Chapter 1 ( Tempat Kerja Baru )

279 22 27
                                    

Hari ini, hari dimana Jollyn akan mencari pekerjaan di perusahaan besar. Jollyn keluar dari pekerjaan lamanya karena perlakuan yang tidak baik padanya. Tapi banyak perusahaan yang tidak menerimanya juga. Karena merasa lelah Jollyn memutuskan untuk membeli air minum di salah satu kedai terdekat.

"Bu, beli satu botol air ya bu. Ini uangnya" Sembari memberikan uang pada pedagang toko itu ,lalu pergi mencari tempat duduk.

Tiba-tib ada yang meneleponnya,"Siapa ini? Ko cuma nomor doang" lalu Jollyn mengangkatnya.

"Hallo, Dengan siapa ini?"

"Ini aku Enzi"

Jollyn mencoba mengingatnya tapi masih tidak mengingatnya.

"Enzi Marquess. Kau lupa denganku ya?" tambah Enzi dari sebrang telepon.

Seketika Jollyn pun mengingatnya,"Enzi? Ini kau yang telepon. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik saja, bisa kita ketemu. Sudah lama kita ga jumpa, bisa?" pinta Enzi dengan nada memelas.

"Bisa, aku luang hari ini. Kita ketemu di café barista distrik 3" sembari berdiri dan melangkah ke tempat itu.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang. Aku ga begitu jauh dari tempat itu, aku tutup dulu teleponnya"

Jollyn pun jadi senang saat mendengar sahabat lamanya ini menghubunginya. Jollyn hampir sampai ke tempat pertemuan, dan ada sebuah mobil yang memarkirkan tepat di depannya, hingga membuatnya terkejut.

"Hey, berhati-hatilah!!."

Saat itu juga pintu mobil di buka, Jollyn sangat terkejut dengan apa yang barusan dilihatnya.

"Enzi" Dengan muka melongo dan mata membulat.

Enzi hanya tersenyum melihat ekspresi Jollyn yang tidak berubah jika terkejut," Jollyn" sambil mendekati Jollyn yang masih melongo itu.

Merangkulnya, "Sudah jangan melongo begitu, dilihat orang banyak tau. Lebih baik kita masuk saja"

Mereka memesan minuman dan camilan untuk memperpanjang obrolan mereka.

"Kemana saja kau ? Menghilang begitu saja tanpa mengabariku. Sekarang muncul begitu saja, seperti jin hilang dan pergi tanpa izin" Jollyn yang terus mengomel di sumpal mulutnya dengan roti oleh Enzi.

"Aku ada urusan yang harus ku urus.Kau ga kerja, jam segini bisa ketemuan?"tanya Enzi yang membuat Jollyn terdiam.

"Aku beberapa hari lalu keluar dari pekerjaan lamaku, sekarang aku mencari yang baru"

Enzi mulai merogoh-rogoh saku jasnya untuk mencari sesuatu.

"Jadi kau ga ada pekerjaan, kalo kau mau...Aku ada" sambil menyodorkan kartu nama perusahaan.

"Datang saja ketempat itu, perusahaannya sedang mencari asisten baru di perusahaannya. Kalo kamu minat" dengan senyum manis ke arah Jollyn.

Wajah Jollyn yang murung mulai tersenyum kembali. Lalu Jollyn menawarkan permainan saat makan.

"Baik, karena suasana hatiku menjadi baik. Bagaimana jika kita main permainan yang biasa kita mainkan itu?" tanya Jollyn dengan senyuman garangnya.

"Okay, siapa takut!"

Mereka memulai mencari tempat makan lain untuk membuat permainan. Setelah mencari tempat yang sekiranya cocok. Mulailah mereka membuat peraturan main dan juga hukuman bagi yang kalah dengan membuat satu permintaan.

Disaat permainan dimulai, tatapan mata mereka mulai menajam dan mereka benar-benar fokus dalam permainan itu. Saat daging itu di lempar keatas, dan mulai jatuh kebawah. Enzi dan Jollyn bersiap-siap untuk mengambil daging yang melayang itu. Hingga akhirnya Enzi mendapatkan lebih dulu daging itu.

Enzi lalu bermuka polos mengatakan, "Makasih ya".

"Uffhh, menyebalkan. Lagi-lagi kau yaaa!" nada kesal ke arah Enzi.

"Sudah ku bilang berkali-kali, kau ga akan menang dariku. Paham!" Menyejak Jollyn yang tampak kesal kembali.

"Aku boleh minta permintaan itu kan, karena aku yang menang"

Dengan pasrah, permintaan itu di berikan pada Enzi, "Tapi jangan aneh-aneh ya mintanya"

"Aku minta, kau jadi..."

"Jadi apa?" Sembari menunggu jawaban Enzi sambil memasukkan daging ke dalam pan.

Dengan senyuman menggodanya, Enzi meneruskan ucapannya," Menjadi milikku"

Sontak itu membuat Jollyn terkejut lalu tertawa," Milikmu? Maksudmu pacar?"

"Iya, jadi bagaimana?" sambil melahap daging ke mulutnya.

"Aku ga bisa kasih jawaban secepat itu, kasih aku waktu" pinta Jollyn dengan kegugupannya yang terlihat jelas.

Enzi tertawa puas saat melihat Jollyn mulai gemetar," Tenang saja, aku kaan memberimu waktu. Lagi pula kita akan sering berjumpa nanti"

"Apa maksudmu?" Jollyn masih bertanya-tanya apa yang di maksud dari perkataan Enzi.

"Ga apa. Nanti kamu akan tau sendiri"

Saat mereka selesai mengobrol, Jollyn memutuskan untuk berpamitan karena ingin segera melamar di perusahaan yang di beritahu Enzi sahabatnya itu.

"Apa bener ini perusahaannya? Dari namanya si ...Ha?! Perusahaan Marquess. Apa jangan-jangan ini milik ayahnya Enzi. Mari semangat!! Semoga ketrima!!"

Saat di dalam ada beberapa yang mengantri untuk wawancara. Semua yang wawancara begitu rapi dan juga kelihatan mahal pakaiannya, sedangkan pakaian yang di kenakan Jollyn hanya pakaian kantoran biasa saja.

Ada salah satu pegawai yang memberitahukan, bahwa wawancara akan dilakukan secara bersamaan dalam satu ruangan.

Setelah cukup lama wawancara, Jollyn pun diberikan amplop. Saat keluar ruangan pun Jollyn dengan cepat membuka amplop itu dengan menutup matanya dan membuka perlahan matanya. Seketika itu juga wajah Jollyn sangat senang dan senyum-senyum sendiri di lobi.

"Aku ga salah lihat ini kan, akhirnya aku dapat pekerjaan juga. Saat aku memberitahu Enzi soal ini"

Jollyn tidak jauh jika di tempat itu ada Enzi yang melihatnya dari kejauhan.

Jollyn mengurungkan niatnya, karena saat menelepon Enzi pasti akan ditanyakan jawbannya sewaktu di tempat makan tadi. Jadi, Jollyn menutup kembali teleponnya dan beranjak keluar kantor.

Enzi terus memantau Jollyn tanpa sepengetahuannya.

Saat Jollyn melihat toko baju, Enzi tiba-tiba saja memegang bahu Jollyn," Ikutlah denganku"

"Kemana?" Dengan pasrahnya Jollyn mengikuti kemauan Enzi. Hingga tiba di suatu toko perhiasan.

"Kenapa kita ada disini?" Keingintahuannya cukup tinggi, tapi pertanyaan itu di sempat di hiraukan Enzi hingga tangannya Enzi di cubit Jollyn.

"Pilihkan cicin sesuai jarimu. Aku ingin beli untuk seseorang. Cepatlah sedikit"

Jollyn dan Enzi melihat cincin-cincin itu hingga di tanya pemilik toko itu,"Kalian ingin melihat cicin seperti apa?"

"Apa ada cincin yang terbaru, simple tapi elegan?" tanya Enzi pada pemilik toko.

"Ada silakan dipilih"

"Aku suka yang ini. Cocok seperti yang kau cari" Menunjuk pada sebuah cincin dan Enzi hanya mengangguk.

" Kalian sangat romantis, aku ada cincin yang paling indah dari cicin-cincin lain. Cincin ini terbuat dari butiran diamonddan hanya ada satu. Belikanlah untuk istrimu pasti sangat cocok sekali"

Jollyn sangat terkejut dengan apa yang dikatakan pemilik toko itu, "Kami bukan..." Ucapan Jollyn terpotong karena Enzi menyela pembicaraannya." Aku mau ini. Berapa harganya?"

"Harganya 1,3 M" jawab pemilik toko dengan senyuman.

"1,5 M, ini sungguhan?" Lagi-lagi Enzi memotong dengan menyodorkan kartu ATMnya.

"Enzi, kau gila ya beli cicin seharga itu sangatlah ga wajar" tambah lagi.

Dengan entengnya Enzi hanya menjawab," Aku akan lakukan apapun untuk orang yang spesial"

Rasa keingintahuan Jollyn sangat besar hingga banyak bertanya, tapi di hiraukan. 

Crazy In Love : Your Love's Got The Best Part In My LifeWhere stories live. Discover now