End

12 1 0
                                    

Hembusan angin sore ini sangat menyejukkan kulit, dua sosok remaja yang tengah menikmati heningnya danau besar didepannya seolah terhanyut dengan ke indahan sekitarnya.

Sisa-sisa tangisan masih terlihat jelas diwajah keduanya, mata yang sembab dan hidung yang memerah menjadi penanda bahwa keduanya baru saja selesai dengan tangisan nya.

"Fi,"

"Iya, Iyan?"

"Don't leave me" ucap Kalyan seraya menggenggam erat lengan gadis disamping nya.

Mafi memusatkan pandangan nya pada Kalyan, gadis itu tersenyum dengan malu "Jangan tinggalin Mafi juga ya Iyan." balasnya

Kalyan mendaratkan kecupan singkat di kening gadisnya, perlakuan tersebut sontak membuat Mafi merasa malu.

Pipi dengan rona merah tersebut menjadi pemandangan yang sangat menarik bagi Kalyan, tangannya ia arahkan pada puncak kepala Mafi dan mengelusnya dengan sayang.

"Iyan stop, Mafi udah kaya orang kena serangan jantung ini" ucap Mafi seraya menyembunyikan wajahnya yang memerah diantara kedua lututnya.

"Hey, looking at me"

Mafi menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Fi, ayok liat Iyan"

"It's okay, Mafi ga perlu malu, looking at me Fi" ucap Kalyan menyakinkan.

Perlahan Mafi mulsi mendongakkan pandangannya, dan menatap kedua manik mata Kalyan, terlihat Kalyan saat ini sedang memandangnya dalam.

Dabaran dijantungnya sungguh tidak bisa Mafi kontrol, saat ini ia hanya berharap semoga Kalyan tidak bisa mendengar degupan jantungnya.

"Fi, gak persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu bohong"

Mafi menatap Kalyan bingung, pasalnya ia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Kalyan.

bagaimana bisa bohong, padahal mereka sudah bersahabat sejak masih kanak-kanak.

"Bohong fi, itu semua bohong!" tegas Kalyan sekali lagi.

"Ta... tapi Mafi ga bohong yan, Mafi beneran sayang Iyan"

"Sayang sebagai sahabat, atau sebagai perempuan yang menyayangi sosok laki-laki?"

Diam, Mafi tidak bisa menjawab pertanyaan dari Kalyan, ia sendiri masih bingung dengan perasaannya saat ini.

Kalyan yang melihat reaksi Mafi seperti itu membuatnya tertawa remeh "Ga ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan fi, pasti diantara salah satunya ada yang menyimpan rasa,"

"Dan orang itu adalah Iyan fi" lanjut Kalyan sambil menundukkan kepalanya, ia saat ini sangat takut kehilangan Mafi.

Mafi menggelengkan kepalanya sambil mencoba meraih tangan kokoh Kalyan, "No yan, no!"

"Bukan salah satunya, tapi keduanya" ucap Mafi dengan suara yang sedikit bergetar.

Kalyan mengeryit bingung.

"Ma... Mafi juga punya perasaan yang sama" pecah sudah tangisnya.

Bohong jika Kalyan saat ini tidak senang, akhirnya ia bisa mengungkap kan perasaannya dan dibalas oleh gadisnya ini.

Kalyan langsung menarik tubuh Mafi kedalam dekapan hangatnya.

"Hey, it's okay, don't cry fi"

"Tetap sama Iyan ya fi, sekarang dan selamanya"

MAFIYAN [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang