20. Definisi dari Kecewa

335 50 20
                                    

BRAKKK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAKKK

"Di sekolah ini tidak mengajarkan murid untuk menjadi preman! Kenapa kalian pro sekali dalam membuat masalah!!" sentak sang guru sambil menggebrak meja.

Cindy dan Jaya duduk di kursi depan meja sang guru. Dengan Jaya yang memiliki luka di tulang hidung, ujung bibir dan benjolan kecil di pelipisnya.

"Siapa yang memulai duluan?" tanya sang guru. Namun tak ada yang menjawab, Cindy hanya memalingkan wajahnya ke arah lain benar-benar tak ingin bertemu pandang dengan Jaya yang duduk di sebelahnya.

"SAYA TANYA SIAPA YANG MEMULAI DULUAN?!" tanyanya lagi kini dengan suara kencang, membuat Jaya memandangi sang guru lalu menyahut.

"Saya Pak, saya yang memulai duluan." mendengar itu, Cindy menoleh ke Jaya lalu tak lama kembali menghadap ke arah lain sambil mendecih.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa bisa seorang cewek memukul bertubi-tubi seorang cowok kalau kamu tidak benar-benar keterlaluan! Apa yang kamu lakukan sehingga semua keributan ini terjadi?"

Jaya meringis merasa sakit, sesekali ia menyentuh luka di bibirnya. Kemudian ia melirik sebelahnya yang benar-benar tak ingin menoleh sama sekali.

Jaya yang melihat itu hanya memperhatikannya lekat, lantas memberanikan diri menghadap depan bicara dengan sang guru.

"Saya melempari punggungnya dengan bola voli, lalu saya menghina keluarganya. Akhirnya kita adu mulut, dan dia ngehajar saya seperti sedang kerasukan barong."

Cindy yang mendengar itu menoleh dengan tatapan tajam. Akhirnya keduanya saling pandang, dengan tatapan Jaya yang tak terbaca. Namun berbeda dengan tatapan Cindy yang masih ada niatan ingin menghajar kembali lelaki tersebut.

Guru BK itu lalu memijat pelipisnya sepintas merasa pusing mendadak menghadapi kelakuan murid bermasalah di depannya tersebut.

"Alvian Jaya Mahendra! Kamu sudah di peringati bolak-balik, sekarang kesempatan kamu tinggal satu kali. Kalau kamu masih begini, kamu tau 'kan konsekuensinya apa?" tanya sang guru kepada Jaya.

Cowok itu hanya mengalihkan pandangannya tanpa menyahut sedikitpun.

Guru itu pun menghela nafas kasar. "Dan kamu Cindy, kamu itu cewek bukan cowok! Kenapa kamu bisa se anarkis itu ha? Muka kamu lembut tapi perangai kamu kayak kuli bangunan! Kasar! Kamu tuh jadi cewek yang lembut dong yang anteng. Begajulan banget jadi cewek!"

"Sudah lah saya pusing, kalian selesaikan sekarang saling minta maaf atau saya skors satu bulan? Atau---"

"Minta maaf, saya akan minta maaf Pak. Saya yang memulai duluan jadi saya yang akan mengakhirinya." ujar Jaya segera memotong ucapan sang guru karena mengetahui bahwa opsi terakhir adalah mengeluarkannya dari sekolah, dan Jaya tidak mau itu.

"Maaf." ujar Jaya mengulurkan tangan kanannya di depan Cindy. Gadis itu lantas menoleh tangan tersebut, lalu tak lama arah matanya memandang mata Jaya.

"Maafin gue. Kalimat gue tadi udah keterlaluan, lo pasti sakit hati ngeliat lo semarah itu gue jadi ngerti kalau lo gak suka ada yang ngungkit urusan keluarga lo. Maaf." Cindy sempat memandangnya lama dengan raut wajah dinginnya tersebut, namun tak lama ia menjabat tangan tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

To Get Her : Joshua Want U ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang