4. Jodoh Lo Berdua

1.6K 173 8
                                    

"JEANDRAAAA."

Rey baru saja keluar aula langsung berteriak saat melihat Jean sambil berlari ke tempat di mana pengurus osis berkumpul.

Hal tersebut tentu saja menarik perhatian semua yang ada di sana. Yang sebelumnya sedang fokus langsung mengalihkan perhatiannya kepada Rey yang tiba-tiba datang berteriak sambil berlari menghampiri Jean.

Hal itu juga membuat semua yang sebelumnya tidak menyadari keberadaan Jean menjadi menyadarinya, termasuk Marva.

Sedangkan Jean yang dipanggil terlonjak kaget karena dia sebelumnya sudah akan memasuki dunia mimpi.

"Bangsat." Umpat Jean karena kaget.

"Huwaaaa Jeaaan, Pak Tara ngomel mulu ke gueeee. Gara-gara ga becus ngurus ini. Kan gue bukan Jeandra yang bisa ngurus acara kaya gini."

"Ck, maaf deh, kan lo tau sendiri tadi gue dihukum. Tapi gue juga makasih banget sama lo, udah ngehandle ini semua tadi. Thanks ya, Rey."

"Iyaaa, gue mah bersyukur banget akhirnya lo dateng. Gue kira lo ga dateng. Soalnya tadi kayanya lo emosi banget gegara Bang Marva"

Rey mengatakan kalimat terakhirnya sambil berbisik, menyadari keberadaan Marva di sana.

Jean tersenyum masam mendengarnya. Rey memang paling tau tentang Jean setelah Joan. Mereka teman sekelas sejak masih di sekolah dasar. Lama bukan? Maka dari itu, Rey sudah seperti saudara bagi Jean. Ya kan dia juga pacar kembarannya sih, jadi kaya keluarga haha.

"Udahlah, tambah emosi ntar gue."

"Habis ini istirahat kan? Gue mau ke ruang osis nih. Mana daftar siswa barunya? Biar gue data. Sekalian ngatur acara yang belum kelaksana," lanjut Jean.

"Iya abis ini istirahat. Tadi datanya gue tinggal di meja depan aula. Nanti gue ambil sekalian gue aja yang datain."

"Ga usah, udah tugas gue. Lagian lo mesti capek tadi dah ngurusin sana-sini. Istirahat aja sana, ke kantin, makan. Nanti gue bakal ngasih lo banyak tugas kayanya."

"Hehee, okedeh. Gue ke Joan dulu."

Jean pun berniat mengambil data siswa. Ia berjalan menuju aula. Tapi saat melewati kumpulan anak osis, ada yang memanggilnya. Membuatnya mau tidak mau harus berhenti.

"Jeandra." Jean membalikkan badan. Sesaat kemudian ia menyesalinya saat tau siapa yang memanggil.

Jean tersenyum. Bukan! Bukan karena dia bersikap ramah dengan Marva, tetapi dia seakan mengatakan 'Please.. ga usah bikin gue emosi lagi' dengan tatapan memohon.

Tapi Marva yang memang tidak menangkap itu malah membalasnya dengan senyuman manisnya. Membuat Jean langsung memasang kembali muka datarnya, sudah dibuat emosi.

"Gue ngga tau, ternyata lo akan sangat berpengaruh sebagai ketos. Kata anak-anak, mereka kelimpungan gada lo."

Jean tidak menanggapi, karena menurutnya perkataan Marva memang tidak perlu dijawabnya.

"Kaget si, ngga nyangka kalo anak yang terkenal bandel, pengaruhnya besar buat osis. Hebat lo, Je."

Jean tersenyum miring sambil mendengus. Anak ini sebenarnya menghinanya atau memujinya. Jean benar-benar muak, dia tidak menanggapi perkataan Marva sama sekali. Dia langsung meninggalkan Marva di sana.

Marva yang tiba-tiba ditinggalkan sendiri hanya tersenyum. Bukan maksudnya menghina Jean atau apa, dia tulus memuji bahwa Jean hebat. Dia juga hanya ingin Jean sedikit memperbaiki sikapnya.

Marva sudah melihat kelakuan Jean dulu. Tidak banyak, karena dia sibuk dengan kegiatan osis. Tapi dia banyak mendengar semua tentang Jean dari Hayden, komdis, juga langsung dari kepala sekolah, Jeri. Memang Marva sudah mengenal Jeri sejak lama, karena Jeri merupakan teman Bubunya, Theo.

MARVA(J/Z)EAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang