Chapter 14 ( Kejutan Istimewa )

70 8 2
                                    



Saat Enzi menghentikan langkahnya, Jollyn dengan cepat mendekati Enzi. Sebelum Jollyn mengucapkan sesuatu, Enzi berbalik menatap Jollyn yang terengah-engah itu. Dari atas berhamburan kelopak bunga mawar.

Jollyn yang terkejut itu pun melirik Enzi, dan Enzi sudah berlutut di depan Jollyn dengan kotak berisi cincin sembari berkata, " Will you marry me?"

Enzi tersenyum manis ke arah Jollyn. Jollyn yang terpanah hatinya mengepalkan kedua tangan di dadanya. Jollyn mengangguk pelan, tapi Enzi memaksa untuk mengatakannya lebih keras. "Yes...yes...yes"

Enzi memakaikan cincin itu di jari manis Jollyn, lalu langsung memeluk Jollyn. Setelah itu banyak tepuk tangan ke arah mereka yang menjadi pusat perhatian banyak orang. Enzi memegang dagu mungil Jollyn ,dan mencium lembut bibir Jollyn yang membuat semua orang iri.

Jollyn melepaskan pelukan Enzi dan pergi meninggalkan Enzi sendirian di aula.

"Bubu...Kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendiri" pinta Enzi yang tidak di pedulikan Jollyn.

Jollyn tetap pergi dengan menutupi kepalanya dengan sapu tangan miliknya. Enzi yang tidak mengerti dengan sikap Jollyn hanya bisa mengikutinya dari belakang. Enzi melihat Jollyn yang berhenti di sebuah bangku taman dekat dengan lokasi kantor.

"Bubu, kenapa kau pergi begitu saja? Kau ga suka dengan lamaranku?" tanya Enzi.

"Bukan begitu..."

"Lalu apa?"

"Aku hanya...Aku hanya malu, di depan banyak orang. Aku baru pertama kali di lamar di tempat seramai itu, apa lagi itu tadi tiba-tiba" jelas Jollyn.

"Aku hanya ingin memberikan kejutan untukmu. Sudah lama aku merencanakan ini, untuk mengumpulkan rasa percaya diriku melamarmu itu berat bagiku, dan sekarang aku bisa melakukannya. Aku benar-benar bahagia"

"Aku juga sangat bahagia kau melamarku, aku hanya ga percaya ada orang yang melamarku"

Enzi dan Jollyn tersenyum bersama, lalu tiba-tiba wajah Jollyn berubah cemberut.

"Kenapa kau begitu?" tanya Enzi kebingungan.

"Apa kau marah itu hanya bohongan?"

Enzi tertawa ria, "Aku ga marah sama sekali, untuk apa aku marah juga karna hal sepele. Seorang Enzi ga pernah marah dengan hal seperti itu. Aku sudah biasa menangani hal itu"

Jollyn masih berwajah muram kepada Enzi.

"Kenapa jadi kau yang kusut begitu mukanya, ga lucu" ejek Enzi dengan muka sindiran.

Jollyn yang tidak terima ejekan Enzi pun, langsung menginjak sepatu Enzi dengan keras. Enzi mengaduh karna kesakitan di jari-jari kakinya yang terbungkus sepatu itu masih terasa kuat injakan kaki Jollyn.

Enzi langsung berdiri dan menghampiri Jollyn yang sedang ngambek itu, "Sudahlah jangan cemberut begitu, kalo kau cemberut aku juga bisa melakukannya"

Enzi memanyunkan bibirnya, yang membuat Jollyn tertawa lepas. Mereka tertawa bersama hingga sampai ke kantor lagi.

"Sekarang apa?" tanya Jollyn.

"Kita kabur dari kantor sekarang" ucap Enzi spontan.

Jollyn langsung memukul dada bidang Enzi dengan cepat, " Kau sudah gila ya, ini belum waktunya untuk pulang. Aku masih banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan" gerutu Jollyn.

"Ga masalah hanya hari ini kita bersenang-senang" ucap Enzi.

Tiba-tiba suasana menjadi hening, sejak ada beberapa karyawan kantor yang mondar mandir melihat ke arah ruangan Enzi.

"Bubu, kau yakin masih ingin disini dengan tatapan mereka seperti itu" goda Enzi.

"Baiklah, aku juga ga mau lembur lagi...Lihat lah kantung mataku ini, huftt pasti akan bertambah parah jika aku lembur" Jollyn menunjukkan lingkaran matanya yang sedikit menghitam.

"Bubu ku kasian sekali. Hari ini ga perlu lembur"

"Aiya, sungguh hari ini ga perlu libur? Wah aku bisa tidur nyenyak. Tunggu bentar bubu itu siapa?" Tiba-tiba pikiran Jollyn tertuju dengan kata 'bubu' yang di ucapkan Enzi akhir-akhir ini.

Enzi tersenyum tipis, "Bubu itu nama kesayanganku untukmu" Enzi memegang rambut Jollyn yang hampir menutupi wajahnya.

"Aku pikir nama babu mu" Jollyn hanya menyengir karna tebakannya meleset.

"Mana ada aku memanggil calon istriku dengan panggilan babu. Mengada-ngada saja kau ya..." Enzi mencubit gemas kedua pipi Jollyn hingga membuat Jollyn terkeriak kecil.

"Sakit, kenapa kau suka sekali mencubitku. Kau kan juga ada pipi" Jollyn membalas cubitan Enzi.

Di balik mereka saling bercanda, ada beberapa karyawan yang mengintip dan merumpi di saat mereka bermesraan.

"Ah, sungguh beruntung ya Jollyn mendapatkan boss Enzi yang tampan, tinggi, gagah, kaya dan keren lagi"

"Iya benar, aku juga mau di posisi Jollyn bisa menyentuh Enzi semaunya"

"Apa untungnya kalian bergosip di sini, jika kalian mau cari saja pria di luar sana banyak bukan hanya Enzi" ucap manajer Enzi.

"Kau ini tau apa soal wanita" ketus wanita dengan tatapan tajam.

"Sudah kalian kembali kerja, atau ku laporkan ke boss Enzi" tegas manajer.

Jollyn yang tau, jika mereka masih menjadi pusat perhatian itu pun lebih memilih duduk menjauh dari Enzi.

Beberapa saat, setelah para karyawan sudah tidak merumpi lagi di depan ruangan Enzi. Enzi kembali berulah dengan menutup jendela ruangannya.

"Kenapa ga dari tadi tutup pakai gorden?Menyebalkan" kesal Jollyn sambil melempar sepatu kearah Enzi.

"Agar mereka tau, kalo kau calon istriku. Aku sudah risih dengan mereka terus menerus menatapku seperti bertemu artis"

"Pede sekali kau, hufttt" ejek Jollyn dengan nada keras.

Enzi duduk di samping Jollyn, "Sudahlah bubu, bagaimana jika kita menikah sebelum tahun baru?" tanya Enzi dengan pelan.

"Tahun baru, kenapa cepat sekali?"

"Aku ingin menikmati tahun baru denganmu dan juga hari natal. Aku ingin sedikit mempamerkanmu kepada teman-temanku nanti"

"Baiklah, tahun depan" ucap Jollyn.

"Kau yakin itu ga terlalu cepat?" tanya lagi Enzi.

"Tentu saja, aku juga ingin menghabiskan waktu ku bersamamu"

Enzi sangat senang , mendengar ucapan Jollyn telah menerima lamarannya dan juga menyetujui pendapatnya. Hati Enzi serasa ingin terbang bebas di langit biru yang cantik .

"Apa rencana kita sekarang?" tanya Jollyn penasaran.

"Aku ingin mulai hari ini, kau pindah di rumahku. Tinggallah bersama ku" pinta Enzi dengan wajah memelasnya.

"Aku harus mengambil barang-barangku, aku belum membereskan barangku untuk pindah"

"Baiklah, setelah ini kita kerumahmu untuk ambil barangmu. Akan ku temani" bujuk Enzi.

"Bagaimana jika sekarang? Bukankah tadi kau mengajakku untuk keluar kantor?" Jollyn menagih janji Enzi untuk tidak lembur kerja. Enzi hanya tersenyum dan membuka ponselnya, Enzi menelepon seseorang sembari melihat Jollyn yang tengah menikmati buah pir di mulutnya.

Setelah Enzi menelepon, Enzi menarik tangan Jollyn untuk segera berdiri. " Kita pergi sekarang, ambil barangmu. Ku tunggu di basement"

"Baiklah, aku akan segera turun" ucap Jollyn sambil melangkah keluar ruangan Enzi.

Enzi yang merasa bahagia, keluar ruangan dengan senyuman tipis yang menghiasi wajah tampannya itu. Para karyawan di buat terpanah dengan tatapan Enzi yang mempesona saat tersenyum.

Crazy In Love : Your Love's Got The Best Part In My LifeWhere stories live. Discover now