"Watson, apa kamu baik-baik saja?"
"Maksudmu?"
"Kamu sudah terlalu lama menggunakan kepalamu. Sesuai pengamatanku, narkolepsi-mu seharusnya sudah datang."
Watson manyun datar. "Kamu mengharapkan aku kenapa-napa ya, Hellen?"
"Tidaklah! Justru aku senang kamu perlahan bisa mengendalikan rasa kantukmu, tapi, masa sih karena musim panas narkolepsi-mu membaik?" Hellen menyembunyikan kekikukannya.
"Entahlah. Sejauh ini aku baik-baik saja kok."
"Hee ...." Hellen bergumam.
Erika menyela obrolan kecil mereka berdua. Dia masih tak paham maksud Watson. "Bisakah kamu jelaskan perkataanmu, Tuan Detektif Pemurung? Kamu berkata seolah kenal dengan Kak Anlow."
"Aku hanya menduga-duga."
"Dugaanmu itu tidak lucu!" Grim menyanggah. Tidak mungkin pendiri klub detektif merupakan dalang yang menyebabkan Mupsi membunuh remaja.
Watson berkacak. "Tidak bisakah kita bersikap sportif di sini? Kenapa kalian membawa perasaan pribadi ke dalam kasus? Lupakan hubungan kalian dengan Kak Anlow untuk sementara jika mau Mupsi tertangkap."
"Apa rencanamu, Tuan Detektif Pemurung? Sebenarnya aku penasaran apa yang kamu tunggu. Gelagatmu menunjukkan kamu tengah menyiapkan siasat." Erika tersenyum miring.
"Fitnah itu dosa lho."
"Aku tidak memfitnahmu kali."
Aiden tiba-tiba menyeletuk tanpa permisi. "Baiklah, Dan. Aku akan memberitahu apa yang kutahu. Aku tak ingin ada korban Mupsi lagi," katanya mengelus dagu. "Dulu ada satu bocah yang mengintili Kak Anlow ke mana-mana."
"Apa kamu tahu siapa dia?"
Aiden menggeleng. "Bocah itu misterius. Tidak memberitahu nama, alamat rumah, dan nama sekolah. Dia selalu mendatangi kakak setelah naik ke kelas tiga. Karena jenuh dikuntit, kakak pun mulai memberinya perhatian. Kemungkinan kakak juga yang mengajarinya hipnotis."
Jeremy menelan ludah. Itu berarti diverifikasi Mupsi salah satu teman Anlow.
Brak! Grim dan Hellen mengumpat pelan, terkejut bukan main. Kebiasaan Aiden suka memukul meja harus diperbaiki. "Bocah sialan itu berniat melecehkan nama Kak Anlow pada dunia!" serunya bengis. "Aku sudah mengingatkan kakak kalau anak itu bukan anak baik-baik, namun dia tak mendengarkanku. Mungkin saja dia yang membunuh kakakku."
Watson diam. Tangannya terkepal kuat. Dibuatnya menghela napas panjang. "Tidak, tunggu Aiden. Kita tak bisa menyimpulkan bocah itu pelaku Mupsi dari cerita pendek barusan. Dia belum tentu juga pelaku pembunuhan Kak Anlow."
"Lalu siapa yang membunuh kakakku?!" Suara Aiden meninggi. "JAWAB AKU, DAN! Apa kamu tahu si brengsek siapa yang membuat kakakku tewas?"
Klek! Mereka semua berhenti bersuara. Pintu klub tertutup. Watson terbelalak melihat siapa yang datang, begitu pula Aiden.
"Paman?" Watson mengerjap bengong.
Tamu itu tidak datang sendiri. Ada orang lain bersamanya. Aiden melongo. "Papa? Ngapain Papa di sekolah Aiden?!"
*
Rasanya Max ingin mencakar-cakar wajah Si Penculik. Bisa-bisanya dia bertingkah tidak tahu apa-apa. Wah, aktingnya kelewat hebat.
"Kamu hampir membunuh seorang murid! Dan apa kamu bilang, hah?! Tidak melakukan apa pun? Dasar psikopat! Kamu tidak ingat apa yang kamu lakukan pada Watson Dan?!" Max sekali lagi memaksa Si Penculik bersaksi.
![](https://img.wattpad.com/cover/271846960-288-k608880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Aiden Eldwers - Pembunuhan Mupsi
Misteri / Thriller'MuPsi' Nama kasus yang mengakhiri nyawa kakak Aiden saat berusaha menguak kebenarannya. Sampai sekarang kasus itu terbengkalai, tidak selesai. Kenapa? Simpel, karena tidak ada yang berniat mengambilnya. Kasus Mupsi sempurna terkubur. Tetapi, klub...