27. Go Under the Knife

325 62 0
                                    

★Happy reading Besties★


27. Go Under the Knife



Yoga sebagai ketua kelas maju ke depan barisan teman-temannya yang sudah lengkap dengan seragam olahraga mereka. Laki-laki itu memulai pemanasan secara berurutan dari bagian teratas lalu semakin ke bawah. Semua teman-temannya mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Yoga.

Setelah pemanasan selesai, Pak Tedy memberikan sedikit pengumuman bahwa hari ini akan ada pengambilan nilai praktek permainan bola basket. Beliau mengatakan bahwa pengambilan nilai dilakukan secara berurutan berdasarkan urutan nama pada daftar hadir. Para siswa yang masih menunggu giliran dibebaskan untuk duduk di tribun lapangan itu.

"Gue nggak bisa masukin bolanya," kata Cilla khawatir karena tak pernah bisa melakukannya dengan benar.

Inessa menyahut, "Sama gue juga." Wajahnya pasrah dan yakin akan mendapat nilai standar.

"Lihat aja cara temen-temen yang lain," saran Dila. Tak lama pak Tedy memanggilnya untuk maju.

"Nay, lo kenapa, sih?" tanya Cilla.

Naya sedari tadi terus memegangi perutnya dan merintih.

"Perut gue sakit banget."

Kini Inessa yang bertanya, "Bukannya period lo udah selesai, ya?"

Naya diam lalu mengangguk. Gadis itu masih setia memegangi perutnya. Ia merasa rasa sakit itu semakin hebat menderanya.

"Lo pengen boker? Masih ada waktu sebelum giliran lo, kok. Buruan sana." Cilla menyuruhnya pergi.

Naya menggeleng. "Gue nggak pengen boker."

"Terus sakit perut kenapa?" tanya Cilla lagi.

Naya sedang menahan rasa sakitnya dan ia benci jika ditanyai terus-menerus. Gadis itu berdecak sebal. "Lo bisa diem nggak?"

Cilla dan Inessa sama-sama terdiam. Mereka menutup mulut rapat dan tak bertanya apapun lagi. Keduanya memperhatikan Dila yang sedang melakukan dribble di lapangan.

◖⚆ᴥ⚆◗

Sore itu, pulang dari sekolah ketika Naya ingin menaiki tangga menuju kamarnya, gadis itu tak kuat menahan berat tubuhnya lagi. Tubuhnya jatuh ke lantai. Ia berusaha mencoba bangkit, tetapi tenaganya begitu lemah.

"Naya!" Satria mendekati gadis itu dan memeriksanya. Ia menempelkan telapak tangannya pada kening gadis itu dan rasa hangat itu kemudian menjalar pada tangannya.

"Perut Naya sakit banget, Om."

"Sakit di sebelah mana?" tanya Satria dengan raut wajah panik.

Jemari gadis itu menyentuh perut kanan bagian bawahnya. "Di sini sakit banget."

"Naya, kenapa?" Adinda muncul dari dapur. Perempuan itu mendengar suara seseorang mengaduh sejak beberapa saat lalu ketika ia sedang sibuk memasak.

Kali ini Naya tidak punya waktu untuk memenangkan egonya. Rasa sakit dan tubuh yang menghangat itu membuatnya semakin lemah.

"Kita bawa ke rumah sakit aja langsung, Kak." Satria kemudian menggendong tubuh gadis itu ke dalam mobil.

Adinda terus mengusap kening Naya yang berkeringat. "Bentar lagi sampai, ya, sayang. Naya tahan dulu."

Tahan ndasmu! Gue udah mau mati tau!

Naya ingin sekali mengatakan itu jika saja ia masih bertenaga. Gadis itu terus memeluk perutnya. Jalanan sore kala itu pun mulai macet. Naya tak bisa menahan lagi.

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang