Bagian 38

238 53 0
                                    

Prang. . . . Prang. . . . Brak. .

Suara kekacauan terdengar di dalam. Salah satu ruang kerajaan Jiang Nan Dan setiap orang yang berada di sana hanya dapat menundukan kepala, ketakutan jika kapan saja mereka dapat kehilangan kepala secara tiba-tiba.

"Bodoh! Tidak berguna! Hanya menjaga satu orang gadis dan seorang bayi idiot kalian tidak mampu?! Haruskah aku yang bertindak sendiri, huh?!" Bentaknya dengan wajah memerah padam.

"Yang rendah ini pantas mati, yang mulia. Karena tidak mampu menjalankan perintah anda." Ucapnya penuh ketulusan.

Yang mulia raja  Jiang Nan berusaha meredam amarahnya, bersama dengan seorang selir yang setia menyentuh lembut dadanya, Raja Jun-myeon menguapkan amarah agar tidak lepas secara brutal.

"Yang mulia, jaga amarah anda. Emosi berlebih tidak layak untuk kesehatan anda." Bujuk wanita dengan solek tebal layaknya seorang pelacur.

Tidak lama saat wanita itu menebar rayu madu, suara derap langkah kaki mengisi setiap sudut ruangan. Seorang wanita dengan aura bangsawan dominan berjalan mendekati dua orang yang terlibat keintiman. Matanya sembab dengan warna merah sendu. Tampilan tidak biasa, wanita tersebut mengenakan pakaian putih dengan lipatan hitam menghiasi ujung pakaiannya, seolah duka sedang berada di pihaknya.

"Siapa yang sudah memberimu nyali untuk menyiksa putri-putri ku, keparat?" Teriaknya menerjang tubuh raja Jiang Nan.

Tubuh Jun-myeon terdorong ambruk menubruk para penjaga yang sigap. Pelayan sangat terkejut melihat keberanian ratu mereka menyerang raja dengan kasar. Bahkan ungkapan asing yang digunakan tidak dapat membohongi adanya ketidak sopanan disana.

"Yang mulia ratu, mohon meminta ampunan pada yang mulia raja. Anda dalam masa sulit, aura hitam dalam selubung hati anda. Mohon yang mulia meminta ampunan." Ucap salah seorang Kasim yang mengikuti ratu mereka.

Kata-kata Kasim seperti angin lalu baginya, tanpa mempertimbangkan akibat, ratu kembali mencengkram kerah pakaian keagungan raja dengan erat. "Keparat! Kau memutuskan takdir putri-putri ku, dan menghancurkan kehidupan mereka sesuka hatimu. Kim Jun-myeon! Kau lancang! Aku adalah ratu negeri ini, tahtamu datang dari takdir keluargaku, beraninya kau meletakkan tangan kotor mu diatas kepala keturunanku! Aku tidak pernah ikut campur dalam urusanmu tapi kau berani menyentuh wilayahku, karena mu, aku harus kehilangan salah satu anak ku, dan sekarang kau ingin membunuh anakku yang tersisa, kau tercela, Jun-myeon! Kau iblis! Bahkan Maleficent tidak sekejam dirimu, tidak melenyapkan Aurora keturunan dari musuhnya tapi lihatlah apa yang telah kau lakukan, Kim Jun-myeon! Kau membunuh darah daging mu sendiri! Kau juga menghina cucumu! Demi tuhan Kim Jun-myeon! Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Tahtamu penuh darah, kau akan mati dengan jalang-jalangmu!" Rancaunya mengutuk raja Jiang Nan dihadapan para penjaga.

Kasim sudah tidak tahan mendengar ucapan sarkas dari ratu mereka, dengan sigap Kasim meminta seorang tabib menusuk titik akupuntur ratu Silla.

Sang Kasim berjalan mendekati Jun-myeon. Dia segera membantu tuanya untuk mendapatkan kehormatannya kembali dan memuntahkan beberapa kata-kata bijak agar yang mulia tidak meletakkan tangan diatas mahkota ratu mereka. "Yang mulia, pengikut redah ini meminta pada anda agar tidak mengambil semua hal buruk yang terjadi hari ini. Yang mulia ratu dalam masa berkabung, hatinya begitu rapuh saat ini. Mendengar yang mulia raja meletakkan mata-mata untuk mengikuti putri hulli tentu mengguncang hati ratu yang rapuh, harap yang mulia raja mpertimbangkan segalanya. Ratu Jiang Nan tetaplah ratu Jiang Nan, tidak perduli kesalahan apa yang dibawa oleh keturunan mereka." Tutur Kasim menasehati sang raja.

Jun-myeon menatap sekeliling, memberikan isyarat pada semua orang agar meninggalkan mereka berdua, dengan Silla di atas ranjang, Jun-myeon menemaninya dalam keheningan.

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk anak-anak ku. Aku tidak pernah menyangka bahwa keputusanku akan menjadi kacau. Aku ingin hulli menikah dengan panglima Jung Hoseok dari Chong namun siapa yang tau, putri kita yang lain berani meletakan trik dibalik lengan untuk panglima Jung. Kau tidak tau akan hal itu, ratuku. Dilli kami menginginkan suami dari kakaknya. Bahkan demi mencapai hal itu dia memberikan serbuk musim semi pada calon menantu kami. Putri kami telah mengambil jalur kotor, ratuku. Dia begitu ambisius, bahkan dia tidak segan menghalangi Putri hulli kami untuk kembali dari Medan perang hanya demi panglima Jung. Tidak perduli dengan darah yang mengalir, dia mampu bertindak tercela demi tujuannya. Aku tidak ingin hal semacam ini, yang mulia ratu. Hulli dan Dilli adalah bukti cinta kami, bagaimana mungkin aku mampu bertindak jauh." Gumam Jun-myeon menggenggam tangan kurus ratu Silla.

Di negeri Chong

Hari cukup larut untuk semua orang tetap terjaga, Dita dan yang lain telah kembali kekediaman mereka dengan tidur damai. Begitu pula dengan Jung Ho-Seok, dia tertidur lelap di salah satu kamar dari kediaman Min muda.  Dia mengenakan pakaian dalam berwarna putih kapas. Rambut hitam Ho-Seok tergerai panjang di atas bantal, dengan aura penuh kesahajaan. Wajah tidurnya begitu damai, seolah negara Chong yang menjadi tanggung jawabnya tidak dalam bencana.

Di sudut yang gelap, seorang gadis tengah menatap wajah damai itu dengan tatapan membunuh. Tangannya terkepal erat memegang belati tajam di tangan kanannya, dan satu tangan memeluk erat punggung kecil seorang anak.

"Kau akan mati di tanganku! Kau layak mati di tangan ku, Jung Ho-Seok!" Gumamnya diantara deretan gigi yang terkatup rapat.

Tangannya bermain dengan begitu lihai, mengayunkan belati seolah benda itu bukanlah sesuatu yang berbahaya.

Bayangan hitam bergoyang, bergerak diatas wajah damai Ho-Seok.

"Mati kau Jung keparat Ho-Seok!" Geramnya sembari mendorong belati kearah dada Ho-Seok.

Plak! Swush . . . Bruk!

Gerakan hulli terbaca oleh Ho-Seok yang terjaga. Dia mengunci tangan kanan hulli dan menyudutkannya diatas tempat tidur dengan posisi telungkup di tepi ranjang. Kepala hulli di tekan diatas kasur dan sisi bayi ikut tergencet oleh tubuh nya yang lebih besar.

"Duan!"teriak Hulli mengingat kondisi bayi dalam gendongannya.

Ho-Seok mendengar hal itu dan menyadari apa yang terjadi dan langsung menarik lepas Hulli agar tidak menindih bayi tersebut. Namun apa yang terjadi berikutnya adalah kejutan, mata Ho-Seok berpendar terang melihat gadis dihadapannya. Gadis dengan pin rambut giok es salju. Gadis yang pernah di temuinya di jalur Mubei saat dalam misi bencana negeri, gadis yang mampu meluluh lantakkan hati Jun Wang. Membuatnya menjadi lancang mengirim proposal ke negeri Jiang Nan untuk kasih dari gadis pemberani.

"Yang mulia Putri mahkota Kim Hulli, dari Jiang Nan! Apa yang sedang kau lakukan? Ke. . . Kenapa kau. . . Tunggu! Apa kau baru saja mencoba untuk membunuhku?" Tanya Ho-Seok menyadari situasi yang sedang terjadi.

Si dungu dan putri Disney sesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang