"Namaku Chaka Canderton. Dia Gita Tabitha. Aku senang bisa bertemu dengan kalian, Klub Detektif Madoka. Pertunjukan kalian pada Moufrobi terkenal di kalangan remaja."
Jeremy memanyunkan bibir. Pertunjukan katanya? Mati-hidup melawan penjahat pedofil... Para massa sepertinya kehabisan ide membuat kata-kata pada poster iklan.
"Jadi, bagaimana kesaksian kalian?"
Chaka menghela napas. "Kami tiba ke Hedgelea pukul delapan pagi. Kami sengaja cepat datang supaya kami bisa pulang sebelum pantai sesak oleh pengunjung. Saat hendak berenang, aku melihat ada banyak burung pada satu batu besar berlumut. Lantas kami menemukan mayat itu."
Chaka merangkul bahu Gita yang merinding jeri mendengar cerita ringkasan Chaka. Menjadi saksi tidak semudah yang dikira.
Hanya itu? Aiden dan Hellen bersitatap.
Jam delapan, ya. Itu masih terbilang pagi. Erika berkacak pinggang. "Apakah kalian menemukan sesuatu di sekitar mayat?"
"Ah, iya!" Chaka mengangguk cepat, mewakili temannya. "Gita memungut kayu pendek yang sudah lapuk. Kukira itu pecahan sendi-sendi kayu yang menempel di kepala korban."
Deg! Grim dan Erika terkesiap.
"Kenapa?" Jeremy segera bertanya.
"Tidak bisa kukatakan di sini." Grim bangkit, membungkuk sopan. "Terima kasih atas kerja sama kalian berdua. Kesaksian kalian amat membantu penyelidikan. Jangan khawatir, para petugas akan menjaga kalian sampai pelakunya tertangkap. Kalau begitu kami permisi dulu."
Sudah? Begitu saja? Tidak ada pertanyaan lain? Aiden ikut berdiri, mengejar Grim yang melangkah keluar dari rumah Sammy.
Tiga kali dengan ini Watson tertinggal. Seharusnya orang normal mulai merajuk dan marah ditinggal berturut-turut. Tapi karena itu Watson, tiada kemarahan atau kecemburuan.
Mereka berlima semangat sekali. Watson mengembuskan napas panjang.
"Ngomong-ngomong...!" celetuk Chaka patah-patah. Watson menatapnya datar, mengernyit melihat perubahan latar. "Aku tahu waktunya tidak tepat, namun kamu adalah member Klub Detektif Madoka favoritku! Setiap melihat dokumenter aksi kalian berempat, aku selalu fokus pada analisismu. Sungguh genius."
Watson diam.
"Kalau kamu butuh bantuan kami, tidak usah segan menghubungi. Kami bangga bisa berkontribusi pada Detektif Madoka." Chaka memberikan secarik kertas yang tertera nomor.
Watson menerimanya tanpa banyak bicara, mengangguk anteng.
*
"Cepat sekali kalian keluar, tidak seperti biasa. Kalian sudah mendapatkan sesuatu dari saksi?" Deon bertanya, langsung menghampiri setelah selesai menggali informasi dari Sammy.
Dibanding menjawab pertanyaan kedua, Erika lebih tertarik pada kalimat pertama Deon. "Tidak seperti biasa?" ulangnya menatap Aiden, Hellen, dan Jeremy. "Memangnya yang seperti biasa mereka bagaimana, Inspektur?"
Deon bingung. "Lebih hati-hati mungkin?"
"Hah! Sepertinya aku terlalu berekspetasi tinggi pada kalian," ucap Erika menatap remeh mereka bertiga. "Kalian tidak berkembang sedikit pun. Kutebak, kalian pasti hanya mengandalkan Watson Dan."
Aiden tersinggung. "Apa maksudmu?"
"Erika! Jaga bicaramu." Grim berseru memperingati. "Kamu sudah berjanji padaku."
"Yeah, aku janji. Tetapi ini keterlaluan, Grim! Mereka sama sekali tidak berkembang. Menurutmu, bagaimana perasaan Kak Anlow di atas sana melihat adik beserta teman-temannya stuck di tempat sama? Kamu tahu aku sangat menghormati dia. Aku tidak mau Kak Anlow kecewa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Aiden Eldwers - Pembunuhan Mupsi
Mistério / Suspense'MuPsi' Nama kasus yang mengakhiri nyawa kakak Aiden saat berusaha menguak kebenarannya. Sampai sekarang kasus itu terbengkalai, tidak selesai. Kenapa? Simpel, karena tidak ada yang berniat mengambilnya. Kasus Mupsi sempurna terkubur. Tetapi, klub...