10. 36-25=11

68 20 0
                                    

10. 36-25=11

****

Kaki Rachel melangkah melewati lorong dan kelas kosong sebab semua murid sudah pulang. Perempuan itu menghela napas malas saat tiba didepan pintu kaca hitam perpustakaan bertulis SMA JAYA BIRU LIBRARY. Rachel dorong pintu tersebut. Hanya ada sepi, hening, dingin didalamnya. Matanya mengedar mencari sosok pemilik nomor tak dikenal yang mengiriminya pesan siang tadi. Siapa lagi kalau bukan Wildan Arshaka Jiwa.

 Siapa lagi kalau bukan Wildan Arshaka Jiwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana tuh orang?" Rachel berjalan lamban. Mengecek setiap lintasan rak buku. Namun tidak menemukannya. Begitu Rachel duduk, pintu perpustakaan terbuka. Itu dia- Wildan.

"Sorry, telat dua menit," Wildan melangkah kearahnya. Rachel heran, jika siswa lain bajunya sudah amburadul waktu pulang. Wildan beda, tetap rapi.

"Telat tujuh menit, setengah jam, dua jam juga gak masalah. Telat selama juga gue ikhlas lahir batin," ucap Rachel. Andaikata benar terjadi. Sungguh Rachel senang. Tapi tidak mungkin. Bagi Wildan ini tanggungjawab juga janjinya pada Bu Zatti. Dan ia tidak mau mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan.

Wildan menarik kursi dihadapan Rachel. Belum lagi cowok itu duduk suara berat nan dingin miliknya memerintah Rachel. "Buka buku matematika halaman 86."

"Buku matematika gue tinggal dalam laci kelas," ujar Rachel tidak menengok lawan bicaranya. Justru santai main handphone. Handphone itu candu baginya. Tidak pegang sehari, rasanya hidup itu hampa.

"Ambil."

Rachel berdecak. "Mager naik keatas lagi, capek tau!"

"Lagian pake buku lo kan bisa. Ada yang mudah kenapa harus yang susah sih!" Wildan enggan membalasnya.

Lantaran asik sama dunia sendiri, Rachel sampai-sampai tidak sadar bahwa Wildan terus menghunus perempuan itu dengan tatapan dinginnya. Rachel yang merasa ganjil mengangkat pandangan.

"Apa?"

Sudah dibilang, Wildan tidak mengulangi ucapannya dua kali.

"Iya, iya, iya, gue ambil! Ribet amat lo jadi cowok!!" Dengan perasaan dongkol, jengkel, kesal Rachel bangkit tak ikhlas menimbulkan suara deritan bangku dan lantai bergesekan menggema kuat. Namun tak merubah perintah Wildan pada perempuan itu.

Lima menit berlalu, Rachel balik. Tetapi masih dengan perasaan yang sama. Ia meletakan buku tersebut diatas meja lalu duduk. Dan hal tersebut tak luput dari perhatian Wildan.

"Ini hari pertama bimbingan loh, masa langsung belajar?!"

"Biasa tuh ada sesi perkenal diri dulu. Basa basi dikit kek, kaku banget lo!" Mereka saling menatap.

"Lo udah kenal gue. Gue udah kenal lo," kata Wildan gak mau banyak cakap.

"Gue gak kenal lo!!" sahut Rachel.

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang