56. Daddy's Home

290 61 6
                                    

56. Daddy's Home

Naya sengaja izin tidak masuk sekolah hari ini setelah tahu bahwa ayahnya sudah diizinkan untuk pulang. Ketepatan hari itu juga Satria telah kembali setelah menyelesaikan KKN.

"Ayo, buruan Bang!" teriak Naya menarik Jordan yang tampak bermalas-malasan di atas kasurnya.

"Iya, iya. Sabar bentar." Jordan bangkit lalu mengambil jaketnya.

Kedua bersaudara itu segera turun ke ruang tamu. Di sana ada Adinda bersama bayinya.

"Om Satria mana?" tanya Naya.

"Tadi ke dapur. Naya tunggu aja di sini." Adinda menepuk sofa di sebelahnya.

Naya mengangguk kecil, ia melirik kakak laki-lakinya yang tidak pernah berbicara dengan Adinda. Naya paham, Jordan pasti sangat canggung dengan Adinda. Dari segi umur mereka sejujurnya lebih cocok dikatakan kakak-adik daripada ibu-anak.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Satria datang dari belakang mereka.

"Ya, sekarang dong Om. Ya kali besok!" kesal Naya.

Satria tertawa pelan. Keponakannya itu memang tidak akan pernah berubah sifatnya.

"Kak, kami pergi dulu, ya." Satria berpamitan. Ia juga mencium keponakan kecilnya. "Jangan rewel ya jagoan."

"Hati-hati di jalan kalian."

Satria dan Naya mengangguk. Sementara Jordan hanya diam saja. Laki-laki itu lebih banyak diam sejak kemarin.

"Om, biar abang aja yang nyetir. Om kan baru balik, pasti capek," kata naya ketika Satria ingin memasuki kursi kemudi.

Jordan menatap Satria. "Gue aja, biar aman." Setelah diberi akses lewat oleh Satria, Jordan memasuki kursi kemudi.

Di samping laki-laki itu, ada adiknya dan di bangku belakang ada Satria yang tampak sedikit mengantuk. Naya menyuruhnya untuk tidur karena Satria benar-benar kelihatan sangat lelah.

"Gue malu, Nay," kata Jordan dengan suara pelan.

Naya menoleh pada kakaknya. Berbeda dengan Jordan yang merasa malu, ia lebih merasa takut kalau setelah ini kenyataan pahit itu akan menjungkirbalikkan kehidupannya.

"Ada gue, Bang. Kita hadapi sama-sama, ya." Naya tersenyum dengan matanya yang tampak berair.

(◕ᴥ◕)

Di hari yang sama pada waktu sore Naya bersama abang, ayah, dan juga Satria tiba di rumah. Jordan membantu memapah ayahnya berjalan ke dalam rumah meski Damaris sudah menolak karena ia merasa bisa berjalan sendiri. Satria sibuk mengeluarkan barang-barang pria itu. Dan Naya masih setia di dalam mobil.

Gadis itu menatap foto bersama keluarganya dulu. Ia terus memperhatikan foto itu bersama dengan airmatanya yang terus meleleh. Naya tak bisa berbohong bahwa meski selama ini ia menunjukkan kebencian kepada ayahnya, namun di hatinya yang paling dalam, Damaris adalah salah satu orang yang paling ia sayangi. Ia tak siap jika pria itu membuangnya yang bukan siapa-siapa.

"Naya," panggil Satria pelan.

Gadis itu buru-buru menghapus jejak airmatanya lalu keluar dari mobil. Ia menatap Satria yang juga menatapnya balik.

"Jangan sedih lagi, ayah kamu kan udah pulang." Satria menghapus jejak airmata yang masih bersisa di pipi gadis itu.

Perlakuan Satria membuat pertahanan Naya runtuh. Ia benar-benar takut saat ini. Perasaan sakit dan sesak itu terus menghimpit dadanya. Gadis itu menangis sesenggukan di depan Satria, membuat Satria langsung memeluknya.

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang