UNFORTUNATELY -16-

139 18 1
                                    

-EKSA-

"SELESAI!"

Gita langsung merebahkan badannya diatas karpet dengan kakinya yang berada di sofa setelah selesai membantu gue untuk mengemasi beberapa sovenir untuk keluarga dan kerabat terdekat.

"Haduh ... kenapa ya raga gue cepet banget menuanya."

Gue terkekeh mendengar keluhan Gita yang mulai tidak jelas sambil merenggangkan otot-ototnya. Setelah membereskan beberapa benda yang tercecer, dan menyimpan beberapa sovenir di kamar tamu, gue pun ikut bergabung duduk bersebelahan dengan Gita yang masih merebah.

"Eksa! beliin gue telur gulung ato apaan gitu kek mie gacoan! Gue berasa lagi kerja rodi bareng kompeni tau gak kalo kek gini! Kaga di kasih makan!" Ucap Gita yang mulai berisik dan tidak sopan karena kakinya yang tidak bisa diam menyunduli kepala gue di sebelahnya.

"Iye, sabar! Gofudnya lagi otewe– kaki lo bisa diem gak sih?!" Dengan kesal gue menjepit kedua kaki Gita di bawah ketiak. Sementar perempuan itu malah tertawa.

"Ta, main pees, yuk! sambil nunggu gofud," ajak gue, sambil memainkan ujung jari-jari kakinya dan sesekali mengusapkan pipi gue ketelapak kakinya yang entah mengapa bisa membuat gue nyaman meski sedikit bau sih.

"Ogah, ah!" jawabnya sambil mulai menscroll ponselnya.

Posisi seperti ini entah mengapa membuat gue nyaman. Dengan Gita yang masih berbaring dan kepalanya besebelahan dengan kaki panjang gue begitupun sebaliknya.

Kakinya masih setia gue rangkum dengan sebalah tangan dengan sesekali gue mainkan jari-jarinya atau mengusap-usapkan pipi gue ke permukaan kakinya yang dingin seolah bisa memeluknya dan bisa memberinya kehangatan. Dan dari posisi sepertini, gue juga bisa menikmati beragam ekpresi yang Gita tunjukan saat ia masih serius dengan ponselnya.

Kenyamanan ini berlangaung cukup lama, bahkan tanpa sadar sampai membuat kedua mata gue terpejam. Meresapi segala hal yang sejak kemarin malam bersama Gita membuat gue gila dan perlahan berangsur menjadi ketenangan yang membahagiakan. Kalau boleh gue egois, apa boleh gue merasakan ini semua selamanya?

Bayangan lain muncul dan seakan menarik gue lebih dalam ke alam bawah sadar. Dengan balutan besakap gue menunggu seseorang. Dari jauh, terlihat sebuah cahaya terang menerangi garis siluet seseorang. Cahaya itu cukup menyilaukan. Namun, perlahan cahaya tersebut memperlihatkan seperti sosok nyata di balik siluet di hadapan gue. Dari bawah hingga atas siluet itu berganti menjadi seorang perempuan yang tidak asing dalam kehidupan gue. Bahkan ketika pergantian tersebut hampir mencapai wajah, dan meski masih terlihat samar, gue bisa menebak siapa dia. Iya, dia! Perempuan berkebaya merah muda, yang siang tadi gue jumpai. Semuanya nyaris terlihat jelas sebelum...

Ting tong

Seketika kesadaran gue kembali ke tempat semuala setelah medengar bel rumah berbunyi. Sepertinya abang ojol yang mengantar makanan kami.

Sialan! Gue bahkan belum liat wajahnya dengan jelas.

Gue mendesah keras sebelum akhirnya bangkit dan berjalan dengan gontai mengambil makanan yang telah diantar abang ojol. Tak lupa gue membayarnya dan memberi beberapa tip dan kemudian kembali duduk ke tempat semula.

Sebelum membuka makananya, gue melihat Gita sebentar yang dalam diam dan ekspresi datarnya masih terlihat asyik dengan ponsel pintarnya. Ingatan tentang mimpi itu kembali lagi, dan membuat gue bertanya-tanya siapa perempuan itu? Mana mungkin itu Gita kan?

Gue menggelengkan kepala cepat, mengenyahkan bayangan gila tadi dan segera membuka makanan. Aroma mie gacoan yang masih hangat ini langsung masuk ke indra penciuman ketika gue berhasil membukanya. Tapi sayangnya aroma lezat ini tidak dapat menarik perhatian Gita dari ponselnya. Gue mencoba memanggilnya beberapa kali untuk segera makan pun dia hanya diam tidak menyahut padahal yang pertama kali berisik mengeluh lapar kan dia.

UNFORTUNATELYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang