"Ku kira aku rumahmu, ternyata hanya pelarianmu." _L's ws
"Maaf, kau siapa ya?." tanya Lesya, Ia begitu terheran dengan wanita cantik didepannya ini.
Ia sungguh kagum dengan kecantikan yang melekat pada diri wanita itu, benar-benar seperti malaikat.
"Aku Mamamu, apa kamu tidak mengenalku?."
Bukan nya menjawab, namun wanita itu malah kembali bertanya pada Lesya, dahi Lesya menyerit heran.
'Mamaku? dimana aku sebenarnya?.'
Batin Lesya terus menerus bertanya dengan kata yang sama. Ia sungguh tidak paham dengan apa yang dia alami saat ini.
Mulai dari Ia dibully, sampai Ia tepat berdiri ditempat yang sangat indah nan sejuk ini, dan berakhir dengan bertemu wanita cantik yang mengaku sebagai Mamanya.
"Hei sayang, ada apa denganmu?."
Lesya menggelengkan kepalanya saat wanita itu bertanya lagi, "aku tidak apa-apa, benar kah kau Mamaku?."
"Apa aku bermimpi?."
"Yeyy, aku bertemu Mama."
Ucap Lesya dengan binar bahagia dimatanya yang bening, "iya." jawab wanita itu dengan senyum tulus dan manisnya yang mengembang.
Tatapan wanita itu pun tak kalah tulus, menatap wajah Lesya dengan lekat.
'Mirip dengan ku.' gumam wanita itu perlahan.
"MAMA."
Lesya berteriak sembari merentangkan kedua tangannya. Memeluk wanita itu dengan bahagia, dengan senang hati wanita itu membalas pelukan hangat yang Lesya berikan.
Mereka duduk dikursi yang terdapat pada bawah pohon yang rindang. Lesya pun tidur dipangkuan sang Mama.
Ia mendongak, menatap wajah Mamanya dan berkata...
"Mama, aku mau cerita. Boleh?."
"Iya, boleh sayang."
"Mama tau tidak, aku tersiksa hidup bersama Papa dan Abangku. Mereka seperti tidak menyayangiku, apa mereka benar-benar tidak sayang padaku, Ma?."
"Aku hampir tiap hari dibully oleh teman-temanku di sekolah, ada apa denganku, Ma?."
"Apa aku terlalu jelek?, sampai-sampai aku selalu dibully?."
"Apa mama tau kalau aku sudah menikah, Ma?. Aku menikah dengan kak Arkar, sahabat dekat Abang. aku sama kak Arkar menikah karena dijodohkan loh, Ma."
"Aku pikir setelah aku menikah dengan kak Arkar, hidupku akan sedikit lebih baik dan bahagia, namun dugaanku salah besar. Kak Arkar sama sekali tidak menyayangiku, dia selalu membullyku, tapi terkadang kak Arkar selalu perduli padaku. Hatiku sangat sakit, ak-."
"Sudah-sudah, Mama sudah tidak kuat mendengar penderitaanmu, sayang. Maafkan Mama yang tega meninggalkan-mu dengan Papa dan Abangmu, Mama kira kau akan bahagia. Namun semua pemikiran mama salah, sangat salah. Maafkan Mama, Nak." ucap wanita itu dengan tatapannya yang sendu.
"Mama, Mama tidak salah, aku yang salah. Seandainya aku tidak hadir dirahim Mama, mungkin semua ini tidak akan terjadi." sungguh Lesya tak suka dengan perkataan sang Mama yang selalu menyalahkan dirinya sendiri.
"Eh, kamu jangan bilang gitu. Gak baik, mungkin ini semua memang sudah takdir."
"Dan Mama minta maaf sudah membuat kamu seperti ini, seharusnya ini semua tidak terjadi." lanjut wanita itu.
Keheningan melanda kedua perempuan tersebut, mereka berdua hanya berdiam diri tanpa membuka sepatah kata pun, entah apa yang mereka pikirkan hingga membuat sebuah keheningan an terjadi.
"Nak."
"Mama."
Serentak kedua perempuan itu memanggil satu sama lain, keduanya pun saling tatap. Tak lama mereka tertawa, entah apa yang lucu, hanya tertawa bahagia saja.
Tawa mereka pun sudah mereda, wanita itu pun membuka kembali pembicaraan yang sempat tertunda tadi.
"Kamu duluan saja yang bicara." ujar wanita itu dan diangguki oleh Lesya.
"Ma, aku mau ikut Mama disini, aku merasa bahagia berada disini bersama Mama."
"Aku tidak ingin pulang, di rumah hanya siksaan yang aku dapat, sedangkan dengan Mama."
"Aku merasa sangat bahagia, aku mohon, Ma."
"Aku ingin bahagia."
Tangis Lesya lagi-lagi tak bisa dibendung, Ia sudah tidak kuat dengan kejamnya kehidupan didunia. Ia sangat lelah.
"Kamu ngak boleh ngomong gitu, lebih baik kamu pulang. Masih ada orang yang sayang sama kamu, kamu jangan merasa bahwa hidup didunia itu sangat kejam."
"Ikutilah alur kehidupan kamu yang sudah Tuhan atur untuk kamu, Tuhan itu sangat menyayangi kamu. Maka dari itu, Tuhan membuatkan alur kehidupan kamu yang spesial."
"Kamu pulang ya, ini keinginan terakhir dari Mama. Kamu mau kan, mengabulkan permohonan Mama kali ini?." tanya wanita itu dengan tatapan matanya yang mengartikan permohonan.
"Iya Ma, aku mau. Tapi..."
Lesya menggantung ucapannya dan memalingkan wajahnya, menatap langit biru yang cerah dan indah.
"Tapi, apa?."
"Tapi, bagaimana kalau aku tersiksa lagi?."
Mendengar perkataan anak gadisnya, hati wanita itu terasa hancur. 'Sebegitu menyeramkankan hidup anak gadisku, Tuhan.'
Batin wanita itu dan tersenyum pedih, "Berdo'alah semoga itu tidak terjadi, sayang."
"Baik lah. Bagaimana caranya agar aku bisa pulang?, dengan terbang? merangkak? ngesot? atau berjalan saja sudah pulang? lewat jalan sebelah mana, Ma?."
Ucap Lesya dengan polos, wanita itu hanya menggeleng lucu dan mencubit pipi Lesya gemas.
"Ih Mama, sakit tau."
"Hahaha, maafkan Mama, sayang."
"Ya sudah, aku maafkan. Jadi, disini tidak ada jalan pulang. Wahh, berarti aku akan disini selamanya bersama Mama."
Binar bahagia dimatanya membuat Lesya sangat-sangat imut, mengartikan sebuah kebahagiaan yang tak pernah Ia dapat.
"Bisa kok, kamu bisa pulang. Jadi, mau pulang sekarang?." tanya wanita itu sembari terkekeh geli melihat tingkah laku anak gadisnya.
"Ihh Mama, padahal aku-."
Belum sempat Lesya menyelesaikan ucapan nya, wanita yang berstatus Mama nya itu memotong ucapan nya.
"Hustt, sudah-sudah jangan dilanjutkan lagi ucapan mu."
"Baik lah, Mama. Dan bagaimana caraku untuk pulang?."
"Tutup matamu, dan buka lah ketika badan kamu terasa sakit dan berat."
Lesya pun menuruti ucapan Mamanya, Ia segera menutup matanya dan entah apa yang terjadi. Ia merasakan sakit kepala yang luar biasa, tak lama kemudian badannya terasa sakit.
Wonogiri, 20 Juni 2022
Morning, 05.48 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesya's Wish [SELESAI]
Teen Fiction"Aku ingin bahagia, apa itu salah? sampai kapan aku seperti ini?." Menceritakan kehidupan seorang Alesya Salsabila, yang tak pernah dianggap ada oleh keluarganya. Kesialan mengikutinya lagi, Ia dijodohkan dengan seorang ketua geng motor yang juga me...