"Tapi ya, Dan," Aiden berdecak kagum. Seenak udel menyentuh lengan Watson. "Kulitmu benar-benar putih seperti tepung. Kamu pasangin pemutih ke sekujur tubuhmu, ya? Lihat sini deh Grim, lengan Dan kayak lengan perempuan. Apa penduduk New York cenderung berkulit putih?"
Grim terkekeh, menggeleng. Bukan begitu. Ada yang tergantung gen, berubah karena lingkungan, atau ada juga sengaja menghitamkan untuk tujuan masing-masing.
Yang punya tangan mendengus. "Kamu suka sekali main sentuh," katanya datar.
"Aku iri tahu. Aku kalah putih darimu."
Watson mengangkat bahu. Dia jarang bermain keluar, seringan pergi ke TKP tertutup.
"Ada yang mau nambah? Kita masih punya lima tusuk lagi." Shani menceletuk. Tangannya memegang setusuk barbeque.
Erika mengambil dua tusuk sekaligus, padahal sudah makan empat sebelumnya. Dia lapar berat, capek tertawa dari tadi.
Aiden bangkit, menikmati embusan angin laut menerpa wajah. "Inilah liburan. Memang ya, berlibur setelah kasus selesai mantap di jiwa. Kita bisa puas bermain tanpa beban pikiran."
Watson tak menghirau, sibuk mengunyah daging. Grim terkekeh. Hellen geleng-geleng kepala. Lantunan suara ombak menambah kesan liburan musim panas mereka.
"Aku dengar ada festival kembang api di Distrik Hollow pada hari terakhir musim panas. Apa kalian ikut?"
Watson menelan ludah. Waduh, ada Lupin di sana—hendak melakukan pertunjukan sulap. Bakalan repot kalau mereka bertemu. Lupin bisa menceritakan yang tidak-tidak.
"Aku ikut." Hellen dan Jeremy serempak mengangguk, begitu juga dengan Erika dan Grim. Musim panas kurang kalau tidak bermain kembang api di hari-hari terakhirnya.
Aiden menatap Watson. "Kamu, Dan?"
Yeah, Watson tinggal ancam Lupin pakai nama Aleena. Dia kan calon suami takut istri. Sudah lama Watson tidak melihat kembang api. Watson mengangguk kalem. "Aku ikut."
Aiden menepuk tangan senang.
Drrt! Ponsel Deon berdering. Air mukanya berubah, itu adalah Kepala Unit Investigasi. Dia beranjak bangkit, menjauh dari rombongan. "Ada apa, Pak?"
"Ernest, kamu di mana sekarang?" Agaknya suara si penelpon sedang panik bercampur marah. Ini membuat Deon bingung.
"Timku sudah meminta izin cuti beberapa hari pada Komisaris, Pak. Aku yakin beliau sudah mengirim suratku." Deon menjelaskan singkat.
"Bisa-bisanya kamu berlibur di situasi pelik begini! Kembali ke markas sekarang juga!"
"Apa terjadi sesuatu, Pak?"
"Ada laporan di Kota Hollow, sekelompok remaja menghilang tanpa sebab. Bukankah itu ciri khas Mupsi? Targetnya adalah remaja. Para penduduk mengira Mupsi pindah ke wilayah mereka dan menuntut yuridiksi kita. Apa saja yang kamu lakukan?! Kamu mencoreng citra organisasi."
Apa? Deon mengernyit tak mengerti. "Sepertinya ada kesalahan, Pak. Itu tidak mungkin. Kami sudah menangkap Mupsi, pelaku juga mengakui perbuatannya. Dia sudah dipenjarakan."
"Pokoknya pertama, kembalilah ke markas. Atau tidak kamu boleh langsung berangkat ke TKP. Tanya apa yang terjadi di sana. Yang memegang kasus Mupsi adalah divisimu, Ernest. Jangan mengecewakan organisasi."
Deon menghela napas, tak ada pilihan lain. "Baiklah, Pak. Saya akan ke sana."
Grim buru-buru bertanya setelah Deon selesai menelepon. Dia sadar perubahan gestur wajah Deon. "Kenapa, Inspektur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Aiden Eldwers - Pembunuhan Mupsi
Mistero / Thriller'MuPsi' Nama kasus yang mengakhiri nyawa kakak Aiden saat berusaha menguak kebenarannya. Sampai sekarang kasus itu terbengkalai, tidak selesai. Kenapa? Simpel, karena tidak ada yang berniat mengambilnya. Kasus Mupsi sempurna terkubur. Tetapi, klub...