-GITA-
(15 tahun yang lalu)Sudah hampir dua pekan aku tidak bertukar sapa dengan Reksa sejak eksiden itu. Baik di sekolah maupun via chat. Aku tau, mungkin ini terkesan childish karena sebenarnya ini 100% bukan kesalahan Reksa, atau dia sama sekali tidak bersalah. Tapi aku sudah benar-benar jengah dan kehabisan kesabaran melihat tingkah adik kelas yang mengaku juga sebagai fans berat Reksa kemarin.
Sebenarnya aku tidak pernah masalah dengan keberadaan mereka, tapi eksiden kemarin benar-benar sudah keterlaluan dan merugikanku sampai harus terkena amarah Pak Usman, guru seni budaya, karena terlambat menyerahkan projek ini. Ya, meskipun bisa ku selesaikan ulang dalam waktu tiga hari sebelum acara pensi.
Ini juga yang disebut Fanatism yang dianggap strereotip karena selalu bersikap berlebihan, histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif terhadap idola mereka. Namun, banyak orang yang masih menganggap hal tersebut adalah wajar termasuk warga Indonesia sendiri karena hal tersebut belum merugikan orang lain. Salah satu Fanatism yang sesungguhnya dan dapat merugikan orang lain adalah dengan mengintimidasi hingga melakukan pengeroyokan secara verbal maupun non-verbal terhadap seseorang dengan maksut membela idolanya namun dengan cara yang salah namun mereka membenarkan hal tersebut.
Beruntungnya aku bukan termasuk golongan tersebut. Tapi bukan berarti aku tidak mengidolakan siapapun. Ada, tapi aku hanya bersikap biasa saja dengan tetap menghargai karya orisinil mereka tanpa mendukung pembajakan dan copyright. Aku hanya mencoba membayangkan berada di posisi mereka atau crew yang juga ikut berkerja keras dalam tahap produksi hingga peluncuran tapi dengan semudah itu orang membajak karyanya dan banyak dari mereka yang mengaku menjadi fans berat mendukung adanya pembajakan tersebut dengan beralasan hanya membuang duit atau tidak memiliki uang. Kalau aku jadi mereka, lebih baik aku tidak menikmatinya untuk sementara waktu dan menunggu waktu yang tepat hingga uangku terkumpul.
Seperti saat ini, aku bisa melihat dari jauh fans band Temu sedang bernyanyi bersama idola mereka dibarisan paling depan di acara pensi tahunan sekolah kami. Mungkin aku juga masih menganggap itu adalah hal biasa karena mereka tidak merugikan orang lain termasuk idola mereka sendiri karena aku pernah tidak sengaja menemukan goresan di dahi Reksa, dan saat ku tanya bagaimana dia bisa mendapatkan goresan itu dia hanya menjawab dengan santai kalau itu akibat dari cakaran salah satu fansnya saat band Temu akan pulang setelah tampil on air di salah satu stasiun TV swasta.
Ya, aku harap hal tersebut tidak terjadi lagi, baik untuk Reksa maupun seluruh personel band Temu. Atau seluruh public figure di dunia ini.
Aku sempat bertemu pandang dengan Reksa beberapa saat sebelum akhirnya dia memainkan bassnya kembali untuk menyanyikan lagu berikutnya.
Sejujurnya aku ingin mengakhiri perang dingin ini dengannya secara langsung. Tapi, waktu seperti belum memihak karena aku melihat akhir-akhir ini Reksa sangat sibuk dengan jadwal manggungnya. Dan, Reksa sebenarnya juga sempat mencoba mengajak ku untuk bicara setelah beberpa hari eksiden tersebut. Namun, aku masih diselimuti kabut emosi yang membuat ku tidak ingin bicara dengan siapapun, termasuk Reksa.
Pukul 7 pensi masih belum berakhir dan aku belum juga memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Reksa. Ingin masuk ke backstage pun rasanya tidak mungkin meskipun mudah bagi ku untuk masuk ke dalam sana dengan bantuan orang dalam tentunya. Merasa percuma aku akhirnya memilih meninggalkan sekolah karena ternyata ayah juga sudah menjemputku.
Saat sudah berada dirumah dan akan pergi tidur tiba-tiba ponselku berdering ada panggilan masuk dari Reksa. Buru-buru aku mengangkatnya.
"Ta, lo belum tirur kan? Gue dibawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORTUNATELY
General FictionDalam hidup Gita, dia tidak pernah menyangka bisa bersahabat dengan Eksa, seorang public figure, selama lebih dari 15 tahun. 'Sayangnya', dikelilingi banyak penggemar wanita dan selalu menjadi sorotan kamera membuat Gita sedikit ngeri dan muak denga...