2. FRIENDS & HANGOUTS

93 33 15
                                    

2. FRIENDS & HANGOUTS

****

"Huh, berapa menit lagi sih? Dari tadi nggak bel juga," Sana merem melek sambil garuk kepala, kesal. Nyawanya tinggal lima watt.

Siang ini kelas Rachel kedatangan dua guru magang pelajaran sejarah. Satu kelas kegirangan karena mengira bakalan free class ataupun cerita-cerita, bercanda, main games. Biasa begitu. Tau-taunya belajar—membosankan. Membuat semua asik dengan dunia sendiri. Bahkan, kubu cowok paling pojok berubah seperti pasar.

Rachel menghela. Memasang raut nelangsa sambil menyanggah dagunya. "Setengah jam lagi San. Kalo mau tidur, tidur aja kale tuh guru juga gak bakalan nengok kita."

Sana menguap lebar. "Bel bunyi bangun gue. Awas aja lo tinggalin kayak kemaren kemaren."

"Dih, salah lo sendiri. Tidur macem orang mati," Namun tidak ada tanggapan dari Sana.

Rachel melirik kesamping, nyatanya Sana sudah tidur duluan. "Sukur gue temen lo, coba orang lain? Udah diangkut kali lo naik keranda mayat."

Dari arah belakang, Anggi menendang kecil kursi Rachel membuat perempuan itu refleks menoleh. "Tuh guru ngomong apaan anjir, kagak denger?! Mana kecil bet volumenya?!"

"Ga tau! Orang depan mulu bodo yang dikasih!" Rachel menyinyir memperhatikan barisan depan.

Selfy disamping Anggi ikut nimbrung. "Ngomong mantan-mantan gitu gak sih, sependengaran gue?"

Alis Anggi naik sebelah, merasa ilfeel. "Dih, human gamon rupanya."

"Mantan diomongin. Doain, baca salawat kalo perlu buat acara yasinan biar tobat nasuha," ujar Anggi mengkesal. Teringat mantan laknatnya.

Dahi Rachel mengernyit, heran. "Lah bukannya lo kristen. Ngapain salawat, yasinan?"

"Astagfir—eh maksud gue," Anggi menepuk jidat.

"Udahlah biarin aja. Selagi gak ngasih tugas," Benar juga kata Selfy barusan.

Finally, penantian yang ditunggu-tunggu tiba. Dering bel terdengar panjang seantero sekolah, pertanda semua murid boleh pulang. Lantas semua menghela, syukur dan berhamburan keluar kelas. Giliran pulang muka-muka bantal bersinar glow up dalam sekejap.

Efek bel pulang jangan diragukan. Berasa masuk surga tanpa hisab.

"San! San! Pulang woy!" Rachel mengguncang bahu Sana yang anteng tidur. "Tuh kan bener?!"

"Sana!" ulangnya. "San!"

"SANA BAGUNNNN!!" Rachel menjerit tepat ditelinga Sana membuat roh perempuan itu kembali ke alam sadar dalam keadaan linglung.

Anggi tertawa lepas. "Baru juga mau dibacain roh lu San, biar tenang dialam baka."

"Kambeng lo!" cetus Sana pada Anggi. "Gue gentayangin lo pas berak kalo gue mati."

"Eh, tapi masa tadi gue mimpi ketemu Jimin. Terus nyatain cinta," Sana menceritakan bunga tidurnya. "Dia pegang pipi gue. Abis tu ngedeketin mukanya ke muka gue."

"Dia nyium lo?" tanya Anggi. "Wah wah gak perawan lagi cangkem mu San."

"Mana sempat anjing keburu dibangunin Rachel," Sana mendecak sebal. "Pas banget lagi momen—"

"Udah ih halu mulu. Buruan beresin buku-buku lo!" sela Selfy.

Sana mencebik kesal. "Iya sabar yaelah. Ga bisa banget liat temen seneng dikit."

Keempat cewek itu segera turun. Sampe gerbang, mereka nunggu grabcar yang dipesan melalui ponsel Anggi. Selang beberapa menit mobil tersebut muncul sesuai nomor plat yang tertera. Mereka naik dan melotot kaget saat melihat muka sang sopir.

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang