23

258 32 2
                                    

Haiiiiiii! Gimana kabar kalian, baik kan?
Selamat menjalani ibadah puasa, bagi yang menjalankan
Dan maaf maaf nih bikin gantung, soal nya ada beberapa perubahan di jalan pikiran dan hati saya juga tujuan saya


So






Happy reading guys





Jam di ponsel nya sudah menunjukan pukul 19.58, namun Nadhara dan Merianne masih betah duduk di pinggir jalan tanpa peduli orang orang memandang mereka dengan pandangan berbeda beda. Toh kata Merianne sih tak apa yang penting pede, yekan

Di suasana yang cukup temaram dengan cahaya bulan yang tampak nya tengah benderang, Nadhara termenung sesaat di antara dirinya dan Merianne saat ini tidak ada yang memulai percakapan, mereka berdua seolah larut dalam pikiran masing masing tanpa peduli angin malam menerpa raga mereka

"Gares!"

Seorang gadis berperawakan mungil dengan pipi berisi namun bibir tipis namun menghasilkan senyum indah yang  seharus nya berwarna merah muda itu nampak pucat, meneriaki seseorang yang sangan familiar di kehidupan nya

"Sini!" Tangan nya melambai mengajak untuk menghampiri, sedangkan yang di panggil menuruti dan berjalan perlahan dengan senyum menawan. Terlihat sangan amat tampan

"Kenapa keluar sendiri, disini dingin dan angin malam engga baik buat kamu" ucap seseorang bernama Garesh itu sambil berjongkok menyamakan tinggi nya dengan seseorang hadapan nya. Pandangan amat menghanyutkan, dengan suara lembut namun terselip kekhawatiran dia memengang tangan sang gadis dengan harapan akan sedikit memberi kehangatan, sekali lagi sang gadis di buat jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada pria di hadapan nya ini

"MomDad lagi ke rumah sakit dan Abang tadi lagi mandi, kamu tau kan bagaimana lamanya Abang kalo sudah kekamar mandi"

"Terus kenapa keluar sendiri? Kenapa tidak minta tolong para pegawai"

"Aku bisa sendiri kenapa harus merepotkan orang lain!" Sedikit tidak terima ia berlalu dengan kesal menggerakan kursi rodanya, kenapa ia begitu berlebihan bikin mood nya jelek saja

"Aku hanya tidak mau dunia ku ini kelelahan dan sakit" sang pria menyusul dengan mengambil alih kursi roda dan mendorong nya dengan hati hati, sungguh yang tengah duduk di kursi roda ini adalah seseorang paling berhaga bagi nya melebihi apapun

"Gares" ketika mereka telah sampai pada ruang keluarga, Gares memindahkan sang gadis ke kursi lalu ia menidurkan diri dengan paha sang gadis yang jadi bantalan nya

"Kenapa?" Atensi pria bernama Gares itu terpokus langsung pada sang gadis ketika suara yang ntah kenapa selalu terdengar indah pada telinga nya itu terdengar, agak lirih dan terdapat keraguan

Sang gadis menunduk memandang nya dengan tatapan yang rumit, tidak bisa di jelaskan "Tadi aku denger percakapan Dad sama Om" ia mengulum bibir nya sesaat memberhentikan ucapan nya ketika tiba tiba dadanya terasa sesak, lalu menegakan kepala nya agar menghalau air mata yang tertahan agar tidak keluar begitu saja

"Aku denger, bahwa keadaan ku sudah tidak tertolong lagi" ia masih menatap ke atas. Sungguh, ia enggan menatap pria tampan nya itu yang ntah kenapa membuatnya sesak. Tak lama ia tersentak ketika sebuah telapak tangan yang terasa hangat menyentuk permukaan wajah nya, cukup nyaman hingga ia tak sadar memejamkan matanya tanpa bisa menahan lelehan bening yang keluar begitu saja dari matanya, yang lama kelamaan di tambah isakan

"Ak-aku, aku liat Daddy nangis. Pasti karena aku ya? Aku buat Daddy khawatir terus ya? Mommy dan Abang juga pasti lelah tapi mereka harus ngurus dan jagain aku, aku ngerepotin banget kan? Aku bener bener ngerasa engga berguna sama sekali di sini" dengan nada tersendat sendat dan mata yang terus menerus keluar air, ia tiba tiba merasa menjadi manusia yang lemah dan tidak berguna ketika melihat seluruh keluarga nya bekerja keras untuk nya saja

Dengan perlahan ia bangkit dan membawa gadis nya kedalam dekapan nya. Tidak, kenapa gadis nya berpikir seperti itu padahal dirinya adalah matahari keluarga ini, permata dan harta paling berharga milik keluarga ini dan dirinya. Gadis nya amat berguna karena kehadiran nya selalu membuat orang orang bahagia, dia juga bagian terpenteng hidup nya inti dari segala kebahagiaan nya. Tidak ada setitik buruk pun di mata nya pada sang gadis, gadis nya adalah hal terberharga, sangat amat berharga.

Ia mengerat kan pelukan nya dan menggeleng "engga" ia terus menggeleng dengan terus mengecup puncak kepalnya sembari bergumam" enggak" dengan mata yang menatap pria yang berdiri agak jauh dari mereka yang tengah menggepalkan tangan nya dan menahan air mata nya keluar lalu berbalik menuju dapur karena tak tahan menahan sesak di dada

Whussst!

Nadhara tersadar ketika sebuah mobil melaju kencang dengan tanpa sengaja anggin kencang yang di hasilkan dari laju mobil itu menerpa wajah nya, membuatnya kembali pada dunia lalu terkekeh ringan. Sial, ternyata dirinya dulu lemah dan cengeng juga dan tanpa malu menangis di hadapan orang yang di cintai nya dulu. Sungguh, sangat memalukan batin nya sambil menggeleng pelan

Nadhara mengalihkan atensi nya pada tas nya lalu membuka ponsel nya yang sedari tadi ia simpan untuk memesan kendaraan online untuk pulang

Lalu menoleh menatap Marianne yang tengah meratapi nasib nya " Gw heran, yang gw tau lo itu selalu dan nekat dan jarang banget takut sama sesuatu" ia merubah duduk nya menjadi bersila dan kembali menatap kedepan

"Apa yang lo takutin dari lelaki itu? Ku rasa ia tak seberbahaya itu hingga membuat mu menjadi pengecut dan berlindung di belakang ku" Marianne menatap Nadhara yang tengah memandang lurus kedepan, ia menghela napas berat seperti hidup nya tengah di landa ujian berat. Walau, kenyataan nya memang seperti itu

"Lo pasti tau dia siapa kan. Lagian si Cabe juga suka sama tuh cowo, dan pasti lo tau sendiri jika dia liat gw sama tuh cowo dia gak akan diem aja" Marianne memeluk kaki nya dan menumpukan kepalanya di situ

Nadhara terkekeh menatap Merianne. Hei! Merianne pikir ia akan percaya, Hell No! "Lo pikir gw percaya? Jawab jujur!" Bukan memaksa sih, hanya saja tingkah Merianne ini aneh menurut nya

"Nadhara!" Merianne menatap Nadhara dengan wajah melasnya dengan nada suara merengek membuat Nadhara menatap nya aneh, dia jadi kesal sendiri

"Nadhara, gw ngerasa tuh cowo bahaya! Lo tau gak setiap liat dia gw selalu deg degan!, dan pas dia sentuh gw, badan gw tiba tiba jadi kaku dan gak bisa gerak, di tambah tangan gw suka tiba tiba keringat dingin dan wajah gw jadi panas. Apalagi kalau dia senyum, sumpah demi apapun gw merinding sampe wajah gw merah" Merianne menatap Nadhara seperti orang tak berdaya. Sungguh Merianne bingung harus bagai mana

"Untuk pertama kali nya gw ngerasa takut sama orang separah ini, lo pasti tau kan gw kalo ada rasa takut itu pasti gw lawan dan itu gak berlangsung lama karena gw juga bukan orang yang suka memiliki kelemahan. Tapi Nad, pas sama tuh cowo gw gak berdaya, ntah apa yang dimiliki nya tapi dia bikin gw diam dengan sedikit sentuhan. Dia bahaya dia pasti gak bener, gw harus ngehindar agar aman! Bukan fisik yang ia lukai seperti nya tetapi psikis, dan itu berhasil dia buat gw ngrasa mental gw gak aman!" Marianne tampak sekali bersemangat ceritanya, Nadhara yang ingin menyela pun tak bisa. Merianne ini bodoh atau bagaimana, apa dia tidak tau diri nya tidak takut namun tengah jatuh cinta?

Nadhara memutar bola matanya malas, ia bangkit dan berjalan meninggalkan Merianne yang kesal dan menyusul nya memasuki sebuah mobil. Biarkan saja Nadhara tak pedulikan, mungkin itu karena Merianne kebanyakan pake otot sama otak tapi jarang pake hati, jadinya giliran kek gini goblok sendiri




















But, makasih buat semua para pembaca yang sudah baca cerita ini

So

Jangan lupa

Vote
Komen, and
Share

Ya!


dunia novelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang