18. KHAWATIR

63 3 0
                                    

18. KHAWATIR

****

"Gimana?" tanya Janee pada Rachel begitu mantap dan percaya. Seakan-akan Rachel pasti tidak akan menolak ajakannya.

Siapa coba yang bakal menolak? Janee yakin tidak akan ada. Semua murid SMA Jaya Biru sangat ingin bergabung bersamanya, Chika dan Ratu. Namun, tidak semudah itu. Dan Rachel menjadi orang paling beruntung. Begitulah yang ada dipikiran murid-murid yang lewat dan memperhatikan mereka.

Hening.

Selang lima detik, Rachel justru tertawa.

Hal itu bikin kerutan di kening Janee muncul. "Lo ngetawain gue?!"

Sungguh tidak ada yang lucu. Tapi, entah kenapa Rachel tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Hal itu membuat Janee, Chika serta Ratu menatap aneh karenanya. Perkataan Janee barusan itu bagaikan lelucon paling kocak sedunia yang Rachel dengar.

"Sorry, sorry. Gimana tadi?" Rachel mengambil napas dalam-dalam, menetralkan tawanya.

Janee menatap Rachel serius. "Gue gak lagi bercanda?"

"Gue gak salah denger? L-lo ngajakin gue gabung sama geng lo?"

"Gak usah besar kepala dan merasa diistimewakan! Ini berlaku sekali. Dan gak akan ada penawaran kedua dari gue. Lo tinggal jawab iya atau enggak," Janee tidak main-main.

"Tunggu? Tunggu? Tunggu? Gue mau tanya sama lo? Ada maksud apa lo ngajakin gue?" tanya Rachel penasaran.

"Gue tau lo gak suka sama Maira? Cewek yang kemarin gue labrak di toilet. Jadi gue kasih lo satu penawaran ini karena kita sama," Janee menjeda. "Sama-sama gak suka si cupu itu."

"Dari mana lo tau gue gak suka dia?" tanya Rachel pada Janee.

"Cara lo natap dia," Janee menyambut ucapan Rachel cepat.

Lebih jelasnya, mengapa Janee tiba-tiba mengajaknya ikut karena gadis itu mendengar obrolan Wildan dan Rachel di LAB. "Gue pernah liat tuh cewek dilabrak di toilet. Bodohnya, dia gak ngelawan sama sekali. Dibully malah diem. Ck! Pinter pelajaran doang." Ini kuncinya.

"Sok tau lo!" Rachel menampik.

"Gak usah ngelak-ngelak deh," ujar Janee. "Tuh cewek emang pantes gak di sukai orang-orang. Muka doang yang polos."

"Gak suka pun gue sama dia bukan urusan lo!" cetus Rachel. "Karena gak sukanya gue sama lo tentang tuh cewek beda."

"Urusan lo gak suka sama dia gara-gara lo suka Wildan kan? Lo cemburu dia bisa deket sama Wildan kemana-mana berdua sedangkan lo gak bisa. Boro-boro deket, dinotice juga enggak."

Kalimat Rachel telak menusuk Janee langsung. Perempuan itu berbicara seolah Janee tidak ada. Janee mencoba tenang meskipun gelagat dongkolnya kentara sudah tidak terkontrol dihadapan Rachel. Rachel menyeringai sangat tipis, tidak terlihat sebab mampu menskakmat Janee.

"Iya atau enggak?!" Janee langsung pada intinya.

"Apa untungnya buat gue?" Rachel bertanya.

Janee melipat kedua tangannya sembari menatap Rachel dengan satu alis naik. "Nama dan ketenaran lo bakal lebih naik di SMA Jaya Biru."

"Pfftt...," Rachel mencoba menahan tawanya namun tidak bisa. Sebab itu bikin perutnya keram.

Dan untuk kedua kali, tawa Rachel meledak kembali. Sampai-sampai sudut matanya mengeluarkan air serta perutnya tambah keram saking kocaknya. "Apa lo bilang? Nama sama ketenaran gue bakal naik? Astaga, main lo udah sejauh mana sih?"

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang