17. Lo, Adalah yang Pertama

1.2K 137 22
                                    

Hari semakin sore, kediaman Elthanion kembali sepi. Hanya tersisa Elthanion sekeluarga serta Levi dan Winta. Semua sudah bersiap untuk menghadiri Malam Puncak Anniversarry KHS.

Marva, Levi, dan Hayden berangkat terlebih dahulu karena mereka harus mempersiapkan acara. Sedangkan Winta akan dijemput oleh Kath nanti.

Sampai di sekolah, suasana sudah ramai panitia. Jean dan Joan juga sudah terlihat di sana dengan pakaian dominasi warna putih. Ya, untuk dresscode siswa KHS yaitu putih.

"Derlio. Gimana persiapannya?" Marva menghentikan langkah Xian yang akan menuju panggung.

"Aman aman, Feby udah dateng. Abis ini Feby gladi dulu."

"ANL perlu gladi ngga?"

"Ya lo mau gladi ngga?"

"Nanti kita tukar posisi sih, tapi udah biasa sebenernya. Ngga perlu gladi lah, paling cek sound aja."

"Tukeran gimana?"

"Harvi bakal pegang drum, Levi gitar, bass dipegang gue, nanti Hayden juga bakal pegang gitar. Vokalis kaya biasa, Hayden, Rey, sama gue."

"Wow, kayaknya bakal wah sih ini."

"Oh ya jelas, ada guenya."

"Cih." Xian langsung pergi mendengar ucapan terlampau PD dari Marva, ya walaupun benar.

"Bang Marva!!"

"Hm? Kenapa lari-lari sih, Bian?"

"Hehe, Bian sama Bang Marva dulu ya. Soalnya Kak Yoland belum dateng."

Marva mengangguk, merangkul Bian, membawanya ke tempat penonton paling depan. "Duduk sini aja, nanti Yoland pasti bakal ke sini." Bian mengangguk.

"Lagian kenapa datengnya cepet bener jam segini?"

"Ayah sama Mama mau pergi, jadinya Bian sekalian dianter sekarang."

"Yaudah, tunggu sini ya, ganteng."

"Okie."

Tanpa keduanya ketahui, sedari tadi ada yang tidak melepaskan tatapannya dari mereka berdua, dia Jean. Duduk di samping panggung sambil tangannya memegang mic. Tatapannya menajam, ada perasaan marah dan tidak suka melihat itu.

Jean menyerahkan mic pada Sagam lalu pergi meninggalkan area panggung. Memasuki mobilnya, Jean menenangkan diri di sana. Sebenarnya dia kenapa?

Perasaan yang dirasakannya selalu terjadi jika bersangkutan dengan Marva. Awalnya Jean berpikir ini hanya perasaan tidak sukanya pada Marva. Tetapi lama-kelamaan perasaan ini semakin tak terkontrol.

Berkali-kali dia merasakan jantungnya berdebar di dekat Marva. Berkali-kali juga dia merasa amat tidak suka jika Marva perhatian terhadap seseorang. Tetapi Jean tidak yakin dengan perasaannya.

Tok tok

Seseorang mengetuk kaca mobil Jean. "Jean?"

Itu suara Marva. Bagaimana ini?! Haruskah Jean diam saja? Tidak usah keluar sampai Marva pergi? Jean tidak tau. Tidak tau harus bagaimana. Dia tidak berani keluar, namun sebuah suara di dalam hatinya terus berteriak.

Dia. Suka. Marva.

Dengan jantung berdebar, Jean menurunkan kaca mobilnya. "Kenapa?"

"Acara bentar lagi mulai, lo dicariin daritadi, untung ada yang liat lo masuk mobil. Kenapa malah di sini?"

"Hp, ketinggalan."

"Yaudah ayo ke dalem."

Jean mengunci mobilnya lalu mengikuti langkah Marva di depannya. Jean tidak pernah berpacaran sebelumnya, dan merasakan perasaan aneh seperti ini membuatnya tidak tau harus berbuat apa. Bahkan sekarang lebih parah dari pada saat menyukai Hayden dulu.

MARVA(J/Z)EAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang