9. 085234******

60 21 0
                                    

9. 085234******

****
Seminggu kemudian...

"PANAS BANGET WOI!!!!!"

"PAK BURUANNN!!"

"BUSET DAH SKINCARE GUE LUNTUR!!"

"Aduh lutut gue lemes banget, buruan napa!" keluh Hani. Nasib orang pendek jadi selalu disuruh baris paling depan.

Waktu upacara telah selesai. Akan tetapi, seluruh murid SMA Jaya Biru tak kunjung dibubarkan dari lapangan membuat sambutan protes besar-besaran dari semuanya. Terutama kaum perempuan. Merasa terik matahari membakar kulit mereka. Padahal mentari pagi bagus untuk kesehatan.

"Baik anak-anak, disini bapak ingin menyampaikan berita bahagia untuk kita semua."

"Berita bahagia? Berita apa tuh?!" Rachel nanya sambil berlindung dibelakang punggung Hani akibat panas matahari menampar wajahnya

"Bau-bau pulang cepat nih kayaknya," Hani menerka. Semoga benar. Situasi yang paling ditunggu-tunggu. Free class. Rapat guru. Pulang cepat.

Rachel tampak semangat. "Serius Han?"

"Semoga, doa anak soleh cepat diijabah," Hani bertekad. Rachel pun mengaminkam dalam hati.

"Bapak mau mengumumkan bahwa salah satu teman kita telah mengharumkan nama SMA Jaya Biru dalam olimpiade tingkat Provinsi."

"Mari kita sambut dengan meriah Wildan Arshaka Jiwa."

Yang dipanggil muncul dari barisan laki-laki kelas XII. Riuh tepuk tangan mengiringi langkah Wildan ketengah lapangan untuk penyerahan piala, mendali emas dan uang pembinaan. Auranya sangat beda. Berkharisma. Semua siswi terpesona. Jangan siswi, guru pun ikut terpesona.

"Panas-panas cuman buat denger berita ini? Yaelah anjir apa faedahnya!" Rachel rasa ini buang-buang waktu. Masih memperhatikan kedepan melihat kepala sekolah menyabetkan mendali emas, memberikan hadiah lalu foto bersama.

"Wildan handsome banget, bismillah calon suami," perempuan disamping Rachel tampaknya sangat terpukau.

"Alamak, mabok Wildan gue," sambungnya membuat Rachel agak ilfeel mau muntah.

Sebelum bubar, Wildan dipersilahkan kembali ke barisan. Dia langsung diserbu teman-temannya. Kelas lain pun memberi selamat dan ber-high five ala anak laki-laki padanya.

"Sombong banget baru menang gitu doang," Rachel mencibir. Dan akhirnya mereka semua kembali kekelas.

****

"Kagak ada beda-bedanya kantin ama pasar Condet, rame bener," Jaim geleng kepala memperhatikan sekitar. Murid-murid saling berebut makan bak napi yang keluar dari penjara.

Seketika seseorang duduk disampingnya membuat cowok itu dan Wildan didepan segera mengangkat pandangan. Ternyata Hani. Perempuan dengan jepit rambut motif bunga itu datang membawa sebuah roti. 

"Tumben, biasa bakso?" sindir Jaim. "Diet? Apa mau jadi orang Western kayak si Jaemin Jaemin itu?"

"Jaemin Korea bukan western. Gak usah bawa-bawa nama suami gue!"

"Ngaku suami kenal aja kagak si Jaemin sama lo."

"Diem gak?! Gue mau makan atau lo yang gue makan!" Hani merobek bungkus rotinya secara kasar.

"Napa dah sensitif amat?! Dateng tamu?!" Jaim hapal semua sifat sahabat kecilnya ini. Tampaknya dia sedang tidak baik-baik saja.

Bukan Jaim saja yang heran Wildan pun juga. Lihatlah dari cara perempuan itu memakan rotinya saja seperti orang menahan kesal.

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang