-GITA-
Setelah puas membuat dompet Eksa menjadi kering dengan membeli banyak jajanan di pasar malam tadi, Eksa mengajak untuk segera ke rumah ku yang kini sebenarnya sudah 4 tahun ini hanya di tinggali oleh ke dua orang tua ku saja karena aku yang lebih memilih tinggal di indekost yang jarak tempuhnya menuju kantor lebih dekat dan aku bisa menghemat ongkos.
Ayah dan Ibu sebenarnya melarang ku untuk tinggal sendiri karena tidak ingin merasa kesepian sejak di tinggal Tyra, anak sulungnya yang telah menetap di Jogja setelah menikah. Demi menghibur mereka, aku dan kak Tyra sepakat untuk selalu menyempatkan video call dengan mereka meski hanya sekedar menyapa dan memberi kabar minimal sehari sekali.
Dan agar kepindahan ku di restuu seratus persen, aku menjanjikan untuk rutin pulang dan menginap seminggu atau paling lama 2 minggu sekali. Seperti kunjungan rutin ku malam ini yang sebenarnya sudah ku rencanakan dua minggu lalu karena minggu lalu aku izin absen untuk membantu dan menemani Eksa menyiapkan pernikahannya dengan Jihan.
Jangan tanya soal Eksa. Pria itu diluar rencanaku. Karena tadinya aku mengira Eksa hanya numpang lewat di depan gedung hotel saat pulang setelah selesai photoshoot. Namun, saat ku hampiri dia memang tengah menunggu ku di tempat sesuai gambar yang ia kirim. Bahkan dia samapi beradu mulut dengan beberapa pria pengunjung warkop hingga mengeluarkan pernyataan tidak terduga di depan umum yang membuat telingaku memanas dan segara ku hentikan sebelum menjauh kemana-mana.
Jadi itulah alasan mengapa tadi aku memilih diam saat beberapa pria di sana melecehkanku. Ditambah suasana hatiku yang sedang buruk sejak datang ke resepsi dan sepatu hak tinggi yang membuat ku lelah namun nyatanya tak kunjung ku lepas sampai sekarang.
Malam mulai larut, tetapi orang tuaku tak kunjung pulang. Mungkin mereka sedang terjabak macet atau pengalihan arus mengingat ini malam minggu pasti banyak warga Jakarta ingin berakhir pekan ke Bogor.
Eksa sendiri memilih menemani ku sampai ayah dan ibu tiba selain ia ingin menyampaikan sesuatu pada mereka. Aku tidak tahu apa, tapi mungkin urusan baju seragam untuk pernikahannya nanti. Entahlah.
Semilir angin malam turut menemani kami yang tengah duduk di undakan kecil yang menghubungkan teras dan halaman depan sambil menikmati cireng, batagor, sosis bakar, dan tiga jenis jajan lainnya.
Tadinya aku ingin langsung masuk ke dalam, menonton film di ruang tengah, tapi Eksa menolak karena ingin merokok dan mencari angin luar karena merasa gerah. Padahal kalau aku perhatikan langit sejak pagi terlihat mendung sampai sekarang.
Kedua kakiku yang sejak tadi mengenakan stiletto juga tidak bisa berbohong, hingga aku menyerah dan memilih mengistirahatkan diri sebentar setidaknya sampai semua jajan-jajan ini tandas.
Satu jam berada di luar kemudian aku memutuskan beranjak masuk, tapi sebelum itu aku menawari Eksa segelas kopi.
"Mau ngopi gak lo?"
"Dari tadi kek nawarin. Tuan rumah macem apa lo?"
"Halah ... biasa juga grasak-grusuk main ambil aja berasa rumah sendiri." Kemudian aku masuk meninggalkannya yang masih menikmati sisah nikotinnya.
Aku melesat pergi ke dapur setelah melepas stiletto dan menyimpannya di dalam rak. Melempar clutch sembarangan di atas sofa ruang tengah, dan taanpa perlu pergi ke kamar untuk mengganti pakaian. Lalu, memasak air.
Selagi menunggu air matang, aku menyiapkan satu sachet kopi hitam yang biasa ibu simpan dengn stok banyak. Setelah memasukan bubuk kopi ke dalam cangkir, sayangnya aku tidak menemukan gula.
Aku mencoba mencari di seluruh lemari atas, meskipun sulit bagi ku untuk menjangkaunya karena posisinya yang sangat tinggi dan aku hanya bisa meraba-raba, tapi mungkin saja ibu menyimpannya di sana agar tidak di rubungi semut.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORTUNATELY
General FictionDalam hidup Gita, dia tidak pernah menyangka bisa bersahabat dengan Eksa, seorang public figure, selama lebih dari 15 tahun. 'Sayangnya', dikelilingi banyak penggemar wanita dan selalu menjadi sorotan kamera membuat Gita sedikit ngeri dan muak denga...