Pagi ini Mafi sudah sangat rapih dengan pakaian sekolahnya, kini ia sedang membantu Bunda menyiapkan beberapa helai roti untuk mereka sarapan.
Dimeja makan sudah ada pak Adi yang tengah berkutik dengan laptop nya. Entahlah, mungkin orang dewasa selalu disibukan dengan pekerjaan saja.
Setelah selesai menyiapkan sarapan, Mafi pun langsung memilih duduk sambil menunggu Kalyan dan juga Kay.
Kalyan sebenarnya sudah rapih dengan pakaian sekolahnya, namun tadi Bunda menyuruh nya untuk memanggil Kay agar segera turun dan ikut sarapan bersama.
Mafi selalu senang jika berada diantara keluarga Kalyan, rasanya begitu hangat dan nyaman. Walau terkadang Mafi sendiri merasa iri dengan situasi seperti ini, tapi apa boleh buat, untuk saat ini yang Mafi bisa lakukan hanyalah menerima keadaan.
Beberapa menit menunggu kakak beradik yang tak kunjung turun, akhirnya Bunda menyuruh Mafi untuk mengecek keadaan kakak beradik itu.
Kini Mafi mulai menaiki tangga dan berjalan menuju kamar Kay yang berada diatas, setelah sampai didepan pintu kamar Kay, Mafi pun langsung membuka knop pintu kayu itu dan langsung memasuki kamar tersebut.
Betapa terkejut nya Mafi, ketika melihat Kalyan yang kini tengah membedaki sang adik Kay, "Astaga, ini adik kecil Mafi, Iyan apain heh? Mukanya kenapa bisa penuh sama bedak gini, Iyan?"
"Ah itu, anu---"
"Anu apa Iyan? Jawab Mafi, jangan cuma bilang anu!"
"Ah iya, iya. Iyan tuh kasian sama Kay, Mafi tau kan kalau wajah Kay itu sangat-sangat tampan sama kaya Iyan, nah Iyan tuh antisipasi aja buat nutupin ketampanan si Kay. Kalau wajah tampan Kay terpancar kan kasihan Kay nya, nanti dia direbutin tante-tante ganjen." Alibi Kalyan.
Dan dengan bodohnya Mafi malah mengangguk menyetujui ucapan Iyan barusan, "Woah bener yang diucap Iyan, aduh kenapa Mafi gak kepikiran yah. Yaudah Kay, kamu kaya gini aja yah, bedaknya jangan dihapus!"
Kay yang hanya anak polos berusia tujuh tahun itu pun ikut menganggukan kepalanya.
"Eh, Mafi kesini kan mau ngajak kalian turun untuk sarapan bersama. Ayah sama Bunda udah nungguin kita dibawah, yuk turun." Mafi pun langsung menyeret Kalyan dan Kay turun.
Seusai sarapan tadi Mafi dan Kalyan pun langsung pamit pergi ke sekolah. Dan kini keduanya sudah ada diparkiran sekolah dan menjadi pusat perhatian disana.Tidak sedikit siswa-siswi yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi.
Tak ingin ambil pusing dengan banyak nya pasang mata yang memperhatikan mereka, Klayan dan Mafi pun langsung memilih pergi dari parkiran dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Dan seperti biasanya, sebelum Kaluan pergi kekelas nya, ia harus mengantarkan Mafi terlebih dahulu kekelasnya. Kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan Kakyan sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar.
Setelah tiba didepan kelas Mafi, Iyan pun langsung izin pamit pergi menuju kelasnya, "Belajar yang rajin, jangan jadi anak yang males! Nanti jam istirahat, Iyan jemput Mafi lagi. Jangan kemana-mana sebelum Iyan jemput!" Jelas Kalyan.
Layaknya anak kecil yang sedang diberikan wejengan oleh sang kakak, Mafi pun hanya menganggukan kepalanya dengan patuh.
Lagi dan lagi, Mafi berhasil membuat Kalyan gemas dengan tingkah lakunya. Dan seperti biasanya, Iyan akan mengacak-ngacak puncak kepala Mafi jika tengah gemas dengan sikap Mafi.
"Ish Iyan, udah berapa kali Mafi ingetin, jangan acak-acak rambut Mafi! kan jadinya berantakan lagi, huh." Tegas Mafi, sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan itu.
Kalyan yang mendapat peringatan dari Mafi pun seolah tak mempedulikan nya, dan memilih untuk segera pergi dari kelas Mafi.
Mafi yang melihat Kalyan pergi tanpa dosa itu pun langsung mengerucut kan bibirnya, "Huh, dasar Iyan nyebelin!"
Setelah mengucapkan sumpah serapahnya untuk Iyan, Mafi pun langsung memilih masuk ke kelasnya.
Namun, belum lima langkah mafi berjalan, tiba-tiba saja tubuh Mafi menabrak seseorang dari depan dan menyebabkan tubuh Mafi tak seimbang dan akhirnya jatuh ke lantai.
"Aduuhh, kenapa Mafi jatuh terus sih?! gak mungkin kan kalau Mafi mau punya adik lagi!" gerutu Mafi sambil berusaha bangkit dari posisinya.
Orang yang menabrak Mafi pun masih setia berdiri didepannya sambil memperhatikan gerak-gerik Mafi sedari tadi.
See u next part, guys👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIYAN [END✔️]
Teen Fiction> Karizyana Rakmafika Wijaya, gadis manja dengan segala keceriannya mampu membuat Wirasana Kalyan Adiputra berada disisinya sedari kecil. Entah bagaimana caranya seorang Kalyan yang dingin hanya bisa bersikap hangat pada keluarganya dan juga Mafi si...