bagian 13

449 115 20
                                    

Jangan lupa vote and komentar.



Suasana restoran di ibukota memang sangat berbeda dengan restoran-restoran yang ada di pinggiran seperti milik Kakek Si.

Jin shil begitu bersemangat, dia berjalan dengan langkah lebar. Seluruh mata tertuju pada polesan alami Jin Shil, yang membuatnya terlihat seperti kelopak bunga begonia.

Dia mengambil tempat dimana akan membuatnya menjadi pusat perhatian. Jin Shil tidak berencana memberi Bae Irene wajah. Di dalam pikirannya, hanya Dia dan Dita lah yang akan menjadi lakon utama dalam pertunjukan kali ini.

"Kakak, aku ingin duduk di tempat ini." Teriak Jin Shil, melambai-lambaikan tangannya. Jin Shil benar-benar masih anak kecil. Ditengah keramaian restoran dia berteriak tanpa rasa malu, dan Namjoon hanya harus memperbanyak persediaan kesabaran untuk menghadapi tingkah manja dari adik satu-satunya.

Namjoon menatap adiknya dengan tatapan memperingatkan. "Jin Shil! Jaga sikapmu. Kau seorang gadis. Berteriak bukan hal yang akan dilakukan oleh seorang gadis."

Mendengar suaminya sedikit marah, dia mengulurkan tangannya dan mengusap penuh kasih lengan Namjoon, agar lebih bersabar menghadapi adik kecil mereka. "Dia masih kecil, suamiku." Ucap minji lembut, segaris senyum menghiasi sudut bibirnya.

Namjoon terdengar mendengus kecil. "Minji! Kau terlalu memanjakannya. Lihatlah bagaimana dia bersikap. Dia seorang gadis, jika kau lupa."

Denise pergi ke sisi minji, dia memeluknya dengan erat. "Kakak ipar adalah yang terbaik. Aku mencintaimu." Serunya sembari mencium pipi minji, dan menjulurkan lidahnya mengejek Namjoon.
.
.
.
"Tuan Kim! Syukurlah, kau kembali. Kupikir kau tidak akan hadir memenuhi undangan kami namun. . . . Terimakasih" seru Myung-soo bergabung dengan Kim Namjoon.

Wajah Namjoon terlihat begitu tenang, seseorang akan berfikir dia merupakan seorang kultivator, dari dunia kultivasi jika melihat bagaimana bersahajanya Namjoon saat tersenyum pada Myung-soo. "Kami sempat berfikir untuk segera kembali namun mengingat bagaimana tuan muda Myung-soo sudah begitu baik bersedia mengundang kami, akan sangat buruk jika kami menyinggung mu." Kata-kata yang keluar dari mulut Namjoon begitu manise, seolah bibirnya terbuat dari madu. Bahkan Jin Shil yang mendengarnya tergoda ingin memuntahkan sisa sarapan yang masih tersimpan di dalam lambungnya.

Myung-soo tertawa dengan begitu angkuh, dia ingin semua orang mendengar, bagaimana anak seorang pejabat begitu menghormatinya. "Eoh tolong jangan katakan seperti itu. Kami berteman dengan baik, tuan muda Kim."

Dari balik punggung Myung-soo samar-samar terdengar bisikan-bisikan kecil yang membuat merak penasaran.

Bukankah itu anak termuda dari keluarga Kim. Sepanjang ritual kami tidak melihatnya dan sekarang dia baru datang.

Hey, pak tua! Apa yang kau bicarakan. Kim Taehyung sudah memisahkan diri dari keluarga besar Kim. Dia bukan lagi tuan muda. Kim Taehyung hanyalah Kim Taehyung, tidak lebih.

Benarkah? Kenapa aku tidak mendengarnya. . . .

Eoh dewa! Bahkan hal ini sudah tersebar dari sudut ke kesudut. Kau terlalu lama pergi berlayar, sampai hal sebesar inipun kau tidak mengetahuinya.

Myung-soo tersenyum miring, dia begitu senang mendengar bagaimana pemikiran orang tentang Kim Taehyung. Dia berjalan menyambut kedatangan adik tirinya. Taehyung mengambil langkah mundur, beberapa kali dia menengok kebelakang, mencari keberadaan istrinya untuk mendapatkan perlindungan, namun sial, dia datang hanya seorang diri. Dengan perasaan gugup bercampur khawatir, dia terus berusaha memberi jarak dengan Myung-soo. "Saudara Taehyung. . . . Kau juga datang ke ritual perjamuanku, hum?! Aku tidak tau bahwa selain idiot kau juga pelupa. Haruskah aku mengingatkan mu bagaimana dulu kau datang dan mempermalukan keluarga Kim kami dengan tidak berhati. Saudara Taehyung, aku tidak seburuk dirimu, jika aku begitu kejam mungkin aku tidak akan memberimu wajah, menyeretmu keluar dari pesta kami. Tapi kau tidak perlu khawatir, saudara Taehyung. Aku akan menjamu-mu dengan layak. Bahkan istriku sendiri juga akan menjamu-mu. . . . Tidakkah kau merasa senang, Kim Taehyung?" Kata Myung-soo mencela Taehyung dihadapan banyak tamu undangan.

Tangan Taehyung terkepal, dia menggigit bibir bawahnya. Kelopak mata Taehyung bergetar dan hidungnya terasa masam. Dia ingin berbalik, pergi meninggalkan neraka yang diciptakan oleh saudaranya.

Belum sempat berbalik, sepasang lengan menerobos dicelah lengannya. Melingkari pinggang Taehyung dengan begitu erat. "Kau mencari ku.?" Tanya Dita dengan kepala dilekatkan di pundak tegas Taehyung. Proporsi tubuh yang tinggi memaksa Dita untuk berjinjit kaki.

Taehyung menoleh, dia memegang tangan Dita yang melingkar di pinggangnya, dan mengangguk ribut. Mata Dita mengawasi raut wajah Taehyung dengan seksama. "Kenapa kau terlihat murung, hum? Apa ada yang menggertakmu?" Tanya Dita mengulurkan tangannya dan membelai lembut penuh kasih wajah suaminya.

Taehyung memandang Dita dan berkata. "Tidak ada. Aku hanya lapar."

Sudut bibir Dita tertarik. "Kenapa kau tidak mengambil tempat, hum? Kau tidak perlu menungguku.  Jangan buat dirimu sendiri kelaparan, Kim Taehyung. . Aku tidak menyukainya, jika kau sakit, itu akan membuatku sedih. . . "

"Dita! Kau kah itu?" Suara Myung-soo mengambil perhatian banyak orang.

Dita menarik tubuh Taehyung dan menempatkan disisinya. "Eoh tuan muda Kim! Senang bertemu denganmu. Kudengar kau baru saja mendapatkan pernikahanmu. Selamat tuan muda Kim, semoga pernikahanmu berumur panjang."

Senyum Myung-soo membeku mendengar doa yang keluar dari bibir Dita.

Bhukk. . .

Suara benda terjatuh.

Jimin bergegas memunguti barang belanjaan Dita. "Eoh maaf, aku tidak sengaja menjatuhkannya."

Dita menatap Jimin dan tersenyum. "Tidak apa-apa, kakak. Barang cukup banyak. Kau pasti kesulitan. Sekarang bergabunglah dengan tuan muda Kim Namjoon dan pesan apapun yang kalian inginkan."

Jimin menganggukan kepalanya. "Dan kalian? Bagaimana dengan kalian?"

Dita menatap Taehyung sekilas sebelum berbalik menatap Jimin. "Beri kami sedikit waktu untuk berdua saja. Aku ingin makan bersama Taehyung."

Jimin merotasikan matanya. "Eoh dewa. Bahkan dirumah hanya ada kalian berdua, apakah belum cukup?! Apa kalian tidak bosan?" Gerutu nya keheranan. Mereka tinggal dirumah yang sama. Tentu sepanjang hari mereka akan bersama, lantas untuk apa mereka meminta waktu lagi?

"Saudara Park, saudara Jeon. . . Bergabunglah dengan kami. Aku sudah memesan arak terbaik untuk kalian." Teriak Namjoon yang membuat semua orang nyaris tersedak karena terkejut. Tuan muda dari keluarga Kim di kota mengenali Jeon Jungkook dan Jimin, anak seorang petani di pinggiran desa.

Bahkan wajah Myung-soo dan Bae Irene sudah memucat.

Si dungu dan putri Disney sesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang