Suasana kelas 10 IPA 3 atau lebih tepatnya kelas yang akan mengisi hari-hari Mafi selama setahun ini sudah sangat ramai hanya karena mendapatkan informasi bahwa guru yang mengisi kelas mereka tidak bisa hadir.
Disaat semua teman kelas nya sibuk memanfaatkan jam kosong yang ada, Mafi justru hanya melamun sambil menaruh kepalanya diatas meja.
Anna yang penasaran dengan apa yang Mafi pikirkan pun langsung menegakkan tubuh Mafi dan bertanya, "Lo kenapa? Ada masalah?"
Bukannya menjawab, Mafi malah menggelengkan kepalanya lemas.
"Yakin lo gapapa?" tanya Anna memastikan.
Lagi dan lagi, bukannya menjawab Mafi justru hanya mengangguk kan kepalanya pertanda bahwa ia memang tidak apa-apa.
Setelahnya Mafi langsung membaringkan kepalanya lagi di atas meja seperti beberapa menit yang lalu.
Dista yang baru saja dari toilet lamgsung menghampiri Mafi, "Fi, kayanya tadi gua liat Kalyan deh dilapangan."
Maginyang mendengar nama Kalyan disebut pun langsung membenarkan posisinya menjadi duduk dan menghadap Dista.
"Di lapangan?" tanya Mafi.
Dista mengangguk kan kepalanya.
"Ngapain Iyan dilapangan? kok Iyan gak masuk kelas?" lagi-lagi Mafi bertanya.
"Lah mana gue tau, kan lo yang tiap hari nempel terus sama dia."
"Hari ini Mafi belum ada ketemu sama Iyan,"
"Really?"
"Iya Dista," ujar Mafi sambil berdiri dari duduknya, "Dista bilang Iyan ada di lapangan kan? yaudah deh Mafi mau nyusul Iyan ke lapangan dulu yah Dista, bye." lanjutnya
Setelahnya Mafi langsung pergi dari kelas dan berjalan menuju lapangan. Dan benar saja Mafi melihat Kalyan yang tengah di jemur dibawah teriknya sinar matahari pagi ini.
Mafi yang melihat keadaan Kalyan yang sudah dibanjiri oleh keringat pun merasa tidak tega, dan memutuskan untuk pergi ke kantin guna membeli sebotol air mineral.
Selesai dari kantin, Mafi langsung bergegas menuju lapangan dan menghampiri Kalyan. Namun baru saja ia akan menghampiri Kalyan, tiba-tiba saja seorang gadis cantik muncul dan lebih dulu memberikan Kalyan sebotol air mineral.
Melihat kejadian tersebut Mafi pun langsung mengurungkan niatnya untuk memberikan air mineral yang tengah ia genggam sekarang untuk Kalyan, dan dengan langkah gontai Mafi memutuskan untuk kembali ke kelas.
Bel pertanda istirahat telah berlalu beberapa menit yang lalu, dan kini waktu istirahat tinggal sebentar lagi.Saat jam istirahat tiba, Mafi tidak pergi ke kantin dan malah pergi ke perpustakaan sekolah hanya untuk memilih tidur dipojokan ruang baca.
Gibran yang tengah berada di perpustakaan itu pun tak sengaja melihat sosok Mafi yang kini tengah tertidur pulas, kini posisi Gibran tepat duduk disamping Mafi.
"Muka lo adem banget Fi kalau lagi tidur kaya gini," gibran memperhatikan setiap inci wajah mafi yang begitu damai, "Muka lo juga ngingetin gue sama seseorang yang berarti banget buat hidup gue Fi, tapi sekarang gue gak tau dia dimana." lanjut Gibran dengan nada bicara sedikit kecewa.
Seolah tak ada bosannya Gibran masih setia mempeehatikan wajah Mafi, sampai sehelai rambut Mafi jatuh dan menutupi setengah wajah Mafi. Dengan berhati-hati Gibran pun menyelipkan helaian rambut itu kebelakang telinga Mafi.
Mafi yang merasa sedikit terusik mulai membuka matanya perlahan-lahan dan langsung melihat sosok Gibran yang kini sudah sangat dekat sekali, "Gi--- Gibran, ngapain deket-deket Mafi kaya gini?" tanya Mafi yang merasa takut sekaligus tidak nyaman dengan posisinya yang seperti sekarang.
"Lo tau nama gue dari mana?" bukannya menjawab pertanyaan Mafi, Gibran justru balik bertanya.
"I--- itu, kemarin Dista ngasi tau Mafi."
Gibran tak menyaut lagi ucapan Mafi dan hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa sedikit pun mengubah posisinya saat ini.
Dari kajauhan Kalyan tak sengaja melihat Mafi bersama Gibran, Kalyan yang memperhatikan wajah Mafi yang merasa ketakutan dan tidak nyaman, dan tanpa pikir panjang lagi Kalyan langsung menghampiri keduanya dan langsung menjauhkan Mafi dari Gibran.
"Lo tetep di belakang gue, jangan kemana-mana." ujar Kalyan tanpa ekspresi, dan jika sudah begini Mafi hanya bisa mengangguk patuh.
Kalyan mulai memajukan langkahnya dan menarik baju sekolah Gibran, "Gak usah ganggu dia!!" ucap Kalyan penuh peneknan sambil menunjuk Mafi.
See u next part, guys👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIYAN [END✔️]
Teen Fiction> Karizyana Rakmafika Wijaya, gadis manja dengan segala keceriannya mampu membuat Wirasana Kalyan Adiputra berada disisinya sedari kecil. Entah bagaimana caranya seorang Kalyan yang dingin hanya bisa bersikap hangat pada keluarganya dan juga Mafi si...