Teriknya cahaya matahari tak mengurangi senyuman yang terukir diwajah cantik Mafi. Setelah sekolah usai, Mafi dan Kalyan memutuskan untuk pergi ke tempat salah satu tempat yang sudah sangat lama tidak mereka kunjungi.
Hari ini cukup melelahkan bagi keduanya, jika saja mereka tidak dihukum pasti tidak akan semelelahkan ini.Namun kelelahan mereka kini sudah lenyap dimakan oleh waktu, sekarang yang terukir diwajah mereka hanya kebahagiaan dan kerinduan dengan tempat yang saat ini mereka kunjungi.
"Iyan ayok cepat!" teriak Mafi yang sudah jalan terlebih dahulu.
Kalyan hanya menganggukan kepalanya sambil melemparkan senyum manisnya pada Mafi. Setelah itu, Kalyan pun langsung mengejar Mafi guna menyesuaikan langkahnya yang tertinggal.
Tak memakan waktu yang lama untuk mereka sampai ketempat tujuannya, dan sekarang keduanya tengah berbaring dihijaunya rumput yang luas. Inilah yang mereka sukai dari tempat ini, dari sini mereka bisa mendapatkan ketenangan dan kedamaian karena tempat ini jauh dari jalanan.
Disini mereka bisa melepaskan rasa lelah dan juga penat mereka sambil mendengarkan percikan-percikan air sungai yang ada disana. Yap, mereka kini tengah berada ditepian sungai.
"Gimana hari ini?" tanya Kalyan memecah keheningan yang ada.
Mafi tak merespon pertanyaan Kalyan, ia memilih untuk mendengarkan pertanyaan Kalyan selanjutnya.
"Mereka pulang atau masih dengan alasan yang sama?" lanjut Kalyan.
Tanpa dijelaskan lagi, Mafi sudah sangat paham dengan kata 'Mereka' yang Kalyan ucapkan tadi. Mafi mengambil nafas terlebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan Kalyan.
"Huuft"
"Kayanya Mama sama Papa pulang minggu depan, jadi hari ini Mafi tinggal dirumah Iyan lagi hehehe." balas Mafi dengan tawa renyahnya.
"Jangan lupa bayar kostnya yah Neng"
"Siap Akang bwahahaha"
Kalyan yang gemas dengan sikap Mafi pun langsung mengacak-ngacak puncak kepala Mafi. Perlakuan Kalyan yang seperti ini selalu membuat Mafi kesal, pasalnya selepas Kalyan mengacak punjak kepalanya pasti rambut-rambut Mafi yang tadinya tertata rapih bisa menjadi berantakan hanya dengan beberapa detik saja.
Namun beda halnya jika orang lain yang melihat tingkah mereka berdua, orang lain pasti akan beranggapan bahwa mereka merupakan sepasang kekasih.
Mafi yang tadinya kesal dengan Kalyan, mendadak ingin memakan Ice Cream. "Mafi mau Ice Cream, Iyan."
"Nah, mulai deh cosplay jadi bocah nya." ucap Kalyan.
Tak terima dikatakan seperti bocah, akhirnya Mafi menyubit pinggang Kalyan, "Apaan hah? Orang Mafi dah gede gini kok, masa masih dikatain kaya bocah sih. Ah Iyan nambah ngeselin, dahlah mau nyari Ice Cream sendiri aja. Bye!"
Setelah menyeramahi Kalyan, Mafi pun langsung melangkah kan kakinya guna menjauhi Kalyan. Sedangkang Kalyan hanya menatap kepergian Mafi dengan tawa nya, baginya sikap Mafi itu sangat lucu dan menggemaskan layaknya anak TK.
Sebelum benar-benar kehilangan jejak Mafi, Kalyan langsung mengejar Mafi dan menyesuaikan langkahnya. Bukan hanya menyesuaikan langkahnya saja, tapi Kalyan langsung mengambil alih tangan Mafi untuk ia genggam.
Kini keduanya tengah mencari kedai Ice Cream terdekat didaerah sana. Setelah menemukan apa yang dicari, Mafi dan Kalyan pun langsung menghampiri kedai itu dan memesan dua Ice Cream dengan rasa yang berbeda. Mafi dengan rasa coklat nya dan Iyan dengan rasa vanilanya.
Tak butuh waktu lama untuk menunggu pesanan mereka, kini pesanannya sudah jadi dan siap untuk mereka makan.
Mafi dan Iyan pun langsung mengambil pesanan Ice Cream masing-masing, keduanya mulai larut dengam Ice Cream masing-masing. Lima menit berlalu, dan kini Ice Cream yang tadinya masih penuh di cup sudah habis dan hanya menyisakan cup nya saja.
"Habis ini mau kemana lagi?" tanya Kalyan.
"Langsung pulang aja Yan, tapi nanti ke rumah Mafi dulu, ada yang mau Mafi ambil soalnya,"
"Siap laksanakan Bu Bos. Oh yah, jangan lupa bawa buku dongeng juga yah Fi," ucap Kalyan.
Mafi menganggukan kepalanya pertanda bahwa iya setuju, "Yaudah ayok kita pulang Yan, nanti malah kemalaman dijalan lagi."
Mereka pun langsung pergi ke kasir untuk membayar Ice Cream yang tadi telah mereka nikmati. Setelah selesai membayar, mereka langsung segera pergi dan membelah jalanan yang sepi itu.
Tak membutuhkan waktu lama untuk keduanya sampai di rumah Mafi, kini Mafi sudah turun dari motor Kalyan dan langsung memilih masuk ke rumahnya guna mengambil sesuatu yang Mafi perlukan untuk menginap dirumah Kalyan.
Mafi keluar dari rumahnya dengan ditemani tas yang berisi beberapa cemilan dan tak lupa juga satu buah buku dongeng pesanan Kalyan, mata Kalyan kini terbuka lebar karena tingkah laku Mafi yang bisa membuat orang tak habis pikir dengannya.
'Aneh, tapi nyata,' batin Kalyan.
See u next part, guys👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIYAN [END✔️]
Teen Fiction> Karizyana Rakmafika Wijaya, gadis manja dengan segala keceriannya mampu membuat Wirasana Kalyan Adiputra berada disisinya sedari kecil. Entah bagaimana caranya seorang Kalyan yang dingin hanya bisa bersikap hangat pada keluarganya dan juga Mafi si...