21

844 124 8
                                    

Hay
Hello
Anyong



















Happy reading guys



"Gw kira kalian bakal kalah" kini mereka berada di kantin dengan menggunakan baju bebas, sebab di lapangan tadi matahari tengah terik teriknya, jelas sekali mereka tak menyukainya, bau matahari bercambur dengan keringat. Junaedi, lelaki yang biasanya di sebut Edi, namun memperkenal kan dirinya sebagai Juna pada Nadhara itu mulai membuka suara karena jengah pada Adit, teman nya yang dari tadi mengoceh memberitahu padanya tentang bagaimana Willy memperlakukan nya di lapangan tadi, sekedar informasi Willy hanya menendang nya hingga ia tedampar di lantai yang beralas tanah, dan itu cukup membuat nya menggerutu tiada henti, salahnya juga membuat keributan di sebelah Willy si Pinky boy yang sedang serius memperhatikan Nadhara dan kawan kawan

"Kalau kita kalah, berarti kita enggak ada niatan untuk menang" lelaki dengan kacamata hitam bulat itu menyahut ketika mendengar perkataan teman sekelas nya itu, Revan namanya, si pendiam yang diam diam menghanyutkan kalau kata Willy, soal gaya boleh terlihat teladan namun ia salah satu playboy kakap di sekolah ini yang tidak ada gosip keburukan nya, soal nya Willy bilang selain orang kelas kita orang orang tidak tau bagaimana seorang Revan, mereka hanya melihat keramahan nya juga jatuh cinta pada wajah tampan nya, padahal mereka tidak tau saja, dia adalah playboy berjadwal padat, semua nya ia lalukan secara rapih, salah satu kegiatan wajibnya ialah, berkencan 2 hari sekali dengan orang yang berbeda

"Jangan bangga dulu, kita hanya unggul satu poin doang" si pinky boy menyahut ketika ia berhasil duduk di sebelah Nadhara, lalu menempel pada Nadhara, untung nya perkataan dan tindakan nya tidak mengganggu Nadhara malah di benarkan oleh Nadhara. Willy benar, mereka hanya unggul satu poin dan itu bukan suatu yang luar biasa, hanya saja mereka puas karena kemenangan ada di tangan mereka

"Kalian pesan saja, biar Kak Sakha yang bayar" itu baru Nadhara yang bicara, ia mengalihkan topik karena tenaga nya terkuras, dan perutnya butuh asupan, ia menoleh menatap orang di sebelah nya yang tengah menatap nya, ia membalas tatapan nya di tambah dengan senyuman

"Iyaa, kan." Bukan pertanyaan atau pun pernyataan, hanya saja di telinga Damian terdengar seperti perintah, namun ia hanya mengangguk tanpa menjawab apa apa

"Sip, sempurna! Anggap aja ini juga sebagai pajak jadian kalian, ya gak?" Adit berdiri dengan semangat dan kemudian berlalu, namun baru ingin berlalu ia terhenti karena perkataan seorang, membuatnya mengurugan niatnya untuk memesan karena pembicaraan nya seperti menarik

"Siapa yang jadian? Kok Willy engga tau" perkataan Willy membuat semua nya kini malah menatap padanya yang kini tengah mengerutkan kening, mustahil sumber dari segala sumber informasi tidak tau perihal ini

"Ya... ya Nadhara sama Kak Sakha lah, siapa lagi?" Adit tertawa paksa melihat raut wajah Willy yang nampak tidak suka. Sial, kenapa ia terlihat seolah olah  apa yang ia bicarakan adalah hal yang tabu di sini

"Nadhara sama Kak Sakha?" Willy menatap Nadhara lalu pada Damian "Kamu tau dari siapa?" Ia kini menatap Adit menuntut

"Dari... dari Serina kelas IPS, itu... itu yang suka tiba tiba nemplok sama gw, yang di sebut sebut ratu gosip sama orang orang, yang itu" ntah kenapa Adit tampak panik, "Lagian bukan nya itu kelihatan dari sikap mereka, yakan?" Ia kembali mengeluarka tawa paksa  dirinya sendiri tidak mengerti, padahal hanya karena si Pinky boys menatap nya, namun ntah kenapa ia seperti akan di dorong dari tebing yang curam, apa ia terlalu lebay?

Willy mengerutkan kening "Mereka engga pacaran tau! Jangan dengerin gosip gak bener, kalau mau tau tanya aja Willy, Rara juga di sini, tanya aja Rara" ucap nya pada Adit yang ntah kenapa, dirinya terlihat seperti seorang tersangka

"Mereka emang deket karena punya ikatan, tapi enggak pacaran kok" ia menatap Adit yang memiliki keinginan memaki bibir nya dan berita hoax itu, dengan beberapa kali berkadip yang membuat wajah nya tampak polos dan menggemaskan

"Kamu itu kebanyakan bergaul sama orang orang enggak jelas, padahal cukup dengan MeriAnne saja tampak sekali kebodohan nya"

"Hei! Kok bawa bawa gw sih, gw dari tadi diem aja juga masih di bawa bawa" Marianne kesal, padahal ia diam saja sembari memakan popcorn yang ia ambil di pinggir lapang, walau pun ntah itu milik siapa, ia hanya melihat nya di sana tanpa pemilik jadi toh dari pada mubajir, ia makan saja, namun tiba tiba namanya tersebut, jelas saja ia tidak terima

"Kenapa? Pada dasarnya itu adalah sebuah kenyataan tau"

"Udah" Nadha membuka suaranya ketika perutnya sudah meronta ronta, percuma menunggu mereka selesai berbicara, enggak akan ada habisnya

"Dit, pesan sana"

"Ah, iya" beberapa saat kemudian kembali membawa alat seperti bel, oh ya tadi Rengganis yang menulis pesanan dan Adit yang memesan dan sisa nya oleh pegawai






















Thx'U guys

Jangan lupa
Vote
Komen
And Share, ah jan lupa Follow juga ya

Sekali lagi makasih udah mau baca cerita ini🖤

dunia novelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang