bagian 35

344 75 24
                                    

Kedai begitu ramai, beberapa orang harus mengantri di luar untuk mendapatkan tempat. Penduduk desa yang telah mendapatkan arahan dari Dita dan Jin Hee dengan percaya diri membuka gerai kecil untuk perkakas-perkakas kerajinan mereka. Lahan yang semula begitu sepi tidak pernah dikunjungi seorangpun kini mulai hidup. Tuan muda dan nona-nona dari kota melihat oleh-oleh yang bisa menarik minatnya.

Pengrajin sulaman tua, membuat sarung tangan, syal dan banyak hal baru lainnya. Tidak sedikit dari tuan muda yang akan mengeluarkan beberapa perak untuk gadis mereka, dengan membeli sarung tangan rajut yang hangat dan unik. Pembukaan kedai Kim Taehyung benar-benar membawa berkah untuk penduduk yang lain dan mereka sangat bersyukur.

Dita dan Taehyung membantu dibalik meja kasir sementara teman yang lain menjamu semua tamu dan membatu pegawai untuk memandu mereka.

Dibalik meja kasir, Dita sibuk dengan daftar pengeluaran dan pemasukan, dan  dia menyimpan modal awal yang sudah terkumpul kembali hanya dengan setengah hari. Dita sangat suka saat harus menghitung tiap perak namun kedua alisnya berkerut tajam, dia menghela nafas dengan jengkel. Tangan Taehyung terus mengusap perutnya dibawah meja dengan senyum idiot yang menjengkelkan.

"Kim Taehyung, apa yang kau lakukan?"

"Aku menyayangi anak-anak ku. Mereka akan senang bukan, jika aku melakukan ini untuknya." Tanya-nya bersemangat.

Dua janin masih sangat kecil, apa yang akan mereka ketahui?

Brak!

"Kentut!" Teriak Jin Hee sembari menggebrak meja kasir. "Bahkan anakmu masih sebesar kacang polong, apa yang kau harapkan dari mereka?" Kata Jin Hee jengkel.

Taehyung tidak senang dengan komentar Jin Hee, dia memicingkan matanya dan berdecih penuh celaan. "Apa kau meminum cuka beras? Kau tentu akan memuntahkan omong kosong karena kau belum berada diposisi kami. Tunggu sampai Yoongi Hyung menghamilimu, kau akan menjilat ludahmu sendiri."

"Siapa yang ingin kuhamili?" Yoongi muncul dari balik punggung Jin Hee secara mengejutkan.

Jin Hee merotasikan matanya, Yoongi selalu muncul disaat yang sangat tepat dan menghancurkan kesenangannya menggoda Taehyung.

Tangan Jin Hee terulur melingkari leher  Yoongi, dia dengan manja berkata. "Dage, lihatlah pria keparat dibalik meja itu baru saja menggertakku."

Tidak mudah untuk meyakinkan seorang Min Yoongi namun jika itu omong kosong yang akan di muntahkan oleh Jin Hee istrinya, dia akan dengan senang hati menelannya seperti idiot.  Yoongi menatap Taehyung dengan tajam seolah dia akan melubangi kepalanya.

"Hentikan. Kami memiliki kesibukan tolong jangan membuat kekacauan." Dita menyelipkan tangannya membelai pipi Kim Taehyung.

Tampilan kasih sayang yang ditunjukkan oleh mereka membuat Myung-soo memakan banyak cuka. Tangannya terkepal erat nyaris meretakkan sumpit digenggamnya.

Seseorang terus menatap kebersamaan Kim kecil, tawa yang mereka tunjukkan Sangat menyakitkan untuk dilihat Irene dan dia menampilkan sedikit smirk mengerikan yang tidak dapat ditangkap oleh orang lain.

"Taehyung Hyung! Taehyung Hyung! Kekacauan. . . Kekacauan." Teriak seseorang berlari dari luar kedai.

Dita dan Taehyung segera menyambutnya, merasa penasaran.

"Yonbeok! Apa yang terjadi?" Tanya Dita begitu pria diluar mencapai tempatnya.

Terdengar nafas pria Yonbeok berderu, meraup oksigen sebanyak mungkin memenuhi paru-parunya. "Taehyung Hyung. Diluar perbatasan desa banyak pengungsi dari balik tembok besar berdatangan kearah kami. Kudengar mereka akan menuju ke kedai ini, Hyung." Jelas Yonbeok setelah mendapatkan ketenangannya.

Wajah Taehyung memucat, sekilas dia berbalik, mengamati satu titik dimana orang yang sangat dikenalnya dengan tersenyum miring merendahkan Taehyung.

Myung-soo terlihat begitu licik, Taehyung yakin semua yang terjadi ada campur tangan dari kedua saudaranya. Berusaha menghancurkan kehidupannya yang damai.

Taehyung merasa sangat bersalah pada Dita dan saudara yang lainnya, karena telah menyeret mereka dalam keterpurukan sedikit demi sedikit.

Menyadari adanya perubahan pada diri suaminya, Dita lantas meraih tangan terkepal Taehyung dan memberinya senyuman begitu pandangan mereka saling bertemu.

Sudah menjadi bawaan seorang Kim Taehyung yang akan menyalahkan diri sendiri apabila Myung-soo menggertak nya juga saudara yang lain. Dia tidak akan bisa tertolong dalam keterpurukan.

Dita melambaikan tangannya pada Jungkook dan memintanya. " Buka dapur umum kita yang telah disediakan. Persiapkan banyak bubur halus dan sup ayam dengan jahe untuk pengungsi. Dapatkan Jimin dan pergi ke lumbung desa bawa beberapa pakaian dan peralatan mandi yang sudah disiapkan tuan muda Namjoon. . ."

"Istri, kau. . . Kau memiliki persiapan dilenganmu?'' tanya Taehyung terkejut.

Senyum Dita tidak pernah hilang dari wajahnya. "Tuan muda Kim sudah terbiasa membantu pengungsi di balik tembok besar. Salah seorang melihat kami bersama dan memberikan informasi bahwa seseorang menyarankan kepada mereka agar datang mengacaukan acara kami. Tapi kau tidak perlu khawatir. Semua yang kita keluarkan hari ini berasal dari kantong tuan Kim dan Min bersamaan. Tidak satupun pihak kami dirugikan."

Mendengar penjelasan Dita, Taehyung tidak dapat menolong agar tidak menangis. Semenjak pernikahan dengan Dita, Surga selalu berpihak padanya. Dari waktu ke waktu hidupnya semakin layak.

Tidak seorang pun datang menggertaknya. Dia selalu diberkati.

"Eoh satu lagi. Aku sudah menyiapkan amplop merah. Datang dan berikan kepada mereka. Hari ini adalah peringatan kelahiranmu. Dan aku sedang mengandung anakmu. Jadi kami harus berbagi kebahagiaan dan mencari berkat dari mereka."

Si dungu dan putri Disney sesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang