-GITA-
(16 tahun yang lalu)Sudahku duga, si Reksa tidak dapat dipercaya kalau dia akan datang. Bahkan sampai menjelang pukul 4 pun dia sama sekali tidak mengirimiku sebuah pesan. Sia-sia aku menunggu.
Cuaca di awal September memang sedang panas-panasnya. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar mengambil pakaian dan bergegas mandi. Setelah mandi, aku memilih membaca komik Hai Miiko yang ku ambil secara acak serinya sambil rebahan di kasur.
Dipertengahan halaman, tiba-tiba ponselku berdenting, ada pesan masuk. Ternyata dari Reksa.
Reksa:
Sorry, rumah lo di mana?
Kita ngerjain di rumah lo aja gpp kan?
Aku panik seketika. Ini serius dia mau kerumah? Melirik jam di kamar sudah hampir menunjukan pukul 5 sore yang artinya Ayah akan segera pulang dan tiba di rumah sebentar lagi.
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku cemaskan. Tapi, aku memang tidak pernah terlihat bersama teman laki-laki ku apalagi sampai membawanya ke rumah. Apa yang Ayah pikirkan nanti? Jelas itu membuat ku cemas.
Belum lagi, aku takut jika menimbulkan keributan di luar rumah. Tapi, aku juga tidak enak hati harus menolak, karena cowok itu sudah berusaha meluangkan waktunya yang sangat padat.
Ting!
Ponselku kembali berdenting menandakan pesan masuk.
Reksa:
Ta, lo masih idup kan?
Gw otw sekarang, mana alamat lo?
Gw juga uda izin bunda.
Ya Allah bagaimana ini?! Mau bilang kalau diajak pergi Ayah tapi aku juga tak enak hati dengan Bunda-nya.
Akhinya aku pasrah mengirimkan alamat rumahku. Sebelum dia benar-benar datang, otakku dengan iseng memikirkan segala skenario yang belum tentu akan terjadi dan malah membuatku semakin pusing.
Waktu seperti cepat bergerak, dan seperti dugaanku, Reksa memberiku kabar jika ia sudah berada di depan rumah bertepatan dengan Ayah yang baru sampai sepuluh menit yang lalu.
Aku segera turun untuk menghampirinya. Tapi, baru akan membuka pintu, Ayah yang tadi sedang menonton TV tiba-tiba suaranya mengejutkan ku.
"Gita, mau ke mana, nak?"
"Eh, mau... mau ke Minimart Yah."
"Mau beli apa?"
"Anu ... mau beli teh kotak."
"Oh, kalua begitu ayah nitip beliin rokok ya. Nanti kamu belinya pakai uang Ayah aja."
Jika biasanya aku akan menolak jika diminta tolong ayah untuk membeli rokok, mengingat usia dan kesehatannya yang tak seperti dulu, tapi untuk kali ini aku harus menurutinya demi keberlangsungan hidup ku nanti saat terpaksa menerima Reksa sebagai tamu. Setelah menerima uang aku bergegas keluar menemui Reksa, sambil sedikit-sedikit menengok ke dalam rumah untuk melihat situasi. Sampai diluar aku melihat Reksa menatap ku sambil berdiri di dekat mobilnya kemudian menyapa.
"Hei, sorry gue tadi ada meeting mendadak jadi gue baru bisa sekarang."
Aku meringis mendengar penjelasannya. Bagaimana bisa, diumur dua belas tahun lebih sudah melakukan meeting? Sudah seperti pekerja kantoran saja. Padahal, aku sendiri seharian hanya asik nonton TV, baca komik dan rebahan.
"Ini lo mau ke mana?" Tanya Reksa.
"Gue mau ke Minimart dulu bentar di suruh Ayah." Jawab ku dengan menyebut 'Ayah' dengan harap Reksa mengerti maksut ku dan dia segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORTUNATELY
General FictionDalam hidup Gita, dia tidak pernah menyangka bisa bersahabat dengan Eksa, seorang public figure, selama lebih dari 15 tahun. 'Sayangnya', dikelilingi banyak penggemar wanita dan selalu menjadi sorotan kamera membuat Gita sedikit ngeri dan muak denga...