20. END UP?

17 2 0
                                    

20. END UP?

****

"Berdebar rasa di dada
Setiap kau tatap mataku
Apakah arti pandangan itu menunjukkan hasratmu"

"Anjay!"

Lima menit yang lalu, bel pulang sekolah telah berdering panjang seantero sekolah. Mengisyaratkan bila semua murid SMA Jaya Biru boleh pulang ke rumah masing-masing. Namun, itu tidak berlaku bagi Hema, Gerlino, Saga berserta anak Bariton lainnya. Mereka belum beranjak meninggalkan sekolah. Perkumpulan yang didominasi oleh laki-laki itu justru lebih lama menghabiskan waktu di parkiran ketimbang langsung pulang. Ada yang bilang; 'cepat banget pulang main dulu ngapa', 'malas aja pulang enggak tau mau ngapain dirumah ntar'. Jadi disini lah. Berkumpul memenuhi parkiran dengan duduk diatas motor.

Gerlino memainkan gitar di pangkuannya dengan santai sambil bernyanyi bersama. Momen ini membuat para cewek-cewek yang ingin mengambil motornya jadi sedikit grogi sendiri.

"Sungguh aku telah tergoda
Saat kau dekat denganku
Hanya kau yang membuatku begini Melepas panah asmara"

"TET TERERERET TET TERERERET," Saga mengeraskan suaranya.

"SUDAH KATAKAN CINTA
SUDAH KUBILANG SAYANG
NAMUN KAU HANYA DIAM
TERSENYUM KEPADAKU."

"KAU BUAT AKU BIMBANG
KAU BUAT AKU GELISAH
INGIN RASANYA KAU
JADI MILIKUUUUUUU."

"Seratus persen, Afgan pasti bangga denger suara gue," ungkap Saga sangat percaya diri dan terharu pada dirinya sendiri. Suatu pencapaian yang luar biasa bukan?

Tidak puas mulut Gerlino jikalau tidak memaki untuk urusan ini. Rasa ingin sekali mulutnya berucap namun niat itu ia urungkan ketika senggolan dari tangan Hema yang posisinya ada disebelah cowok itu mengalihkannya. Dagu Hema mengkode kearah depan saat cowok yang tengah merokok itu melihat Janee, Chika dan Ratu berjalan menuju parkiran membuat Gerlino melihat kearah yang sama juga.

"Tau aja lo," Gerlino semringah.

"Gas," ujar Hema kembali menghisap rokoknya.

"AYANG JEJE!" teriak Gerlino membuat seluruh fokus siswa yang berada diarea sekitar memusat padanya. Janee yang dipanggil pun mengerutkan keningnya tidak suka begitu tau itu adalah Gerlino. Karena satu-satunya orang yang memanggilnya Jeje cuman makhluk itu.

"Apaan sih tuh cowok, Jeje, Jeje!" Janee mencibir memperhatikan Gerlino serta teman-temannya sambil berjalan menuju mobilnya.

"Tapi ucul tau Janee dipanggil gitu. Gue dengernya aja salting," ujar Ratu.

"Gak berlaku buat Janee," ujar Chika. "Tapi, kalau Wildan, beda cerita."

"ABANG PUNYA LAGU KHUSUS BUAT AYANG JEJE," cowok itu kembali berteriak. Gerlino memetik senar gitarnya.

"Pesona indah ayang Jeje
mampu mengalihkan duniaku
Tak henti membayangkan Jeje terganggu oleh cantik ayang Jeje."

"Cantik banget Je," Gerlino memuji Janee setelah cowok itu selesai bernyanyi yang liriknya di ganti secara sepihak.

"Ayang Jeje mau pulang?" sifat buaya Gerlino beraksi sekarang.

"Pikir aja sendiri!" seru Janee, jutek.

"Gimana mau mikir, kalau di pikiran aku aja cuman ada kamu seorang Je," gombalan Gerlino sukses mendapatkan sorak kegirangan dari satu parkiran.

"JIAKHHHHH!"

"Apaan sih lo Ger!" sentak Janee.

"Jutek bingit calon ayang. Mau dianterin gak?" tawar Gerlino mengangkat alisnya, genit. "Abang anterin dengan selamat sentosa deh. Kalau perlu dianterin sampe pelaminan juga Abang siap, kalau Jeje mau." lanjut Gerlino kian memicu kehebohan yang lebih heboh.

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang