengadakan rapat jadi mau tidak mau siswa-siswi SMA Trisakti pun terpaksa di pulang kan lebih awal dengan catatan dilarang nongkrong sana sini dan harus langsung pulang kerumah masing-masing.Jika ada siswa-siswi yang terlihat sedang berkeluyuran menggunakan pakaian sekolah, maka pihak sekolah akan menghukum siswa-siswi tersebut.
Kalyan dan Mafi yang notabenya masih anak kelas 10 pun tak berani untuk melanggar aturan tersebut, dan memilih langsung pulang kerumah.
Disepanjang jalanan kompleks yang sepi, Mafi tak ada hentinya menceritakan hal-hal yang terjadi beberapa jam terakhir ini, dan sedari tadi pula Kalyan hanya diam dan mendengarkan celotehan Mafi.
"Yan, tadi kan sebelum masuk kelas, Mafi jatuh lagi tau!"
"Ceroboh." singkat Kalyan
Mafi yang mendengar respon tak mengenakan dari Kalyan pun hanya mencebikkan bibirnya saja. Yah, mau sehumoria apapun Kalyan pasti masih tersisa sikap juteknya, yang tak lain dan tak bukan merupakan turunan dari pak Adi.
"Ish, ini tuh beda lagi Yan."
"Jadi, tadi kan sebelum masuk kelas awalnya biasa aja tuh. Eh tiba-tiba aja ada sosok manusia didepan kelas Mafi, dan alhasil Mafi nabrak orang itu dan seperti biasa jatoh ke lantai." Mafi mengambil nafas sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya.
"Dan Iyan tau gak? Mafi udah nyiapin sumpah serapah Mafii buat orang itu, tapi gagal karna bel masuk bunyi. Kesel banget kan Yan!!"
"Udah?" tanya Kalyan singkat.
"Belum Iyan!! Em sebenarnya Mafi masih penasaran banget sama orang itu, apalagi tadi Dista bilang nama orang itu Gibran. Mafi jadi makin penasaran deh, apa jangan-jangan Iyan kenal juga?"
"Sama siapa?" bingung Kalyan.
"Yah itu sama si Gibran, soalnya Mafi kaya gak asing deh sama namanya."
Kalyan menggelengkan kepalanya dan berujar, "Gak kenal."
See u next part, guys👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIYAN [END✔️]
Teen Fiction> Karizyana Rakmafika Wijaya, gadis manja dengan segala keceriannya mampu membuat Wirasana Kalyan Adiputra berada disisinya sedari kecil. Entah bagaimana caranya seorang Kalyan yang dingin hanya bisa bersikap hangat pada keluarganya dan juga Mafi si...