16. STALKING
****
Disinilah Rachel dan Hani. Kedua perempuan itu masuk ke ruang perpustakaan karena jadwal peminjaman buku Hani sudah selesai. Jikalau tidak dikembalikan akan dikena denda. Boro-boro bayar denda, uang kas aja nunggak.
"Han, gue kesana," Rachel menelusuri rak perpustakaan. Melihat-lihat jejeran buku namun tak ada niat membacanya.
Rachel berhenti tepat disalah satu rak. Kepalanya mendongak ke atas melihat buku yang ingin diambil namun tak kesampaian. Rachel sesekali melompat-lompat agar bisa menggapainya. Tapi, tetap saja tidak bisa.
"Kurang tinggi apa sih gue. Udah tinggi semampai juga," ujar Rachel.
Berikutnya, Rachel kembali mencoba menggapai dengan berjinjit paksa. Namun, disaat detik-detik mulai tergapai, tiba-tiba Rachel merasa seseorang berdiri tepat dibelakangnya lalu menggapai buku itu lebih dulu dari Rachel membuat tubuh Rachel terhimpit ditengah-tengah.
"Udah tau gak sampe, minta bantuan orang lain," Rachel menegang mendengar deep voice itu berbisik di telinganya. Pelan-pelan Rachel berbalik.
Rachel termangu menatap Wildan yang membalas tatapannya jelas di manik mata perempuan itu. Rachel menelan ludah susah payah. Jantungnya berdegup kencang. Dari jarak sedekat ini Rachel bisa merasakan nafas mint Wildan menerpa wajahnya.
"Rachel ayo bal...," kalimat Hani tertelan ditenggorokan begitu saja melihat adegan Wildan dan Rachel saling tatap-tatapan dengan jarak yang sangat intim.
Hingga beberapa detik berlalu, Wildan dan Rachel belum juga sadar akan kehadiran Hani membuat perempuan itu menceletuk.
"Kalian berdua ngapain, hei?!"
Spontan Rachel terkesiap mendorong dada Wildan agar menjauh darinya. Rachel dilanda rasa gugup sampai-sampai merasa linglung. Sementara, Wildan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia juga bingung kenapa bisa melakukan hal itu. Tadi, saat melihat Rachel kesusahan membuat naluri cowok itu tergerak untuk membantu.
"Kalian berdua ngapain?" tanya Hani ulang.
"I—itu gue mau ngambil buku jadi gak sampe makanya dibantuin Wildan," jawab Rachel nervous.
Hani tidak percaya. "Masa sih? Dibantuin sampe pake tatap-tatapan, dempet-dempetan segala gitu?"
"Please, Han, percaya sama gue. Gue gak bohong," mohon Rachel. Lalu beralih memandang Wildan. "Jelasin dong? Keadaan lagi begini malah diem terus kek patung."
"Jelasin apa?" tanya Wildan, tidak peka.
Rachel menggeratkan gigi dan mengepalkan tangannya. "Jelasin yang tadi lah!!"
"Udah lo jelasin."
"Ya, jelasin secara detail biar gak jadi salah paham antara lo sama gue!" balas Rachel kesal. "Gue gak mau ya orang-orang mikirnya lo sama gue ada hubungan."
"Emang siapa yang mikir gitu?" tanya Wildan.
"Fans lo lah!!!" balas Rachel tambah kesal.
"Gak penting."
Rachel menganga karenanya.
"Enggak penting mereka percaya atau enggak sama ucapan lo. Lo udah jelasin dan itu tergantung masing-masing pribadi mereka," ujar Wildan.
"Sesimpel itu mulut lo ngomong, hah? Gue yang dihujat!" sungut Rachel pada Wildan.
"Kenapa jadi lo berdua yang berantem sih?" Hani memandang Rachel dan Wildan bergantian membuat keduanya berhenti bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELEBGRAM
Teen FictionRachel Bulan Delima. Selebgram hits. Cantik, populer dan bergelimang harta membuatnya menjadi remaja yang sangat diidamkan. Namun semua telah sirna. Kehidupannya berubah drastis disaat perusahaan sang Papa mengalami kebangkrutan. Semua kekayaan yang...