42. Slander

267 53 9
                                    

Your vote & comment are so precious for me★
★Happy reading Besties★


42. Slander


Naya menyeret kakinya lelah. Di sekolah tadi ia mendapat banyak tugas dan ditambah lagi tugas-tugas sebelumnya yang belum sempat ia selesaikan. Di saat pulang tadi ia juga bertemu Rudy, cowok itu malah menggodanya dan mengajaknya jalan-jalan. Naya sudah menolak tapi Rudy memang tak mau mengerti. Ia memaksa sampai akhirnya berhenti setelah Naya membentaknya.

Naya akui memang ia terlalu kasar pada cowok itu, tapi sungguh Naya memang sedang tak ingin diganggu.

"Naya, sini Sayang." Ayahnya memanggil. Ternyata pria itu sudah ada di rumah, sesuatu yang jarang biasa terjadi.

Ibu tirinya melempar senyum kepadanya. Naya mendengus kesal.

Naya berdiri di hadapan ayahnya. Pria itu menunjukkan sesuatu padanya. Naya tahu apa itu. Hasil USG.

"Naya bentar lagi akan punya adik." Ayahnya tersenyum bahagia untuk pertama kalinya. Bahkan kedua mata pria itu berkaca-kaca.

"Yakin itu anak ayah?" Bukan ucapan selamat atau sorak gembira yang Naya katakan, gadis itu justru menanyakan hal yang membuat dua orang di depannya segera mengubah raut muka.

Damaris tak lagi tersenyum, ia mulai menampakkan wajahnya yang merah padam.

Tak lama tangannya melayang di pipi gadis itu. Suara tamparan itu membuat keadaan menjadi hening untuk beberapa saat kedepannya.

Naya memegang pipinya. Gadis itu tersenyum miring. "Ayah harusnya hati-hati, kita kan gak tau dia ngapain aja selama ini. Ayah sibuk kerja, eh dia bisa aja dikelonin sama om-om yang lebih berduit."

Plak!

Sekali lagi pipi gadis itu ditampar, tapi kini ibu tirinya yang melakukannya.

"Jaga mulut kamu!" bentak Adinda. Deru napas wanita itu tampak tak beraturan, ditambah lagi air matanya mulai berjatuhan.

Naya melepaskan tasnya dan mendorong wanita itu hingga terduduk.

"Udah keluar ya sifat aslinya?" Senyum iblis itu Naya tunjukkan.

Damaris menarik putrinya, ia tidak ingin kedua perempuan itu ribut.

"Ayah nggak tau lagi harus gimana hadapi kamu!" Damaris frustrasi.

"Ayah capek, Naya!"

"Sekali aja, kamu bisa terima keputusan ayah."

Naya melepaskan tangannya.

"Harusnya Naya yang ngomong gitu sama ayah. Ayah nikah lagi sama perempuan yang jelas-jelas cuma mau duit ayah. Ayah coba pikir deh, mana ada cewek cantik yang mau nikah sama bapak-bapak yang anaknya udah gede."

Naya menarik napas. "Ayah tuh udah kena guna-guna sama dia. Dan soal bayi itu, Naya masih ragu dia anak ayah atau bukan."

Damaris diam. Setelah Naya selesai berbicara baru ia berbicara.

"Ayah tau ayah salah nikah lagi padahal ibu baru aja meninggal, tapi kamu gak akan pernah tau gimana posisi ayah sampai harus menikah lagi. Kamu gak akan pernah tau gimana frustrasinya ayah mikirin gimana nantinya kalian tanpa ayah."

"Ayah lagi ngomong apa sih?" Naya terkekeh.

"Sini ayah tunjukkan semuanya sama kamu, biar kamu tau posisi ayah. Biar kamu sadar siapa yang salah. Dan biar kamu tau kalau ayah sayang kamu dan abang." Damaris menariknya.

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang