"Sakit, tapi tak apa."
Selamat membaca♡
Lesya sudah sadar dari pingsannya yang entah keberapa. Ia berguam, "Kok beda ruangan ku sebelum nya. Dan...."
"Hey cantik, kau sudah merasa baikan?." guaman Lesya terpotong oleh Dokter Denan. Lesya pun terkejut dengan suara berat laki-laki itu.
Lesya mencopot selang oksigennya yang menghambat saat dirinya berbicara.
Kening Lesya pun berkerut menandakan sebuah kebingungan. "Ahh?, iya lumayan dan bagaimana aku bisa ditempat ini, apa tempat ini ruang ICU?." tanya gadis itu.
Pertanyaan itu pun terjawab dengan anggukan sang Dokter tampan bak artis korea yang di gadang-gadang oleh para fangirl atau fanboy.
"Kenapa aku ada disini?." tanya Lesya masih dengan raut bingung nya.
"Sya, jadi...."
-L's W-
Lesya pun sudah di perboleh kan pulang setelah satu minggu dirawat. Sejak lima hari seteleh Ia diberi tahu kenyataan yang pahit oleh Dokter Denan, saat itu pula Ia selalu murung, menyendiri dan enggan bertemu seorang pun.
Dia juga sering menangis, menangisi kehidupannya yang semakin menderita setiap harinya. 'Tuhan, bisa kah engkau memberiku keringangan saat ini?.' pikir Lesya.
Saat ini lesya berdiam diri dikamar setelah melalui perdebatan seperti biasanya dengan sang Papa, dan entah apa yang dilakukannya sampai seasik itu di kamarnya. Mungkin dia sedang senang, dan hanya mungkin.
Dia sedang duduk di balkon kamarnya, ya hanya duduk dan melamun menatap awan yang mengabu, mungkin sebentar lagi hujan.Tidak sebentar, rintik hujan pun turun, angin mengikuti arah hujan yang berhembus pelan. Dingin dan sejuk mendominasi rintik hujan yang semakin ramai berjatuhan.
Suasana yang seharusnya membuat orang-orang jengkel karena kegiatan diluar ruangan mereka yang mengharuskan untuk berhenti, tapi tidak dengan Lesya yang menyunggingkan senyum manis khas dirinya.
Entah apa yang ingin gadis itu lakukan dengan rencana yang dipikirkan-nya beberapa menit lalu.
Ia mulai menuruni anak tangga satu per satu setelah membuka pintu dengan sangat hati-hati agar tak ketahuan kalau Ia akan keluar dari kamarnya.
Ia mulai berjalan mengendap-endap menuju taman pribadi yang terletak disebelah kanan dan kiri rumah tersebut. Ia berrencana mendatangi taman dibagian kanan rumah karena hanya taman itu yang terisi berbagai macam jenis bunga.
Sedangkan taman yang terletak dikiri rumah itu terdapat kolam ikan, ayunan, kelinci beserta rumah kecilnya, dan lain sebagainya
Dan dibelakang rumah itu akan terdapat dua jenis kolam renang berbentuk oval dan persegi panjang. Beda nya, yang oval hanya sedalam kurang lebih satu setengah meter, dan yang persegi panjang dengan kedalaman kurang lebih dua setengah meter.
Ah sudahlah...
Sesampainya Lesya di taman itu, Ia merentangkan kedua tangannya sembari mendongak merasakan rintik hujan yang semakin lama semakin membasahi dirinya.
Senyum manis tak luntur dari bibirnya, memutar-mutarkan tubuh mungil itu dan terus berguam mengucapkan kata 'Mama'.
"LESYA."
Betapa terkejutnya Ia ketika mendengar namanya dipanggil dengan suara yang amat keras, bisa dibilang sebagai bentakan. Ia memutarkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggilnya, meski ia tahu suara siapa itu.
Dan benar saja dugaan nya bahwa yang memanggilnya tadi adalah Papanya. "Papa." cicit Lesya, "Masuk atau papa bunuh." ancamnya yang tak main-main.
Lesya segera berlari menuju pintu utama, lebih baik dirinya menahan rasa yang berkeinginan untuk bermain hujan daripada dibunuh oleh Papanya.
"Iya Pa." ucap Lesya setelah sampai didepan kelima orang yang sedang duduk disofa mahal itu.
"Ngapain kamu diluar hah? Lebih baik kamu buatkan kami makanan untuk makan siang nanti. sudah sana pergi ke dapur, tidak usah ganti baju, biarkan bajumu itu basah." titah Abraham tak berperasaan.
-L's W-
Makan siang sudah selesai, semua berjalan menuju ketempat tujuan masing-masing. Seperti kamar contohnya, begitupun dengan Lesya yang sudah berada didalam kamar untuk membersihkan badannya yang masih lumayan basah.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya. Lesya duduk disofa single yang terdapat dalam balkon kamarnya, hanya merenung dan melamun entah memikirkan apa, tatapannya kosong dan mungkin dengan pikiran yang melayang entah sampai dimana. Hanya memikirkan penyakit yang sudah mulai menggerogoti tubuh indahnya mungkin.
Dan rasa tak mungkin masih menempel pada diri Lesya saat ini, seusia dirinya yang harus bertahan melawan dua penyakit yang dideritanya sejak beberapa bulan lalu.
Ia mulai berpikir, bagaimana jika dirinya tak mampu menahan rasa sakit dari penyakitnya itu?, bagaimana jika dirinya meninggal karena penyakit itu?, dan bagaimana kalau Ia benar-benar meninggal, apa semua orang akan menangis atau malah bahagia?.
Tak ingin terlalu larut dalam pikiran yang sudah menjalar kemana-mana, ia berdiri dari sofa itu dan berjalan menuju tempat tidur nya. Merebahkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata indahnya.
-L'S W-
Malam hari sudah tiba, matahari pun sudah berganti dengan bulan. Saat ini Lesya sudah duduk anteng dikursi makannya dengan kelima orang tersebut, siapa lagi kalau bukan Papa dan ke-empat Abangnya.
Mereka makan dengan keadaan yang sangat hening, hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Hanya suara itu, tak ada yang lain, sebab tak berani ada yang berbicara hanya karena tatapan tajam yang sedari tadi Abraham keluarkan.
"Jika makan malam ini sudah selesai, Lesya, jangan langsung pergi kekamarmu. Ikut Papa dulu keruang utama." ucap Abraham dan diangguki oleh Lesya.
Abraham sudah pergi terlebih dahulu dan disusul oleh keempat anak nya, sedangkan Lesya pun baru menyelesaikan makannya.
Ia segera berlari menyusul Papanya yang mungkin sudah menunggu dalam ruang itu. Lesya memasuki ruangan tersebut dan Ia hanya melihat Papanya saja, tak ada yang lain.
"Duduk." Perintah yang terdengar dingin ditelinga Lesya.
"Papa akan menjodohkan kamu dengan teman Abangmu, Papa dan orang tua laki-laki itu sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan dia. Dan kamu harus mau, karena, jika kamu menikah dengan anak mereka Papa akan diberi bantuan untuk lebih memajukan perusahaan Papa."
"Dia Arkar, teman Abangmu bukan?, Intinya kamu harus mau kami jodohkan dengan Arkar itu. Dan pernikahan ini akan dilaksanakan Minggu depan, dan untuk masalah Arkar menerima atau tidaknya, dia sudah menerima perjodohan ini sejak kemarin." Lanjut pria paruh baya itu dan langsung melenggang pergi dari hadapan Lesya yang sedang mencerna perkataan Papa nya tadi.
Ia mau tak mau harus mengiyakan permintaan Papanya itu, dan kalau dipikir-pikir sama saja dirinya dijual untuk menambah kejayaan perusahaan Papanya.
Wonogiri 12 Des 21
morning,10.38 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesya's Wish [SELESAI]
Teen Fiction"Aku ingin bahagia, apa itu salah? sampai kapan aku seperti ini?." Menceritakan kehidupan seorang Alesya Salsabila, yang tak pernah dianggap ada oleh keluarganya. Kesialan mengikutinya lagi, Ia dijodohkan dengan seorang ketua geng motor yang juga me...