7. A Deal

482 87 0
                                    

7. A Deal

Naya mengedarkan pandangannya pada seisi ruangan yang kini lebih ramai karena berubung ini adalah malam Minggu. Malam di mana yang pacaran pergi jalan-jalan, yang LDR video call-an, yang jomblo stay at home.

Lambaian tangan dari seseorang yang duduk di meja yang berada di tengah-tengah cafe itu menjadi petunjuk bagi Naya. Kakinya melangkah riang ke sana.

"Alex nggak ikut, ya?" tanya Naya setelah sadar cowok di depannya itu hanya sendirian.

"Nggak. Dia nyari orang lain buat ngelatih dia, lo sih kemarin nolak dia."

Naya menanggapinya dengan tawa renyahnya. "Gue nolak karena gue nggak yakin bisa ngajarin dia."

"Lho, kenapa?" Rudy mengernyit bingung.

Naya mencondongkan tubuhnya. "Dia buaya," bisiknya pelan. "Gue takut nanti bukannya latihan, dia malah sibuk gombalin gue."

"Hahaha. Lo kok bisa tau dia buaya? Eh, apa nggak ada sebutan yang lebih bagus lagi selain buaya?" Rudy mengangkat kedua alisnya.

Naya menyeruput hot cappucinonya. Rasanya enak sekali. Mungkin karena ini gratis. "Nggak ada. Lo ngajak gue ketemuan buat apa? Jangan bilang lo juga mau gue ajarin."

Rudy tergelak menanggapi ucapan Naya. "Nggak, kok. Gue ajak lo ketemuan karna gue pengen kerja sama bareng lo." Nada suaranya terdengar begitu serius.

Naya menyandarkan tubuhnya ke belakang. Jari-jemari tangannya saling bertautan untuk kemudian direnggangkan ke depan. "Buat?"

"Gue suka sama cewek ini," ujar Rudy sambil menunjukkan sebuah foto pada layar ponselnya.

Naya memicingkan matanya. Rasanya wajah itu cukup familiar baginya. Naya mencoba mengingat-ngingat lagi sosok cantik itu.

Beberapa saat kemudian, jarinya menjentik. Ia kini ingat. Gadis itu adalah Sandra yang menjadi pacarnya Evan-ketua ekskul futsal di sekolahnya. Naya tahu karena ia beberapa kali melihat mereka bersama dan juga dari gosip yang diceritakan teman-temannya.

Kini Naya memerhatikan Rudy dengan raut bingung. "Gue tau dia punya pacar." Ada jeda sebentar. "Jangan bilang lo mau nyuruh gue buat habisin cowoknya."

Rudy spontan menyentil kening Naya. "Jangan mikir gitu. Gue nggak segila itu tau."

"Terus apa dong?" Naya mengusap keningnya yang terasa sedikit sakit. Jari sialan cowok itu memang bertindak seenaknya saja.

"Gue pernah denger kalau dia pernah suka sama gue waktu SMP." Tangannya menggaruk bagian kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal. "Gue yakin dia masih ada rasa sama gue, mungkin sedikit."

"Hubungannya dengan gue?" Naya bingung. Ia tak mengerti maksud rencana cowok itu.

"Gue mau lo jadi cewek gue, maksud gue kita pacaran, tapi pura-pura."

Naya bertopang dagu. "Yakin dia masih suka sama lo?" Naya tak percaya.

Rudy mengangguk sekilas. Ia yakin bahwa Sandra gadis yang ia sukai itu juga masih menaruh rasa padanya. Bisa saja gadis itu sebenarnya menjadikan pacarnya yang sekarang sebagai pelampiasan karena Rudy yang terlambat menyadari perasaannya.

"Kenapa lo sebegitu yakinnya? Padahal dia udah punya pacar."

"Gue yakin aja. Dia pastinya nggak mungkin langsung bisa jatuh hati sama yang lain, padahal kan hampir dua tahun dia suka sama gue." Dan setelah dua tahun itu gue baru sadar kalau gue nggak suka sendirian.

Naya bangkit berdiri. "Setelah denger cerita lo, gue kayaknya nggak bisa kerjasama bareng lo. Cari aja cewek lain." Ia kemudian pergi meninggalkan Rudy yang menatapnya kaget.

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang