15. Tanding Basket pt. 2

1.1K 132 2
                                    

Hari ini, Bu Farrah membawa Dani dan Jean ke hadapan kepala sekolah dan mengatakan bahwa masalah Dani dan Jean tidak bisa dibiarkan begitu saja. Bahkan, orang tua Dani datang ke sekolah untuk meminta penjelasan.

"Lihat wajah dan lengan anak saya!! Itu merupakan kejahatan. Bagaimana bisa ada seseorang seperti itu di sekolah?!"

"Kami dengar anak bernama Jeandra ini memang pembuat onar?! Tidak heran dia memukuli anak kami. Kenapa dia belum ditangani? Apa yang kalian lakukan?"

Bu Farrah membuka suara. "Kami bertanggung jawab penuh atas masalah yang terjadi. Saya akan memberikan pelajaran pada Jeandra. Untuk saat ini, saya hanya bisa meminta maaf karena salah satu siswa kami berbuat kesalahan."

Jean berdecak, ia tidak tahan untuk terus mendengarkan ini.

"Memberikan pelajaran?" Jean tertawa sarkas. "Apa Anda punya hak untuk memberikan pelajaran pada seseorang?"

Bu Farrah menunjuk Jean. "Perhatikan cara bicaramu kepada guru."

Jean menyeringai, tapi belum sempat ia menanggapi perkataan Bu Farrah, pintu ruangan diketuk.

"Maaf menyela, Ibu memanggil saya?"

"Yoga, Ibu dengar kamu salah satu saksi. Kamu benar-benar melihat Jean memukuli Dani dengan matamu sendiri?"

"Iya, saya melihatnya."

Banyak kerumunan siswa di depan ruangan. Mengintip dan menguping pembicaraan di dalam sana. Marva juga terlihat di sana, karena dia yang mengantar Jean tadi.

Mendengar bisikan-bisikan yang menyalahkan Jean, Marva hanya diam. Marva tidak suka memberikan tanggapan pada hal seperti ini. Apa yang dilihat oleh mata seseorang tidak selalu benar, apalagi tentang hal semacam ini yang akar permasalahannya belum diketahui.

Marva beranjak dari sana, menuju ruang osis yang ramai karena sedang mempersiapkan malam puncak anniversarry sekolah. Ia mendudukkan dirinya di meja kebesaran ketua osis, ada foto dirinya dan Jean di meja, diambil saat penyerahan jabatan. Ia kemudian membaringkan kepalanya di meja.

"Gimana? Sekarang keputusannya apa?"

"Gue denger katanya kemungkinan Jean dikeluarin. Yoga tadi bersaksi, luka yang di dapet Dani beneran karena Jean katanya."

"Dikeluarin?!"

Orang-orang terus membicarakan masalah hukuman Jean. Sampai akhirnya mereka berhenti saat Jean memasuki ruang osis.

Masalah hukuman dikeluarkannya Jean, Marva tidak terlalu percaya. Karena sekarang, Jean bahkan berjalan memasuki ruangan seakan tidak terjadi apa-apa.

Lagi pun, sebelumnya Jean juga tidak pernah mendapat hukuman jika melanggar peraturan, hanya teguran yang didapatnya.

***

Setelah tadi sekolah diributkan dengan hadirnya orang tua Dani, sekarang pertandingan final basket akan dimulai. Dua kelas telah bersiap di lapangan, kelas 12 IPA A dan kelas 11 IPA A, ya itu kelas Marva dan Jean.

Dan mereka berdua yang sama-sama ikut mewakili kelas mereka, kini berhadapan di tengah lapangan.

"Waktu itu, pas kita tanding satu lawan satu belum ada pemenangnya. Gimana kalo kita tentuin lewat ini aja?"

Jean mengangkat sebelah alisnya. "Oke, body gue hari ini lagi fit. Jadi ngga bakal ada kejadian kaya kemarin."

"Yah, ngga ada yang minta suapin lagi dong."

Jean menatap bengis Marva di depannya. "Ngga usah bahas itu bisa?! Itu karena gue lemes."

Marva mengangguk. "Iyain." Kemudian mendorong Jean mundur. "YOLAND!! Mulai gih! Ntar keburu siang."

MARVA(J/Z)EAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang