Chapter 13 ( Teman Pembully )

74 10 7
                                    



"Wakey.... Wakey. Good morning, sunshine!" ucap Enzi dengan nada seraknya.

"Mhmm.." Jollyn membuka matanya dengan malas dan kembali menutup matanya kembali.

"Hey, come on kita bisa telat. Hari ini kita ada kerjasama dengan perusahaan Heaton, dan kau..." Dengan kesal Enzi meninggalkan Jollyn yang memandanginya dengan tatapan polosnya.

Enzi mempersiapkan dirinya, memakai style seperti biasanya. Jollyn mulai turun dari ranjang dengan malas dan mulai bersiap diri untuk berangkat ke kantor.

"Jollyn cepatlah, kita bisa terlambat. Biasakan untuk on time!" tegas Enzi.

"Aiya.. lagi pula kantor dekat dengan apartemen ini, ga perlu buru-buru" jawab Jollyn beralasan.

"Yasudah kalo begitu, aku tinggal saja...Bye.." Enzi berpura-pura meninggalkan Jollyn sendirian dan menutup pintu apartemen yang langsung di hadang tangan Jollyn. " Kau mau meninggalkanku sendiri, kau sudah janji ga akan meninggalkan aku sendiri."

"Iya... iya " jaawab Enzi dengan malas.

Enzi dan Jollyn memasuki lift, di saat pintu lift mulai tertutup Enzi langsung melumat bibir Jollyn hingga pintu lift terbuka. " Ga boleh bermesraan di tempat umum selama di kantor" ucap Jollyn melangkah ke luar lift.

"Baik Mrs. Jollyn" jawab Enzi.

Enzi dan Jollyn berjalan menuju kantor, karena Jollyn begitu lapar, Jollyn menarik lengan Enzi untuk berhenti.

Jollyn menunjuk ke toko roti tidak jauh dari mereka. "Aku mau itu..." rengek Jollyn.

"Kau lapar???" tanya Enzi yang hanya di angguk Jollyn.

"Baiklah kita beli"

Enzi memesan dua roti hangat dengan keju di atasnya. "Bagaimana?" tanya Enzi.

"Ini benar-benar sangat enak sekali, aku mau nambah satu"

"Habiskan itu dulu baru beli lagi, jangan membeli kalo belum habis. Aku ga izinkan" ucap Enzi sambil melahap rotinya.

"Ga sempurna tanpa teh susu, ayok lahhhh" rengek Jollyn lagi.

"Ya baiklah, tunggu di sini akan ku belikan. Jangan pergi dari sini sampai aku kembali" Perintah Enzi agar Jollyn mengikuti perkataannya.

"Asikkk, beli cepat jangan buat ku menunggu" Jollyn melambaikan tangannya dengan senang. Setelah beberapa menit kemudian Enzi kembali dengan segelas the susu, tapi Enzi melihat Jollyn sedang berbicara dengan seorang pria.

Enzi menghentikan langkahnya sesaat hingga pria itu meninggalkan Jollyn. Enzi ingin menghampiri Jollyn tapi seakan-akan hatinya merasakan kecemburuan.

"Ini the susunya" Enzi melangkah meninggalkan Jollyn tanpa berkata apapun. Jollyn merangkul lengan Enzi yang langsung di tepisnya.

"Kamu kenapa begitu? Apa aku ada salah?" tanya Jollyn kebingungan.

"Siapa pria itu?" tanya Enzi balik.

"Aiya, dia hanya bertanya jalan sepertinya dia bukan orang sini. Memangnya kenapa?"

"Ga ada, aku hanya bertanya" Enzi mengalihkan pandangannya karena telah salah sangka. " Sudah jangan cuek begitu, terlihat seperti kepiting rebus nanti" ejek Jollyn.

"Aku bukan makanan"

Enzi dan Jollyn terus mengobrol sampai Jollyn melihat seorang pria yang tidak asing baginya. Setelah beberapa saat mengamati dengan teliti, Jollyn langsung menarik jas Enzi yang membuat Enzi menoleh ke arah Jollyn yang terlihat gugup an khawatir.

Jollyn menunjuk seseorang pria itu agar Enzi mengerti,"Enzi, dia itu orang yang pernah membullyku waktu sekolah dulu. Bagaimana ini?" Jollyn terlihat gelisah saat orang itu mendekati Jollyn. Enzi hanya diam saja melangkah pelan di depan Jollyn.

"Sepertinya aku mengenalmu, kau Jollyn si bodoh itu kan. Ternyata kau ga berubah sama sekali, lihat diriku sekarang aku menjadi boss" ejek orang itu.

"Apa mau mu? Jangan mengusikku lagi" Jollyn mencoba untuk melawan dan tangan pria itu ini melakukan sesuatu pada Jollyn yang langsung di cegah Enzi dengan cepat.

"Kau siapa? Jangan ikut campur" Enzi yang tidak suka jika kekasihnya di perlakukan kasar pun membalasnya, " Jangan pernah sekali-kali kau sentuh boss ku, atau tamat riwayatmu sekarang juga"

Enzi mengancam pria itu dan menggandeng tangan Jollyn dengan cepat meninggalkan tempat itu juga.

" Boss..." ucap lirih pria itu.

Jollyn merasa senang Enzi berasa di sampingnya untuk melindunginya. Sebelumnya Jollyn melawan bullyan sendirian tanpa Enzi.

Sesampai di kantor, Jollyn mendekati Enzi dan memijat pundaknya lembut. "Enzi, terimakasih untuk kejadian tadi. Tanpamu aku mungkin akan terus di hadang olehnya"

Enzi tersenyum penuh kebahagiaan atas pujian yang di ucapkan Jollyn, hingga seorang manajer Enzi memasuki ruangan.

"Boss, mereka dari perusahaan Heaton sudah datang"

"Aku akan kesana" ucap Enzi.

"Jollyn bawa semua berkas yang kita perlukan" tambah Enzi.

"Baiklah"

Saat mereka berjalan menuju ruang pertemuan, Jollyn begitu terkejut dengan apa yang baru saja di lihatnya. Enzi yang menyadari lebih dulu langsung mempersilakan Jollyn untuk duduk di tempatnya.

"Jollyn, jadi ini perusahaanmu? Aku rasa kita sangat cocok sebagai patner" ucap pria itu.

Enzi dengan sigap, menjawab " Laporan kerja sama kita kurang sempurna, ada beberapa bagian yang kurang lengkap"

Pria itu sangat terkejut dengan jawaban yang di berikan Enzi, " Kenapa kau yang..." Sebelum melanjutkan kalimatnya, Jollyn menyanggah ucapan.

"Aku setuju dengan perkataannya, laporan ini memang belum lengkap bahkan kurang rapi" ucap Jollyn dengan cepat.

"Tapi dia bukan bosnya, kenapa dia yang memutuskan? Siapa dia?" tanya pria itu.

" Dia adalah pemegang saham terbesar di sini dan memliki banyak anak perusahan" ucap Jollyn.

"Apa kita ga bisa berkerjasama?" tanya pria itu.

"Kita a bisa berkerjasama, kau lihat lah laporanmu ini, apakah sudah memuaskan dalam berkerjasama? Aku rasa ga bisa" ucap Jollyn dengan berkuasa.

Pria itu keluar ruangan dengan begitu kesal, saat orang-orang suruhan Enzi datang. Pria itu menyapa orang-orang itu. Padahal orang-orang itu adalah orangnya Enzi.

"Enzi, sekali lagi maaf ya sudah menyusahkanmu lagi" ucap memelas Jollyn.

"Kenapa kau mengatakan itu padanya?"tanya Enzi kebingungan.

"Tapi aku mengatakan yang sebenarnya seperti yang kau alami ini" ucap Jollyn.

"Anak pintar...Tumben seperti ini. Apa kamu seperti ini karena kejadian tadi?" tanya Enzi.

Jollyn hanya bisa tersenyum dengan imut dan memijat oundah Enzi dengan lembut. Enzi yang mengetahui semuanya hanya ikut tersenyum dan menarik lengan Jollyn hingga membuatnya terduduk di pangkuannya Enzi.

"Enzi ini kantor bukan rumahmu" tegas Jollyn dengan menolak pangkuan.

"Ini perusahaan milikku, tentu saja aku punya hak atas apapun yang ada di sini. Aku benarkan??"ucap Enzi dengan candaannya.

"Bukan begitu juga bisa melakukan sesuka hatimu" Jengkel Jollyn lalu memukul dada Enzi dengan keras.

"Kenapa kau memukulku seperti itu, kau pikir itu ga sakit sampai memukul" Enzi mengomel lalu mempunyai pikiran untuk pura-pura kesal dengan Jollyn agar marah.

Enzi meninggalkan Jollyn sendirian dan Jollyn hanya mengikuti kemana perginya Enzi pergi. Jollyn mencoba untuk mengejar Enzi tapi langkah Enzi begitu cepat sampai Jollyn ketinggalan jauh. Jollyn mencoba untuk memanggil namanya, tiba-tiba Enzi menghentikan langkahnya di tengah-tengah aula.

Crazy In Love : Your Love's Got The Best Part In My LifeWhere stories live. Discover now