21. PERUBAHAN

22 3 0
                                    

Jujurly, ini udah part 21 tapi rada sedih karena gak ada yang vote padahal udah semaksimal mungkin.

So, sebelum baca, kasih vote dulu ya buat readers yang baik hati and jangan lupa untuk tinggali comment kalian ya.

****

21. PERUBAHAN

Rachel Bulan Delima: Wildan please jangan kasih tau ke siapapun ya.

Rachel Bulan Delima: Gue mohon sama lo Wildan

Rachel Bulan Delima: Gue gak mau orang-orang tau kalau gue jatuh miskin.

Rachel Bulan Delima: Gue bisa malu banget.

Rachel Bulan Delima: Mau letak dimana muka gue ntar.

Rachel Bulan Delima: Wildan, please ya, please

Rachel Bulan Delima: Wildan bales ih, jangan dibaca doang

Rachel Bulan Delima: Wildan Ya Allah bales kenapa sih

Rachel Bulan Delima: Wildan angkat telpon gue

Bagaimana Rachel bisa tenang dengan keadaan begini. Perempuan itu dirundung rasa cemas semaleman hingga tidurnya tak nyenyak. Kini, hidup dan matinya seperti ada di tangan cowok itu. Sejenak Rachel memejamkan matanya. Kenapa masalahnya semakin hari semakin rumit. Bolak-balik Rachel mengirimi pesan dengan berbagai emoticon sedih, mewek, nangis, bermohon tetapi tak ayal satupun dibalas Wildan. Cowok itu hanya membacanya tanpa minat untuk membalas barang satu kata saja Rachel sudah sujud syukur.

Rachel beralih menelpon cowok itu beberapa kali sampai tidak sadar 23 panggilan sudah ia lakukan namun tidak diangkat. Dan itu membuat Rachel menjambak rambutnya, frustasi. Takut jikalau Wildan akan membeberkan semuanya.

Buru-buru Rachel turun dari taksi dan langsung menaiki undakan tangga secepat mungkin. Ini masih pagi pukul 06:45. Rachel yakin seratus persen kalau Wildan sudah tiba di sekolah. Dengar-dengar, orang pertama yang tiba di kelas itu biasanya Wildan. Cowok itu datang entah membaca buku, membahas soal olimpiade sebab kebiasaannya selalu begitu. Tepat waktu.

Degup jantung Rachel berpacu seiring satu persatu anak tangga yang perempuan itu lewati. Kakinya melangkah sangat cepat hingga tibalah perempuan dengan napas satu-satu itu di depan kelas. Rachel menumpukan kedua tangannya di lutut sembari menormalkan kembali sirkulasi pernapasannnya. Setelah beberapa menit, Rachel mengintip melalui jendela, memastikan kalau Wildan benar-benar sudah tiba atau belum.

Tepat saja, cowok itu sedang membaca buku sendirian. Kondisi di dalam kelas saat ini cukup aman untuk Rachel bernegosiasi kepada Wildan. Membahas masalah kemarin. Cuman cowok itu seorang. Ini adalah momen yang pas. Memang yang lain sudah tiba, terlihat dari beberapa kursi yang terisi tas siswa tetapi entah dimana keberadaan pemiliknya.

Segera Rachel memasuki area kelas. Gadis itu tidak langsung meletakkan tasnya di tempat, melainkan mendaratkan diri di kursi depan meja Wildan yang terus membuka lembaran buku tanpa merasa terganggu sedikit pun dengan kehadiran Rachel di hadapannya.

Sebelum ke inti cerita, Rachel merapikan rambutnya sebentar. Kemudian memposisikan dirinya sebaik mungkin dan berdeham kecil. 

"Good morning Wildan," sapa Rachel, ceria.

"Pagi ini beda banget gak sih dari pagi-pagi sebelumnya? Vibes-nya kek beda gitu menurut gue," Rachel berceloteh sendiri memandang langit biru dari balik jendela.

"Menurut lo gimana?" tanya Rachel meminta pendapat cowok super pendiam itu.

"Wildan," ulangnya.

"Wildan," untuk kedua kali Rachel
memanggil namanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELEBGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang