"Marv. Ini digimanain?"
"...."
"MARVA!"
"Eh? Maaf Lev, gimana?"
"Lo kayanya dari tadi ngga fokus. Mending lo istirahat deh sana."
Marva menurut, ia menyingkir dari gerombolan temannya yang terdiri dari Levi, Harvi, Xian, Aji, serta Cakra yang masih meneruskan belajar bersamanya.
Sekarang mereka ada di kediaman keluarga Dallas, keluarga Levi. Karena ujian kelulusan semakin dekat, mereka sepakat untuk belajar bersama meski berbeda jurusan. Marva, Xian, dan Aji dari jurusan IPA, sedangkan Levi, Harvi, dan Cakra dari jurusan IPS.
Marva membaringkan dirinya di sofa ruang keluarga Levi. Sudah satu minggu lebih Jean masih belum bangun dari komanya. Dan satu minggu lagi, kelas 12 akan melaksanakan ujian kelulusan. Dan juga tentunya, setelah ini Marva harus menyiapkan kepindahannya ke Amerika.
Tapi bagaimana mungkin ia akan pergi di saat keadaan seperti ini? Jeannya masih terbaring di rumah sakit. Ia tak ingin meninggalkan Jean seperti ini.
Selama Jean di rumah sakit, Marva rutin mengunjunginya setiap sepulang sekolah dan saat malam hari setelah ia kembali dari les, meski hanya sekedar mampir. Atau saat weekend, biasanya Marva yang akan menjaga Jean seharian.
Marva jadi teringat saat pertama kali memberitahukan kepada keluarganya bahwa dirinya dan Jean berpacaran. Saat itu, Theo langsung heboh menelpon Dirga membuat Dirga yang sebelumnya belum tau langsung ikut heboh.
Ternyata, Dirga dan Theo sudah lama merencanakan perjodohan bagi Marva dengan salah satu keturunan Kharenza.
"Joan mana bisa sih Yo, dia uda ada pacar, Rey namanya. Baru aja kemarin dikenalin ke gue," ucap Dirga kepada Theo di depannya.
"Waduh, padahal Joan manis banget Ga. Gue suka. Kalo Jean sering ke rumah, tp dia lengketnya sama Hayden. Pacaran kali yah?"
"Ngga tau sih Yo, anaknya ngga pernah cerita ke gue."
"Hayden juga ngga ada cerita ke gue. Dia malah kata Si Kakak lagi naksir temennya yang namanya Levi."
"Kalo Marva sama Jisa gimana Ga?" Theo kembali berucap.
"Jisa masih kecil ah, jangan. Kata lo Hayden naksir temen Marva kan? Berarti dia ngga naksir Jean. Jadi kita jodohin Marva sama Jean aja."
"Setuju gue. Kapan kita kasih tau ini?"
"Nanti lah, kita pantau dulu anaknya. Kita kasih tau suami kita dulu aja."
"Oke, semoga kita beneran jadi besan ya, Ga ahhaha."
Jadi saat tau bahwa Marva dan Jean berpacaran, keduanya sangat senang. Saking semangatnya, kedua keluarga juga akhirnya mengadakan acara dinner bersama atas usulan Dirga. Yang mana, sebenarnya membuat Jeandra sangat malu. Ia masih belum terbiasa.
"Kalian niat menikah kapan?" Dirga membuka suara setelah menyelesaikan makan malam.
"Piiii, kok gitu sih pertanyaannya."
"Ih ngga apa-apa Jean, lebih cepat lebih baik," ujar Theo ikut menimpali.
"Kita baru jadian seminggu yang lalu, Bubu. Lagian kita juga masih muda, masih sekolah malahan. Belum ada penghasilan."
"Sebenarnya masalah biaya gampang. Daddy sama Papanya Jean bisa memenuhi kebutuhan kalian. Masalah pernikahan juga kita bisa membiayai. Tapi yang dikatakan Marva ada benarnya, mereka masih kecil, masa depan masih panjang. Bisa saja mental mereka belum siap untuk berumah tangga dan hidup mandiri." Kini Jonas dengan dewasanya berucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVA(J/Z)EAN
Novela JuvenilSo, this is about... MARVAJEAN or MARVAZEAN ??? BXB Mark x Jeno Highschool life