bagian 31

333 75 10
                                    

Dita berdiri tertegun menatap alat tes kehamilan.

Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku harus memberitahukan hal ini pada Taehyung. Aku takut melihat reaksinya. Ya Tuhan, ini membuatku merasa tertekan.

Tangan Dita terus memainkan alat tes kehamilan tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk membakarnya.


Pagi itu Taehyung pergi bersama Jungkook dan Jimin ke hutan mengumpulkan berbagai bahan sesuai permintaan Dita. Kediaman Min kecil telah berdiri, dan mereka berencana membuka kedai bersama.

Dita mengunjungi rumah jin hee dan mendapati Gozuu yang tengah memainkan pemukul kayu dengan bosan.

"Apa yang kau lakukan? Dimana kakak mu?" Tanya Dita menghampiri Gozuu.

Zuu menunjuk satu ruangan dengan dagunya tanpa semangat dan Dita mengikuti arah tunjuknya.

"Mereka masih tidur?" Tanyanya lagi, terperangah.

Kepala Zuu yang tertunduk lesu, ia tegak-kan menatap Dita dengan jengkel. "Sepajang hari mereka terus bercinta tanpa perduli dengan Aku yang masih suci dan polos. Aku berusaha mengabaikannya dan kau datang untuk mengungkit. Aku merasa rumah ini akan roboh kapan saja jika dua cabul itu berada pada sisi yang sama."

"Pergi dan dapatkan seorang adik ipar untuk kakak mu, kau bisa benar-benar merubuhkan rumah ini jika mau." Kata Dita memberikan saran. Gozuu terlihat semakin memerah padam karena kejengkelan dalam hatinya.

Tidak semudah itu untuk mendapatkan seseorang, terlebih diera yang sangat kekurangan. Gozuu memicingkan bibirnya, menunjukan ejekan pada usulan Dita. "Jika itu adalah Huang Hyunjin, demi Tuhan aku tidak akan memikirkannya untuk kedua kali. Kau hanya perlu menunggu beberapa menit dan aku akan berada di depan altar. Tapi apa yang bisa kami dapatkan diera semacam ini, huh?!" Sergah Gozuu meninggikan suaranya.

Dita tidak mengambil ucapan Gozuu pada perasaannya, dia berpikir untuk sejenak dan menemukan kandidat yang begitu cocok dengan sosok Gozuu. " Jimin tidak buruk, dia tampan dan imut. Apa yang salah, kulihat kau begitu centil dengan pria ini."

"Kau tidak salah, hanya saja Jimin terlihat begitu lurus dan bagus, kau tau bagaimana tabiatku. Aku khawatir ibu Jimin akan mendapatkan demam sepanjang hari dengan anak menantu sepertiku." Ujar Zuu menilai dirinya sendiri.

"Omong kosong! Kau gadis yang baik dan lembut, orang tua mana yang akan mengutuk kepribadian seperti itu, katakan padaku dan aku akan memukul pantatnya." Seru jin hee muncul dari balik pintu sembari merapikan rambutnya.

Dita mengamatinya tanpa emosi apapun, dia terus mengagumi pribadi jin hee yang begitu tenang dan santai dalam situasi apapun. Pandangan mata mereka saling bertemu dan Jin Hee berkata. " Apa yang membawamu berkunjung dipagi hari?" Jin Hee berjalan mengambil tempat kosong didekat Dita.

"Ada beberapa hal yang harus ku minta darimu, eoh tepatnya pada kalian. . . ."

"Dan apa itu?" Segah Jin Hee memotong ucapan Dita.

"Besok hari kelahiran suamiku, tidak pernah ada hal besar sebelumnya, tapi Sekarang sangatlah berbeda, dia bersamaku dan aku ingin memberikan hal special untuknya. . . . Kau tau dia sangat dikucilkan sebelumnya, dan aku ingin merubah semua keadaan yang ada." Jelas Dita memberikan gambaran besar atas kunjungannya.

Gozuu menganggukan kepalanya, dia sangat mengerti kemana arah pembicaraannya. "Oke, apa yang harus kami lakukan?"

Seutas senyum tersemat di wajah Dita. "Aku ingin menjadikan pesta Taehyung sebagai awal perkenalan kedai kami. Hanya kamuflase, mengumpulkan banyak orang di kedai dan memberikan kejutan ditengah-tengah. Aku hanya ingin memudahkan kami menyiapkan kejutannya. Saat Taehyung berfikir kami menyiapkan segalanya untuk kedai, kami akan pergi dengan rencana lain. Apa kalian mengerti apa yang ku maksudkan?" Tanya Dita khawatir.

"Oke aku mendapatkannya. Kami akan mengatakan pada suamimu bahwa ini adalah pembukaan kedai namun faktanya sangat berbeda, kami sedang berpesta untuknya, benar?" Kata Jin Hee memastikan tangkapan ide Dita.

"Apa yang harus kulakukan?" Tanya Gozuu pada Dita.

Jin Hee menepuk bahu Dita dan berkata. "Biarkan dia dengan dekorasi, kau bisa memegang perkataanku, dia tidak akan mengecewakan mu. Aku akan meminta Yoongi untuk pergi ke ibu kota, mengumpulkan beberapa penjabat besar dan menggiring mereka ke tempat kami dan jangan lupakan Kim Myung-soo, aku tidak akan melepaskannya, aku ingin meludahi mereka dengan kenyataan bahwa Kim Taehyung kami lebih unggul dari pecundang Kim besar. " Gerutu Jin Hee mengutarakan apa yang ada didalam otaknya.

Dita menghela nafas panjang. " aku berterima kasih padamu telah peduli. Tapi Kau tidak perlu pergi terlalu jauh. Kami lebih baik sekarang. Diantara Kim Taehyung dan mereka sudah berakhir. . . ."

"Apa yang kau bicarakan?! Itu tidak benar, Kim Taehyung cukup menderita, biarkan mereka melihat bagaimana Taehyung hidup dilimpahi dengan begitu banyak cinta dari keluarga kami. Mereka akan menggigit jari seperti idiot begitu melihat bagaimana para pejabat ibukota bergabung dengan kami, besok."

Gozuu mengacungkan kedua jempolnya memberikan dukungan pada Jin Hee. "Kami tinggal di pelosok, dekat hutan. Jarak setiap rumah kerumah cukup berjauhan dan sangat sepi. Tapi aku bisa memastikan padamu, saat pesta kelahiran Taehyung, tempat kami adalah yang terbaik di ibu kota."

"Aku penasaran dengan sedikit rencana mu. Aku dapat mengambil bangunan di ibu kota untuk kami membuka kedai, tapi kenapa kau memilih dihalaman  yang terpencil. Kau tau ini begitu jauh dari keramaian dan hanya ada segelintir orang yang aku yakin mereka memiliki kesulitannya dalam finansial. Bukan keuntungan yang akan datang namun sebaiknya." Ujar Jin Hee penasaran.

Dita menyilangkan kaki dan bersendekap tangan. " Itulah poin penting yang ingin ku kejar. Dengan pesta Taehyung kami akan menarik minat mereka. Makanan yang enak, suasana yang mendukung, kuharap warga di ibu kota akan berminat, dengan begitu kami akan menghidupkan perekonomian di desa terpencil ini. Kami memiliki hasil panen dan pengrajin. Toko-toko bisa kami dirikan seiring berjalannya waktu. Yang terpenting adalah, kami harus memiliki pondasi terlebih dahulu. Semakin kuat kedai kami dikenal, sulit bagi mereka untuk tidak berkunjung."

Jin Hee bertepuk tangan riuh. "Aku tidak terkejut, kau memang berada diranahmu, saat ini." Kata Jin Hee memuji kepandaian Dita dalam menangani masalah perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. "Dimana suamimu? Tidak biasanya dia terlepas dari pantatmu." Lanjutnya.

"Aku memintanya mengumpulkan bahan-bahan dalam jumlah besar. Aku akan mulai menyiapkan segalanya setelah aku kembali dari kuil."

"Kekuil?" Pekik Zuu dan Jin Hee secara bersamaan.

"Ya?! Apakah ada masalah?" Tanya Dita bingung.

Jin Hee berdiri, berjalan ke kamar sembari terus menggerutu. "Aku akan pergi denganmu. . . . . Jika Taehyung mengetahui kau pergi ke kuil seorang diri, mungkin rumah tetanggaku akan terbakar begitu kami kembali, jadi mari pergi bersama dan kau (menatap Gozuu) lakukan tugasmu mempersiapkan pesta."

"Tunggu! Apa yang salah dengan kuil?!" Tanya Dita lagi.

Jin Hee merotasikan matanya. "Medusa akan berada di kuil dan pria berwajah dua yang kau kenal tempohari tidak sesuci seperti yang kau pikirkan. Aku yakin Taehyung mengetahui keluarga Min-seok dengan sangat baik. Kerabat Lee adalah yang terburuk, baik Kim Myung-soo, ataupun Lee Taeyong adalah pecundang sejati. . . ."

"Apa yang kau bicarakan?!" Dita tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Jin Hee dan dia semakin penasaran.

Jin Hee mendengus kasar. "Bae Irene terlihat tidur dengan Lee Taeyong dihari sebelumnya, dan Kim Myung-soo dihari berikutnya. Menjadi dermawan, memberi berkat dikuil untuk jamaah hanya sebagai alibi, kau tau mereka hanya akan melemparkan tatapan menjijikan yang membuatku ingin muntah. Kau dapat untuk tidak mempercayai mulut rusak ku. Tapi cobalah bertanya pada pria terlentang didalam kamarku, aku yakin kau akan percaya begitu dia mengutuk dua orang ini dalam satu tarikan nafas." Jelas Jin Hee menceritakan apa yang telah mereka ketahui.
.
.
.
.

Si dungu dan putri Disney sesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang