7

130 23 3
                                    

Malam ini Kalyan tengah berada di balkon rumahnya, menikmati udara malam yang begitu dingin sambil menatap indah langit malam ini.

Sebenarnya Kalyan dibilang cukup jarang sekali melakukan hal seperti sekarang, biasanya ia akan menghabiskan malamnya berasama sang keluarga ataupun dengan Kay dan juga Mafi.

Karena keluarganya tengah pergi dari rumah dan Mafi pun kini sudah pulang kerumahnya, jadi Kalyan memutuskan untuk menghabiskan malam nya dibalkon.

Dengan ditemani beberapa cemilan dan juga segeas air putih sudah sangat cukup untuk menemani kesendiriannya.

Beberapa menit berlalu, dan tak ada hal istimewa apapun yang terjadi, sampai akhirnya tiba-tiba saja jendela kamar Mafi yang bersebrangan dengan balkon rumah Kalyan pun terbuka dan menampilkan sosok Mafi yang keluar sambil memakai pinyama bergambar gajah.

Mafi yang menyadari kebefaraan Kalyan pun langsung menyapanya dengan senyum manisnya sambil melambaikan tangannya pada Kalyan.

Kalyan pun langsung membalas senyuman dan juga lambaian tangan dari Mafi. Kini Kalyan dan Mafi sama-sama duduk dibalkon rumah masing-masing yang saling berhadapan.

"Iyan ngapain disana?" tanya Mafi membuka suara.

"Lagi pengen aja, lo sendiri ngapain ke balkon malam-malam gini?"

"Lah, kan emang Mafi tiap malam pasti ke balkon, Iyan."

"Oh," jawab Kalyan singkat.

Mafi memutar bola matanya jengah, pasalnya jika sikap jutek Kalyan sudah muncul seperti sekarang pasti Kalyan akan berubah menjadi menyebalkan dan tak asik.

Lihat saja, tak ada obrolan lagi sekarang dan yang ada hanya kesunyian malam bercampur dengan suara jangkrik.

Benci akan suasana canggung seperti ini, Mafi pun memutuskan untuk memulai sebuah percakapan lagi.

"Iyan tadi dikelas gimana?"

"Biasa aja" balas Kalyan.

Mafi lagi-lagi mengumpulkan kesabarannya dan memulai lagi percakapan yang tertunda.

"Tadi pagi Mafi sama Anna lupa ngerjain PR, untung aja ada Dista yang udah selesai."

"Ceroboh!"

"Ini juga kan gara-gara Iyan! Lagian kok bisa sih Iyan lupa ngingetin Mafi kalau ada PR?"

Kalyan menghembuskan napasnya dan menatap manik mata Mafi dengan tatapan yang cukup serius, hal itu pun membuat Mafi merasa sedikit ketakutan.

"Fi, lo itu udah masuk sekolah menengah atas! Harusnya lo ubah dong pola pikir lo, jangan apa-apa bergantung sama gue. Lo itu bukan bocah SD lagi Fi, stop bertingkah kek bocah bisa kan?!" tegas Iyan.

"Dan yah, gue gak selamanya ada buat lo Fi!"

Setelah kalimat itu terucap dari mulut Kalyan, ia pun langsung memilih masuk ke kamarnya dan meninggalkam Mafi dengan air mata yang siap tumpah kapan saja.

Kalyan pun sedari pulang sekolah tadi merasa bingung dengan sikapnya yang mudah sekali emosi ini, ia tak tahu apa penyebabnya.

Namun yang pasti, saat ini ada satu nama yang tak henti-hentinya mengganggu pikirannya, 'Gibran' yah nama itulah yang sedari tadi ia pikirkan.

Ia ingat betul dengan sosok laki-laki yang bernama Gibran itu. Dia adalah teman masa kecilnya Mafi sebelum Mafi pindah kesini.

Saat Mafi baru saja pindah kesini Mafi selalu menceritakan sosok Gibran, baginya Gibran adalah kakak sekaligus teman pertamanya. Sosok gibran begitu berarti bagi Mafi.

Saat mafi berusia empat tahun ia begitu pemalu dan pendiam, maka tak heran jika tak ad yang ingin berteman dengannya. Dan disaat itulah Gibran datang sambil membawakan Mafi gantungan kunci berbentuk gajah sebagai tanda pertemanan mereka.

Dan dari situ pula Mafi mulai menyukai segala hal yang berbau gajah, mulai dari boneka, piyama, gantungan kunci, dan segala sopenir lainnya. Namun hal tersebut sangat tak disukai Kalyan, karena baginya tak ada yang lebih berarti selain dirinya dihidup Mafi.

Yah, katakan saja Kalyan itu egois.

Yah, katakan saja Kalyan itu egois

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See u next part, guys👋🏻

MAFIYAN [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang