14. Jealous

374 68 0
                                    

★ vote & comment-nya jangan ketinggalan ya ★

★ Happy Reading, Besties! ★


14. Jealous



"Lo bisa serius nggak sih, Nay?"

Sudah berkali-kali Naya mendengarkan kalimat yang dilontarkan remaja seusianya itu. Dan Naya pun memberikan anggukan kecil sama seperi sebelumnya. Membuat laki-laki yang duduk di depannya menghela napas berkali-kali.

"Lo mau hubungan kita ini dibawa serius?" tanya Naya setelah satu bola bakso yang sedang dimakannya masuk ke dalam mulut. Naya mengunyahnya perlahan dan menikmati rasa pedas yang seolah membakar mulutnya.

Sementara itu Rudy menepuk jidatnya. Lelah juga menghadapi Naya. "Nggak, sama sekali. Gue-"

"Bagus deh kalau nggak. Gini aja gue udah tersiksa apalagi kalau beneran. Wah mati gue!" potong Naya cepat dan tampak mulai kepedasan dan juga kepanasan.

Sumpah, gue nyesel minta bantuan, lo, Nay.

"Lo udah janji mau bantu gue buat Sandra cemburu, tapi yang gue dapat apa?"

"Lo yang cemburu," tebak Naya dengan telunjuk yang mengarah pada wajah Rudy.

Punggung laki-laki disandarkan pada kursi plastik yang didudukinya. Kepalanya mulai terasa pusing. "Lo tau, tapi lo nggak mau bantu."

"Gue mau bantu, kok. Buktinya, kita udah pacaran supaya cewek yang lo taksir itu cemburu. Kita udah acting gimana jadi pasangan romantis, tapi ya namanya juga usaha, bisa aja gagal."

"Gimana nggak gagal, lo malah menghilang. Lo pikir gue kuat lihat dia sama pacarnya yang sok ganteng itu?"

Naya menyeruput es jeruk miliknya. Menikmati rasa segar dan juga dingin yang mengalir di kerongkongannya.

Naya sudah menghabiskan makanannya. Ia kembali memakai kacamatanya.

"Gue juga punya waktu untuk diri sendiri kali. Lo pikir gue hidup cuma buat bantuin lo? Ya, nggak lah! Rugi dong nyokap gue taruhin nyawanya."

"Oke, oke. Tapi bisa nggak sih mulai besok lo betul-betul bantu gue? Gue udah penuhi semua syarat dan keinginan lo. Tugas lo cuma satu, bersikap layaknya kita saling sayang di depannya."

"Itu aja, Nay."

Naya bangkit berdiri. "Iya, iya."

Rudy ikut menyusul Naya yang sudah ke tempat mobilnya diparkirkan, tapi ia terlebih dulu harus membayar makanan gadis itu sebagaimana perjanjian mereka. Rudy menatap Naya yang sedang bersandar pada badan mobilnya. Anak perempuan itu sedang memainkan ponselnya dengan serius.

"Ayo, balik. Gue antar pulang."

Naya menarik tangan Rudy sebelum laki-laki masuk ke dalam. Rudy menatapnya dengan garis-garis di dahi yang terlihat jelas. "Apa?"

Naya tak menjawab. Ia justru tersenyum padanya dan kemudian memeluknya erat secara tiba-tiba. Rudy tersentak. Ia ingin melepaskan pelukan itu, tapi Naya menolaknya. Ia justru memeluk cowok itu lebih erat.

"Lihat ke samping. Dia di sana." Naya berucap tanpa menatapnya.

Kedua netra laki-laki itu menuruti perintah Naya. Ia mengukir senyumnya tipis. Sandra melihat mereka sedang dalam posisi itu. Tangannya yang tadi diam saja kini terangkat membalas pelukan Naya.

"Pinter juga lo."

Naya terkekeh. "Kan jadi pacar lo harus pinter," sahut Naya.

Ia mencubit pipi cowok itu setelah pelukan mereka terlepas. "Di mana lagi lo bisa cari cewek yang kayak gue?"

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang