-EKSA-
"Nomer yang anda tuju tidak menjawab, silahkan coba beberapa saat lagi..."
Gue berdecak kesal. Ini kesekian kalinya gue mendengar suara operator karena nomor yang gue tuju tak kunjung menerima panggilan.
Gue menolehkan kepala ke arah balkon lantai dua sebuah rumah indekos. Dilihat dari tempat gue berhenti saat ini, gue bisa melihat bahwa lampu kamar tersebut masih menyala yang mana menjelaskan bahwa penghuni kamar tersebut masih terjaga. Apalagi ini baru akan memasuki pukul 9 malam.
"Please, angkat..." Gue memijat pelipis gue yang semakin terasa nyut-nyutan sambil terus mencoba untuk menghubungi nomor seseorang kembali.
"Nomor yang anda tuju–" gue langsung menekan tombol merah lagi begitu mendengar suara yang sama.
Sumpah! Kalau bisa gue lepas, sekarang juga gue lepas ini kepala. Tapi enggak, meletakan kepala gue di atas kemudi m. Memijat belakang kepala yang rasa sakitnya semakin menjadi.
Dengan sisa tenaga yang masih gue punya, akhirnya gue mencoba untuk mengirim sebuah pesan dengan berharap seseorang yang berada di seberang sana segera membacanya.
Reksafa :
Please, gue di depan.
Gue numpang tidur ya.
Atau bawain gue obat
sakit kepala aja.
-Sent-
Setelah pesan terkirim, gue memejamkan mata sambil meringis menahan sakit yang semakin menjalar ke perut. Sambil berharap-harap cemas seseorang yang gue cari segara turun dan membantu mengatasi masalah yang gue hadapi sekarang.
Tangan gue kemudian beralih meraba untuk mematikan AC karena badan gue yang merasa mulai menggigil dan keringat dingin perlahan mengalir di sekitar dahi dan pelipis. Cukup lama gue menunggu, namun beberapa menit kemudian gue mendengar sebuah gerbang dibuka secara grasak-grusuk lalu diikuti sebuah ketukan dikaca mobil.
Tenaga gue yang semakin melemah hanya mampu meraba kembali untuk mencari tombol kaca dan menekannya turun. Samar-samar gue bisa mendengar suara perempuan yang berada diluar sana sedang mengomel meskipun gue tidak bisa menangkap apa yang dia katakan.
Begitu kaca mobil turun sempurna, seorang tersebut yang tadi mengetuk kaca mobil gue langsung terkejut dan panik.
"Ya ampun! Eksa, lo kenapa?!" Dia lalu membuka pintu mobil gue dan menarik gue dari kemudi untuk dia periksa kondisi gue.
"Kok lo bisa sampai kaya gini, sih?!" Suaranya terdengar memekik dan bergetar seperti menahan tangis di telinga gue.
Sayangnya, gue juga tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan hanya mengeluarkan suara saja rasanya tidak sanggup.
"Wait, bertahan..." Perempuan itu menutup pintu mobil dan entah apa yang ia lakukan. Mungkin mengambil sesuatu karena tidak sampai dua menit dia kembali membuka pintu.
Gue hanya bisa pasrah saat merasakan sepertinya ada yang memindahkan tubuh yang sudah tidak berdaya ini ke kursi penumpang sebelahnya dengan susah payah.
Selanjutnya, ada sebuah jaket yang menutup bagian depan tubuh gue. Disisa kesadaran gue, ternyata gue masih bisa menebak kalau ternyata jaket ini miliknya karena wangi parfumnya yang sudah gue hafal di luar kepala
Gue tidak tau apa yang terjadi setelahnya karena saat merasakan mobil mulai berjalan dan saat itu juga kesadaran gue perlahan ikut menghilang dan melupakan rasa sakit itu sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORTUNATELY
General FictionDalam hidup Gita, dia tidak pernah menyangka bisa bersahabat dengan Eksa, seorang public figure, selama lebih dari 15 tahun. 'Sayangnya', dikelilingi banyak penggemar wanita dan selalu menjadi sorotan kamera membuat Gita sedikit ngeri dan muak denga...