"Iya. 2 hari lagi" dengan menahan rasa sedihnya. "Apa ini yang di inginkan Enzi padaku, secepat itukah?" batin Jollyn.
"2 hari?"
" Iya 2 hari lagi magangku selesai, sekali dapat sertifikat aku langsung pergi" ucap Jollyn yang begitu sedih dan meneteskan air mata.
Enzi yang melihat semuanya begtu kesal dengan tingkah laku Ziva. Ternyata dugaannya benar tentang Ziva kepada Jollyn tidak benar. Dengan cepat Enzi mendekati Jollyn dan Ziva.
"Ga perlu di marahi sama boss Enzi ..." ucapan Jollyn terputus saat Ziva memanggil nama Enzi dan Jollyn melihat Enzi dengan tatapan tidak biasa.
Enzi melihat ke arah Jollyn dan Ziva, "Ziva, sekarang panggil orang cetak sertifikatnya" Lalu Ziva pergi meninggalkan Jollyn yang masih sedih.
Jollyn mencoba meminum coffeenya yang rasanya begitu pahit. Di saat melihat Enzi pun juga meninggalkannya, Jollyn melihat kebawah dan melihat sekertas dan kotak lalu diambilnya.
Di kertas itu tertulis 'Jangan pergi!! Tetaplah jadi asisten pribadiku...Untuk Jollyn' Jollyn yang melihat surat itu sangat heran jadi selama ini, Enzi tidak bermaksud memarahinya atau pun mengusirnya.
Tiba-tiba Enzi memanggil Jollyn untuk masuk ruangannya.
"Ada apa?" tanya Jollyn.
"Kita besok akan ada meeting penting. Kamu persiapkan semua berkas-berkas yang aku minta. Ouh iya soal Ziva jangan dipikirkan, aku akan tangani sendiri kau jangan khawatir"
Jollyn menyodorkan surat kecil yang di dapat di tong sampah pada Enzi, "Ini untuk siapa?"
Dengan tersipu Enzi menunjuk Jollyn. Jollyn pun ikut tersenyum," Benarkah untukku, bukankah sebelumnya..." Bibir Jollyn langsung di lumat Enzi tanpa seizin Jollyn. Selang beberapa menit berciuman, Jollyn mencoba melepaskan ciuman itu.
Meskipun keadaan mulai memanas, tapi mereka mencoba menahannya.
"Aku pergi dulu" ucap Jollyn yang masih tersipu malu.
"Tunggu dulu, nanti kita pulang bersama ya" sambil melambaikan tangannya pada Jollyn.
Dengan senyuman penuh kemenangan Enzi seperti orang gila yang tengah kesurupan saat Jollyn keluar ruangannya. Disisi lain Jollyn yang awalnya sedih jadi tersenyum kembali seperti sebelumnya.
Di saat jam menunjukkan waktu pulang kerja, Enzi memanggil Ziva ke kantornya, "Ziva ini adalah sertifikat magangmu. Tugasmu sudah selesai sampai disini, kamu boleh pulang"
"Apa?! Tapi kan aku baru 2 hari disini, seharusnya Jollyn yang pertama keluar bukan aku" Ziva sangat marah dengan keputusan yang diberikan Enzi padanya.
"Aku sudah melihatmu di dalam kantor, sikapmu tidak bisa di toleransi di dalam perusahaan ini. Jika aku terus membuatmu berkerja di sini, bisa hancur kinerja perusahaan. Aku juga sudah melihat tingkahmu pada Jollyn juga ke pegawai lain. Silakan tinggalkan tempat ini" tegas Enzi untuk memeperjelas.
Dengan kesal Ziva mencoba menyengkal tapi Enzi tidak mempedulikannya.
Lalu Jollyn masuk ruangan Enzi dan menatap Ziva yang tengah keluar ruangan dengan raut wajah marah. " Ada apa Enzi, eh maksudnya boss?" Jollyn langsung menutup mulutnya.
"Ga apa, bagaimana jika pergi sekarang?" Menawari Jollyn untuk pulang bersama.
"Ayo kita pulang, aku juga sangat lelah. Aku belum menyelesaikan berkas untuk besok" keluh Jollyn sambil memegang pundaknya.
"Bagaimana jika kita mampir ke trapi pijat, kamu mau?" Menawari hal lain pada Jollyn.
Dengan gembira Joolyn menerima tawaran itu," Baik aku mau, ayo kita pergi sekarang"
Di saat itu juga Enzi merencanakan hal yang diluar keinginan Jollyn. Sesampai di tempat terapi pijat, Jollyn sangat senang dan langsung memesan tempat dan pilihan pijatan. Tapi Enzi menolaknya...
"Kita pesan pelayanan VIP" ucap Enzi.
Staff pun menganggukkan keinginan Enzi dan menunjukkan tempatnya pada Jollyn dan Enzi.
"Silakan tuan dan nyonya, nikmati pelayanan kami. Jika ada yang lain, tinggal katakan saja pada kami" sambil memberikan pengarahan.
Aroma ruangan di penuhi dengan bau lilin aromaterapi yang membuat pikiran yang kacau menjadi tenang. Pada saat itu datang dua terapist mendatangi mereka, "Tuan dan nyonya, silakan kalian berganti pakaian disana" Terapist itu menunjuk ke suatu ruangan ganti.
Seketika Jollyn mengingat jika Enzi bukanlah suami, tentu saja tidak bisa berganti pakaian bersama, jadi..."Enzi, kau duluan yang ganti. Aku akan menunggu giliran"
Enzi langsung menolak,"Ga, wanita duluan. Silakan". Kedua terapist itu kebingungan dengan keadaan saling melempar tanggapan satu sama lain, akhirnya terapist itu mengatakan, "Kalian bisa berganti bersama, bukankah kalian sepasang kekasih?"
Jollyn membulatkan matanya dengan pertanyaan itu. Tentu saja Enzi hanya tersenyum penuh kemenangan dengan ucapan terapist itu, " Tentu saja, ayo sayang kita ganti pakaian" sambil merangkul Jollyn.
Tentu itu membuat Jollyn tersentak,"Enzi..." uacapnya pelan di hadapan Enzi. Jollyn begitu malu, karena sebelumnya tidak pernah di panggil sayang di tempat umum, apa lagi Enzi mengajak untuk berganti pakaian bersama.
Di ruangan itu terdapat dua pakaian tipis. Tapi Jollyn kebingungan, bagaimana bisa berganti pakaian jika masih ada Enzi yang terus pura-pura tidak memandanginya.
"Enzi, bisakah kau ga lihat kearahku?"
"Aku ga lihat dirimu" sambil terkekeh geli.
"Lalu, bagaimana kita bisa ganti pakaian jika begini terus-menerus?" tanya Jollyn kembali dengan nada kesal.
"Baiklah, kau hadap sana. Aku ke arah sana."
Jollyn rasanya seperti tidak bisa mempercayai Enzi begitu saja, karena bisa saja Enzi ingin melihat sesuai dari Jollyn. Dan Jollyn memiliki rencana baru," Okay, kau hadap sana dulu baru aku hadap sebaliknya"
Setelah mereka saling berbalik badan, Jollyn sangat ragu saat mencoba membuka kancing kemejanya. Tiba-tiba Enzi memulai pembicaraan,"Jollyn.."
Jollyn yang mendengar itu langsung kembali menutup kancing kemejanya dengan rapat,"Iya, ada apa?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi itu jika kau menyetujuinya"
Kalimat itu membuat Jollyn takut jika Enzi ingin melakukan sesuai hingga membuat Jollyn berbalik arah, ternyata Enzi telanjang dada dan Jollyn saling berhadapan dengan Enzi. Seketika Jollyn menutup matanya dengan rapat,"Aku ga lihat"
"Jollyn kau kenapa?" Enzi mendekati Jollyn untuk memastikan keadaan.
"Pakai pakaianmu"
"Iya baiklah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu tapi buka matamu dulu" sambil membenarkan pakaian.
"Rumahmu kan jauh dari kantor, jika kau mau...Aku ingin kau tinggal di apartemenku" ucap Enzi perjelas.
"Tapi sudah punya tempat" Jollyn mencoba menolak. "Aku masih ada satu kamar, jika kau mau. Lagi pula aku tinggal sendirian di apartemen, aku jarang ke sana. Tempatnya ga jauh dari kantor"
Jollyn mencoba mempertimbangkan tawaran Enzi,"Akan aku pikirkan dulu. Sudah keluarlah aku ingin ganti pakaian, kau kan sudah selesai"
"Baiklah, tapi kumohon pertimbangkan dengan cepat" Enzi memohon dengan wajah memelasnya.
"Sudah sana" suruh Jollyn.
Setelah Jollyn berganti pakaian, Jollyn melihat Enzi yang menikmati pijatan itu membuat Jollyn juga ingin cepat-cepat di pijat. Setelah beebrapa jam berlalu di Spa, Enzi mengantar Jollyn pulang kekontrakannya.
"Jollyn jangan lupa tawaranku pertimbangkan baik-baik"
Jollyn hanya mengangguk dan Enzi pun mencium Jollyn lagi. Jollyn hanya bisa tersenyum malu. Saat sudah masuk kamar, Jollyn mengingat jika besok akan ada meeting. Dengan segera Jollyn membuka laptopnya dan mengerjakan berkas-berkas tidak pula dengan camilan kesukaan Jollyn.
"Saatnya berkerja lagi...Huftt...Semangat!!"
YOU ARE READING
Crazy In Love : Your Love's Got The Best Part In My Life
RomanceCerita ini season 2 dari kelanjutan My Love Mafia!!! Jangan lupa Vote, Komen dan Follow ya!!! Pertemuan kembali dengan cinta pertama yang tak terlupakan, meskipun berpisah cukup lama tanpa saling berbalas kabar. Hingga pertemuan mereka menumbuhkan r...