12. Ngga Pacaran

1.2K 134 3
                                    

Jean dan Marva sudah kembali ke tempat para panitia berkumpul. Tadi keduanya ditemukan oleh Joan dan Rey di lapangan basket dengan posisi Marva yang pelipisnya terdapat memar sedang mengukung Jean di bawahnya. Sekarang mereka berdua harus menerima amukan anggotanya.

"Bangsul emang, bukannya ngurusin acara, malah enak-enak pacaran."

"Ngga pacaran ya anjing."

Hampir saja, wajah tampan Hapsa menjadi sasaran kepalan tangan Jean jika tidak dicegah Marva.

Oh ya, akhirnya Marva terkena geplakan di lengannya.

"Sorry, harusnya abis dari Pak Cahyo gue langsung balik sini."

"Emang lo Marv, malah mlipir pacaran."

"Gue bilang ngga pacaran bangsat." Kali ini giliran Harvi yang hampir kena bogeman.

"Gue tadi abis boker."

"Pffft." Marva hampir menyemburkan tawanya kalau saja tidak mendapat geplakan di belakang kepala.

Pulang-pulang Marva masuk rumah sakit nih kayanya, tega bener si Jean.

"Gimana ceritanya lo boker sampe lapangan basket? Jauh banget." Rey menghentikan aksi Jean yang sedang memukuli Marva

"Gue tadi mau makan, nyari yang sepi, malah ada si camar di sana."

"Terus itu kenapa Marva babak belur gitu?"

Mendengar perkataan Harvi, Marva dan Jean saling pandang. Jean tertawa sedangkan Marva mendengus.

Flashback on

"Hah?"

Belum sempat mencerna apa yang dikatakan Jean, Marva langsung mendapatkan bogeman di pelipisnya sampai jatuh telentang.

"Aakk."

"APASIH?!! KENAPA MALAH MUKUL??"

Marva berusaha melindungi wajahnya dari pukulan Jean yang sekarang malah duduk di perutnya. Jean tertawa melihat Marva yang mengumpat di bawahnya. Sudah lama Jean tidak berkelahi membuatnya merindukan sensasi ini.

"Waaaa."

Marva menahan tangan Joan lalu bangkit membuat posisi mereka kini berbalik. Joan telentang dengan Marva yang masih menahan kedua tangan Jean mengukungnya. Keduanya terdiam, Jean melotot, sedangkan Marva memandang Jean sambil mengatur napasnya.

"Eh eh eh lo berdua ngapain?" Akhirnya keduanya menghentikan aksi tatap-menatap dan menoleh ke sumber suara, suara Joan.

Flashback off

"Gue kena bogem ni bocah."

"Kenapa bisa?"

"Mana tau, bocah prik."

Dan setelah mengatakan itu, Marva lagi-lagi terkena geplakan tangan Jean.

Ya memang tidak salah Jean mengatakan bahwa Marva menyebalkan, karena mulutnya memang suka asal ceplos.

***

"Geara siapa lo?" Jean bertanya pada Marva yang sedang memeriksa bola basket.

Besok adalah hari pertandingan bola basket. Anak-anak yang mengikuti pertandingan sedang latihan, termasuk Marva dan Jean.

"Geara? Kenapa memang?" Marva menatap Jean bingung. "Pak Cahyo, saya mau ngomong sebentar. Untuk Harvi, saran saya buat dimasukin inti aja."

"Kenapa memangnya?"

"Gantiin Jeandra."

"Kok gue?"

"Lo baru aja sembuh, Papi Dirga bilang lo ngga boleh kecapekan."

"Apasih, gue ngga papa."

"Oh iya, Pak Jendral bahkan juga memberi tau saya untuk tidak usah mengikutsertakan Jean di pertandingan ini."

"Loh? Ngga gitu dong pak, saya ngga papa, saya tetep ikut."

"Nah, tapi Pak Jendral bilang bahwa Jean pasti ngotot tetap ikut. Jadi kamu tetap ikut, tapi sebagai cadangan."

"Tapi kan--"

"Sebagai cadangan atau tidak ikut?"

"ARRGGH"

Marva tertawa keras melihat Jean. Pak Cahyo terkekeh sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua.

"Selamat Jeandra."

"Selamat pala lo! Ah sebel anjing! Orang gue ngga papa."

"Ngga papa, tapi kemaren makan aja minta disuapin."

Jean mendelik yang ditanggapi tawa ngakak Marva. Jean ini lucu sekali kalau digodain.

"Udah ah." Pasrah Jean. "Lo tadi belum jawab pertanyaan gue."

"Pertanyaan apa?"

"Geara."

"Aaa, Geara adek gue."

"Adek? Lo ada adek selain Hayden?"

"Bukan adek kandung sih, sepupu. Dia anak adeknya Mommy gue. Lima tahun setelah meninggalnya Mommy, Ayah Yudha dateng ke rumah bawa Gea yang umurnya 4 tahun. Dia bilang kalo Gea ini ponakan Daddy. Orang tua Gea tinggal di Jepang dan merupakan temen Ayah Yudha, mereka meninggal karena kecelakaan pas mau ke bandara buat ke Indonesia, dan betapa beruntungnya, Gea selamat dari kecelakaan itu." Marva menghela nafas, menceritakan ini juga menyakitkan baginya.

"...."

"Karena Ayah Yudha temen orang tua Gea, akhirnya Gea diadopsi sama Ayah. Waktu itu sebenarnya Daddy bilang buat dia aja yang mengadopsi Gea, tapi Ayah Yudha bilang dia udah sayang banget sama Gea, juga katanya biar Faro ada temennya."

Melihat raut Jean yang terlihat bersalah, Marva kembali berucap. "But I'm happy for her. Keluarga Ayah Yudha baik banget sama Gea."

***

"Jadi Ayah Yudha mau menikah makannya lo balik?!! Wow that unexpected."

"Gue pas pertama denger aja kaget. Mana Faro gue tanyain cuma ketawa-tawa."

"Dan lo bakal tinggal di sini seterusnya?"

"Yups, that's why Ayah pindahin gue buat sekolah di KHS."

"Trus lo tau calon Ayah siapa?"

Gea menggeleng. "Gue belom tau, Faro juga belom. Tapi kita bakal makan malem bareng nanti malam minggu."

"Gue kepo sama calonnya. Ntar malem gue main deh ke tempat lo sama Hayden."

"Yo gue tunggu bro. Thanks udah nganterin gue."

"Yoi, gue balik. Titip salam buat Ayah sama Faro."

"Siap. Hati-hati."




Tbc.

Singkat banget
Otak saya mentok :(

MARVA(J/Z)EAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang