6. GG. RUKUN DAMAI BERSAMA

38 22 2
                                    

6. GG. RUKUN DAMAI BERSAMA

Setelah diberi tempo beberapa hari untuk berkemas, saatnya Arson, Rachel dan Raya akan pergi mengosongkan rumah bergaya Eropa klasik ini. Tak pernah terbayang dibenak Arson akan meninggalkan rumah yang penuh suka dan duka bagi keluarga kecilnya.

Raya yang barusan dari dapur mengernyit bingung kala menemukan Arson di dalam kamarnya. Tengah sibuk mengeluarkan isi lemari pakaiannya dan memasukan kedalam koper hitam membuat Raya mendatanginya.

"Papa, kenapa semua baju Raya dikeluarin?" Raya bertanya tiba-tiba membuat Arson tersentak. "Emang kita mau kenapa Pa? Liburan?"

Belakang ini tingkah Arson juga Rachel sangat membingungkannya. Lihatlah, pagi tadi dia dicegah pergi sekolah padahal sudah bersiap-siap. Kemudian, saat Raya bertanya pasal Mamanya. Mereka akan berkilah kalau Mama lagi diluar kota atau mencari pembahasan lain. Seperti menutupi sesuatu darinya.

"Kita bukan mau liburan. Papa, kak Rachel sama Raya bakalan pindah dari sini," ujar Arson pada Raya tanpa menjelaskan sebab akibatnya.

"Pindah? Pindah kemana Pa?"

"Nanti kamu juga tau."

"Papa udah kasih tau kabar ini ke Mama blom?"

Arson langsung bungkam dibuatnya. "Emm, Mama tau kok kita mau pindah."

"Kalau tau, kenapa Mama gak pulang? Mama gak ikut sama kita? Kasian Mama sendirian nanti," Sekali lagi Arson benar-benar bungkam sejadinya.

Lantas, lelaki itu berjongkok dihadapan Raya yang terus mengamatinya hingga tangan Arson mengelus pipinya dengan penuh kasih sayang. Mati-matian Arson menahan air mata sampai terasa mulai memanas.

"Iya kata Mama nanti dia pulang kalau urusannya udah siap. Mama pesan, Raya jangan nakal-nakal," jelas Arson, berbohong.

Tanpa disangka, Arson memeluk Raya. Mengelus rambutnya sampai turun ke punggung. "Papa minta maaf ya."

"Harusnya Raya yang minta maaf bukan Papa. Soalnya Papa baik ke Raya sama kak Rachel," tak Raya sadari Arson meneteskan air mata karena ucapannya.

"Janji sama Papa. Raya harus jadi anak yang kuat, belajar yang rajin biar cita-cita Raya tercapai," Arson beramanah. Pelukannya makin erat pada anak kecil itu.

****

Sedangkan Rachel lesu tak berdaya. Perempuan itu belum siap sama sekali hanya untuk membereskan barang-barangnya. Lima belas menit lalu, Arson datang dan bilang bawa yang diperlukan saja. Mengingat, barang putri pertamanya sangat banyak. Sepatu, baju, tas, jam tangan serta makeup dan skincare yang tak terhitung jumlahnya.

Rachel menggaruk kepalanya, pusing. Semua yang ada di kamar penting. "Apa coba yang gak perlu, semua perlu!"

"Ini! ini juga! Ih, ini! Ini lagi iss!!!" Rachel mengutip skincare botol kaca berwarna putih merek ternama.

"Belom siap juga, astagfirullah?" Arson muncul dari balik pintu menatapnya sambil geleng-geleng. "Kan udah Papa bilang bawa yang penting."

"Ini untuk apa coba banyak-banyak dibawa kalo fungsinya sama semua?" Arson menunjuk satu koper penuh dengan sepatu bikin Rachel memberengut. "Gausah bawa kayak gini tinggalin! Bawa dua atau tiga aja."

"Papa ih!"

"Kamu pikir rumah kita nanti muat nampung semua barang kamu?!"

"Loh emang tinggal dimana?"

"Kita tinggal diperkampungan," Arson menjawab langsung mata Rachel membelalak.

"Kita enggak tinggal diperumahan?! Paling enggak rumah minimalis satu lantai sederhana gitu! Masa Rachel tinggal di perkampungan sih! Udah sumpek, pasti masuk gang sempit!" hanya membayangkan saja Rachel sungguh jijik. Apalagi benar-benar menetap disana.

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang