"Berusaha untuk mencintaimu adalah tujuan hidupku." _L's ws
Dua hari telah berlalu...
Hingga saat ini, pendonor hati untuk Abraham pun sama sekali belum ditemukan.Hati mereka merasa sangat sakit saat seorang dokter mengatakan bahwa kesehatan Abraham semakin memburuk.
Dan mereka masih setia mencari pendonor hati untuk Abraham.
Saat ini Lesya masih menunggu seorang dokter dan perawat untuk datang menghampirinya. Ruangannya sepi, hanya Ia sendiri.
Arkar dan Abangnya yang lain, sekolah dan bekerja. Sedangkan pembantunya sedang menunggu Abraham diruang sebelah.
Ia tak masalah jika harus diruangannya sendirian, lagi pula Ia juga sudah terbiasa sendirian. Hanya ditemani keheningan dan kesuraman dalam hidup.
Lesya sudah menetapkan keputusan yang dia ambil itu memang sudah benar, bahkan sangat benar. Ia harus rela dengan ini semua demi keluarganya bahagia.
Ia tak masalah jika dirinya tidak bahagia, asalkan keluarga dan suaminya merasa bahagia, bahkan sangat bahagia.
Pikiran dan hati Lesya saat ini sedang beradu, pikiran nya mengatakan bahwa ini bukan lah hal yang baik, namun hatinya tetap berkata...
'Ini yang terbaik, tetap lah menetap pada keputusan mu. Dan mereka semua akan bahagia.'Cklkk...
Suara pintu terbuka membuat Lesya mengalihkan pandangannya, terlihat seorang Dokter laki-laki dan Perawat yang kebetulan juga seorang laki-laki, yang biasa memeriksanya.
Lesya tersenyum manis, hatinya berdebar kencang dengan ritme yang tak menentu. Matanya memanas menahan tangis. Namun semua itu Ia tahan agar tak dipandang lemah.
"Siang Dokter." sapa Lesya dengan senyum manis nya.
"Siang juga cantik, bagaimana keadaanmu? apa sudah merasa lebih baik?." tanya Dokter laki-laki tersebut. Panggil saja, Vando.
Lesya yang mendengar kata 'Cantik.' itu pun seketika pipi nya memerah bak tomat yang sudah matang. Kenapa Ia harus salah tingkah hanya karena kata yang simpel?.
"Ciee, Salah tingkah nih?." dokter tampan itu malah semakin gencar menggoda Lesya.
Sedangkan Lesya hanya menunduk kan kepala nya, sepertinya Dokter Vando itu adalah buaya darat, suka sekali menggoda anak gadis orang.
"Sudah-sudah, ada apa dengan kalian ini?. Membuat aku iri saja."
Kata itu terlontar dari seorang perawat laki-laki, biasa di panggil dengan Darrel. Seketika Lesya dan Vando tertawa bersama.
Setelah tawanya mereda, Lesya menatap wajah Dokter dan Perawat itu bergantian. Sedangkan yang ditatap hanya kembali menatap heran.
"Ada yang ingin kau katakan?." tanya Vando.
"Iya, tapi bisa kah Dokter memeriksa kondisiku terlebih dahulu?." jawab Lesya dengan pertanyaan dikalimat terakhirnya.
Dokter itu mengangguk sebagai jawaban, dengan segera Ia memeriksa kondisi Lesya. Dirasa sudah cukup, Ia tersenyum pada Lesya dan berkata.
"Kondisimu sangat baik, tapi jangan lupa untuk selalu minum obat agar penyakitmu tidak kambuh." ucapnya.
Lesya hanya mengangguk, "berapa lama lagi aku akan hidup?."
Terdengar Dokter Vando mengembus kan nafasnya berat, Ia menatap Darrel dan Lesya bergantian.
"Bisakah kau keluar sebentar, Darrel." ucap Vando pada Darrel, perawat itu mengangguk sebagai jawabannya.
Setelah pintu tertutup dan hanya ada dua insan yang berbeda gender. Dokter Vando sedang memikirkan apa yang akan Ia katakan pada Lesya nantinya.
Sedangkan Lesya sudah menunggu jawaban dari dokter-nya itu, Ia sudah sangat penasaran dengan jawabannya. Dan Ia akan membahana keputusan yang sudah Ia pikirkan dua hari yang lalu.
"Cepat dokter, jawab pertanyaanku tadi." ucap Lesya mendesak.
"Sepuluh bulan, perkiraanku dan dokter lainnya. Kenapa?." jawab Vando
"Sepuluh bulan ya?, Baiklah kita akan membahas sebuah rencana yang sudah aku pikirkan matang-matang." Lesya berucap dengan sesekali menghembuskan nafasnya, dan berusaha untuk tenang.
"Jelaskan maksud dari rencana mu."
"Kau tau kamar sebelah?, Seorang pasien yang mengalami kecelakaan dan organ hatinya rusak?. Dia Papaku, sampai saat ini pihak keluarga masih belum bisa menemukan pendonor hati untuk Papa."
Ucapan Lesya berhenti sejenak, menahan tangisnya yang sudah berada di lubuk mata.
"Aku ingin, Dokter mengambil hatiku sebagai ganti hatinya Papa."
Dokter itu terkejut dengan ucapan Lesya yang terakhir, apa maksudnya, apa kah Ia tak ingin hidup lebih lama lagi?.
"Aku harap Dokter tahu apa yang aku maksud, ya, hidupku hanya bisa bertahan sepuluh bulan kan?. Daripada aku harus terus meminum obat, lebih baik aku mati dan mendonorkan hatiku untuk Papa. Bisakan?." lanjut Lesya.
Dokter itu menghela nafas panjang, Ia menjawab, "Untuk masalah bisa atau tidak, itu memang bisa. Tapi apa kau benar-benar sudah memikirkan ini baik-baik?."
Lesya mengangguk, "Jadi kapan operasinya bisa dimulai?."
"Besok, aku beri kau kesempatan untuk berfikir lagi."
"Tidak Dokter, tidak, aku sudah berfikir selama tiga hari. Dan ini hasil dari berfikirku selama tiga hari itu." ucap Lesya yang kekeuh dengan keputusannya.
"Apa kau sudah memberi tahu keluargamu?." tanya Dokter Vando memastikan.
"Tidak, aku tidak memberi tahu keluargaku, aku hanya ingin memberi sedikit kejutan untuk mereka. Peduli apa mereka padaku?, Aku mati saja mereka belum tentu akan peduli." jawab Lesya enteng.
"Kau gila!!." bentak Dokter itu.
"Aku tidak gila, jadi bagaimana? Besok operasinya bisa dijalankan, Tuan?."
Raut wajah Dokter Vando berubah menjadi datar, Ia tak suka jika pasien kesayangannya ini berucap seperti itu. Tunggu-tunggu, pasien kesayangan?.
"Ya." jawabnya datar.
Mata Lesya berbinar, tak sabar untuk besok. "Yess, dan ini ada sedikit pesan terakhirku untuk keluargaku. Berikan ini ketika operasi sudah selesai."
Dokter Vando mengangguk, saat Ia akan pergi dari ruangan ini. Ia kembali membalikkan badannya saat Lesya memanggil namanya.
Dokter tampan itu hanya mengangkat sebelah alisnya, mengartikan. 'Ada apa?.'
"Tunggu dulu dokter, rencananya belum aku beri tahu kepadamu."
"Oke, jadi apa rencanamu?." tanyanya jengah.
"Jadi, rencana ku itu..." dengan sengaja, Lesya menggantung ucapannya agar Dokter tersebut penasaran.
"Apa?."
Sudah Lesya duga, si Dokter tampan cap buaya darat itu akan penasaran. Lesya tersenyum melihat tingkah laku Dokternya.
Wonogiri, 3 Juli 2022
Afternoon, 15.00 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesya's Wish [SELESAI]
Teen Fiction"Aku ingin bahagia, apa itu salah? sampai kapan aku seperti ini?." Menceritakan kehidupan seorang Alesya Salsabila, yang tak pernah dianggap ada oleh keluarganya. Kesialan mengikutinya lagi, Ia dijodohkan dengan seorang ketua geng motor yang juga me...